Sepanjang perjalan pulang Via banyak diem, sementara Yana sudah diantar pulang dan menolak untuk menginap di rumah Via.
"Ngantuk ya, kok diem aja?" Mirza menyentuh tangan Via.
"He emm ... "
"Ya udah, tidur aja sayang. Nanti kalo udah nyampe aku gendong kamu turun."
Via hanya mendengar suara Mirza lamat-lamat bersamaan dengan kedua kelopak matanya yang mulai mengatup. Tubuhnya terasa ringan dan berayun-ayun, AC mobil yang dingin makin melenakannya. Samar-samar terdengar petikan gitar akustik.
Di ujung jalan itu
aku menantimu
aku menunggumu
Di tengah terik matahari ...
Via terperanjat. Huft! cuma mimpi, untunglah.
"Kenapa sayang?" Mirza memperhatikan wajah istrinya yang tampak tegang. "Kamu mimpi serem ya?"
Via menoleh melihat Mirza.
"Kok ngeliatin aku kayak gitu?" Mirza aneh ditatap Via ampe sigitunya. "Baru sadar ya kalo aku makin ganteng?"
Via berpaling acuh, memandang lurus ke depan. Nampak jalanan yang sepi, mobil mereka jauh meninggalkan kota dan mulai memasuki areal persawahan pertanda sebentar lagi akan masuk kampung Jati Asri di mana rumah mereka berada.
Mirza membukakan pintu dan menggandeng Via begitu mereka sampai rumah. Untunglah Mirza mengerti benar kalau Via ngantuk berat dan ngijinin Via tidur duluan.
"Tidurlah sayang. Besok pagi sehabis shalat subuh baru kita bikin bakwan. Cup!" Mirza mengecup kening Via yang langsung dibalas Via dengan cubitan maut di pinggang Mirza.
"Aaawww ... " Mirza meringis kesakitan.
________
Setelah hampir satu bulan Mirza di rumah, Via penasaran ingin mengetes dirinya dengan test pack. Dia pikir mungkin dirinya hamil karena sudah telat beberap hari. Namun Via keluar kamar mandi dengan raut kecewa.
"Belum rejeki, sabar aja sayang." Hibur Mirza.
"Kamu kok bisa sesantai itu sih, Mas?" Via agak kesal.
"Lha terus mau gimana? Disyukurin aja sayang, dengan begini kan kita jadi punya banyak waktu untuk berduaan biar kayak orang pacaran terus." Seloroh Mirza sambil berupaya menyosor Via.
"Ih ..., mandi sana!" Via berkelit. "Kamu punya janji sama Ica lho Mas hari ini."
Mirza langsung menepuk jidatnya sendiri. "Oh, iya! Moga-moga masih sempet." Mirza bergegas ke kamar mandi.
Via hanya memandangi suaminya tak habis pikir lalu langsung ambil remot TV dan pasang pose ternyaman di atas kasur lebarnya sambil pencat pencet cari c**hanel yang bagus.
Tluwing ... tluwing ... tluwing ... wing
Tluwing ... tluwing ... tluwing wing wing
Terdengar bunyi ponsel Mirza yang entah di sebelah mana. Via tak berniat mencarinya karena posisinya sudah sangat pewe.
Ponsel Mirza mati lalu bunyi lagi yang tak ayal bikin Via jengah juga.
"Siapa sih nelpon kok maksa banget?" Rutuk Via sambil mencari ponsel Mirza yang akhirnya dia temukan di dekat dispenser. "Kok nggak ada namanya? Tapi dari tadi bunyi terus. Pasti penting ini kayaknya."
Tok Tok Tok ...
Via mengetuk kamar mandi bermaksud ngasih tau Mirza.
"Mas, ada telpon nih kayaknya penting!"
Mirza yang lagi mandi sambil bersenandung nggak jelas cuek aja nggak denger, ponsel masih terus berbunyi hingga Via berinisiatif menerima panggilan itu.
"Halo, Assalamualaikum." Sapa Via.
Hening, tak ada suara sahutan dari seberang.
"Halo ... " Sapa Via sekali lagi.
Masih hening, tak ada suara apa-apa dari seberang, lalu ...
Nut ... nut ... nut ...
Sambungan terputus, Via cuek melanjutkan lagi keasyikannya nonton TV. Tak lama Mirza keluar dari kamar mandi.
"Ada apa sayang? Kayaknya tadi manggil ya?"
Via menoleh sebal. "Jadi kamu denger, Mas? Kenapa tadi diem aja nggak nyahutin?"
"Kan tanggung tadi lagi konser, hehe .... "
"Hapenya bunyi terus tuh!" Via menunjuk dengan dagu ponsel Mirza di sebelahnya. "Nggak tau sapa yang nelpon, nggak ada namanya. Aku angkat malah dimatiin!"
Mirza mengecek daftar panggilan. Biarin aja nanti juga kalo penting pasti nelpon lagi, pikir Mirza.
Mirza menyisihkan ponselnya dan mendekati Via yang lagi serius berniat mengganggunya.
"Sayang, liat sini deh!" Panggil Mirza yang berdiri masih dengan mengenakan handuk sebatas perut.
"Apaan?" Sahut Via tapi matanya tak beralih dari layar lebar di depannya.
"Aku six pack kan?" Mirza memperlihatkan perutnya lantas bergaya bak binaragawan.
"He emm ... "
Mirza kesal juga dicuekin. Dia langsung menghampiri Via dan sekonyong-konyong menubruknya.
"Mas apa-apaan sih? Cepetan pake baju sana!" Usir Via pada Mirza yang kini sudah memeluknya.
"Kalo kita bikin bakwan dulu gimana?" Mirza memperlihatkan tampang yang menurut Via saat itu menyebalkan.
"Ih, ada-ada aja! Mas mau dimarahin Ica gara-gara nggak nepatin janji? Cepetan, keburu sore ah!" Via berusaha melepaskan diri.
Mirza malah makin menggoda Via. "Kamu mau dilaknat para malaikat sampe subuh gara-gara menolak suami?" Ujar Mirza dengan wajah sok serius.
Via terdiam, takut juga pikirnya. Senyum nakal Mirza mengembang lantas dia mulai mencium istrinya yang terpaksa pasrah.
Tluwing ... tluwing ... tluwing wing
Tluwing ... tluwing ... tluwing wing wing
Ponsel Mirza yang tiba-tiba berbunyi lagi sontak saja menghentikan aktifitas Mirza. Via tersenyum lebar.
Mirza meraih ponselnya dengan ekpresi bete.
Husein, nama yang tertera di layar hp Mirza. Via pun dapat membacanya dengan jelas.
"Halo." Sapa Mirza enggan sambil beringsut ke bibir ranjang.
Via yang merasa baru saja merdeka dari kejahilan suaminya melanjutkan keasyikannya.
"Nggak, tadi aku baru mandi. Kenapa?" Tanya Mirza masih dengan nada keengganan menjawab telpon.
Orang di seberang sepertinya sedang berkata sesuatu yang serius hingga Mirza mendengarkan dengan seksama sambil sesekali memperhatikan Via yang kali ini memilin-milin rambutnya sendiri. Sungguh kebiasaan unik yang sangat Mirza sukai dari istrinya.
"Aku nggak tau. Aku masih banyak urusan disini." Kata Mirza datar, matanya masih memperhatikan Via yang tampak dari samping.
Via yang tak sadar sedang diperhatikan cuek saja asyik dengan kebiasaan memilin-milin rambutnya, lantas tertawa kecil melihat adegan lucu dalam TV.
Ahh, kenapa batin Mirza jadi tiba-tiba resah. Istrinya begitu sangat menarik dan dia sangat mencintainya.
"Oke, semoga semuanya cepat selesai." Putus Mirza mengakhiri percakapan.
Sejenak Mirza terdiam, tatapannya begitu dalam pada Via yang tak memperhatikannya.
"Mas!" Via mengejutkan Mirza.
Ternyata Via telah sadar diperhatikan Mirza.
"Kok sampe terbengong-bengong gitu ngeliatin aku? Baru sadar ya, aku cantik?" Ledek Via gantian.
Mirza jadi senyum salting, apa pula yang ada dalam pikirannya hingga nggak ngeh Via sudah di hadapan wajahnya.
Mirza tersenyum lagi, kali ini lebih tulus dan dalam sambil membelai pipi Via lembut.
"Kamu cantik. Cantik banget buat aku. I love you." Mirza meraih jemari Via dan menciumnya.
Via cuman melongo, kenapa suaminya tiba-tiba jadi melo begitu habis nerima telpon?
"Nggak jadi nih bikin bakwan?" Via menggoda iseng.
"Nanti malam aja." Mirza tersenyum lebar. "Aku takut dimusuhin Ica." Lanjutnya menuju lemari.
"Bagus deh kalo gitu." Via melonjak gembira lantas iseng menarik handuk Mirza hingga nyaris melorot.
Mereka berdua tertawa dan saling berkejaran untuk sesaat sebelum akhirnya sama-sama ingat janji pada Ica keponakan kesayangan mereka untuk membelikannya sepeda.
berrrsambung ya ☺️
_____
*Siapa sih Husein? Kenapa Mirza bisa berubah sikap dan mendadak resah setelah menerima telpon dari Husein?
Ikutin terus ya kelanjutan ceritanya.
Terima kasih yang sudah setia membaca, like, komen dan kasih rate. 🙏🌹🌹
Support kalian makin membuatku semangat.
Salam hangat dariku 🙏❤️*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Siti Azizah
q baca ini dag dig dug gemeteran mulai bentar lagi nuh konfliknya d mulai..
2021-08-17
0
Pertiwi Tiwi
pasti selingkuhan mirza
2021-07-28
0
Penulis Jelata
Siapa itu Husein🤔
2021-06-20
0