Agak kaget juga Livia mengetahui Mirza akan ke Jakarta atas permintaan Om Jaka.
"Aku juga nggak tau, sayang. Om Jaka cuman bilang ini masalah penting dan harus segera diselesaikan." Ujar Mirza ketika Via bertanya perihal keberangkatan Mirza yang tiba-tiba.
"Apa mungkin ada hubungannya dengan tanah sengketa milik almarhumah istrinya Om Jaka ya, Mas?" Tanya Via ragu coba menebak-nebak.
"Bisa jadi."
"Tapi kan Mas bukan pengacara? Masa Om Jaka minta tolong sama Mas Mirza?"
Mirza hanya menggedikkan bahu. Sejujurnya Mirza juga belum tau hal penting apa yang di maksud Om Jaka semalam di telpon hingga mengharuskan Mirza berangkat ke Jakarta pagi ini juga.
"Mas nggak pamit sama ibu dulu?" Tanya Via sambil menyiapkan tas ransel Mirza yang berisi beberapa pakaian.
"Nggak lah. Nanti lewat telpon aja."
"Siapa tau ibu mau nitip sesuatu buat Om Jaka gitu."
"Hemm, emangnya suamimu yang ganteng ini kurir pengiriman paket? Nitip-nitip males ah bawanya."
"Dih, kok gitu sih?"
Mirza memulai rayuan pulau kelapanya. "Sebenernya aku males sayang, mangkanya lebih milih pake kereta. Apalagi kamu nggak mau ikut, aku jadi nggak semangat kalo nggak ada kamu."
"Gombal apek!" Via mencebik. "Om Jaka sendiri kan yang bilang Mas Mirza nggak usah ajak aku karena ini malasah laki-laki?"
"Om Jaka terlalu berlebihan! Dia pasti nggak mau liat kita berdua-duaan terus, ngiri dia." Sahut Mirza asal.
Sesaat kemudian Via berteriak girang. "Aku tau, Mas!" Via menjentikkan dua jarinya. "Om Jaka pasti mau minta tolong Mas Mirza buat ngelamarin calon istri buat dia."
Mirza tertawa, konyol pikirnya kalau itu benar karena seharusnya yang diminta untuk melamarkan calon istri kan orang yang lebih tua?
"Ya udah ah, nanti Mas kasih tau kalo udah nyampe sana alesan Om Jaka nyuruh Mas ke Jakarta. Sekarang jadi nggak mau antar ke stasiun? Keretanya berangkat setengah jam lagi." Ujar Mirza sambil melirik jam di pergelangan tangan kirinya.
"Jadi dong."
Tak lama mereka berangkat berboncengan menuju stasiun di dekat pasar kecamatan yang jaraknya tidak terlalu jauh, kira-kira 15 menit dari rumah mereka.
Bangunan stasiun itu tidak terlalu besar, maklum hanya melayani keberangkatan beberapa jadwal kereta saja tak seperti stasiun-stasiun besar lainnya. Dan yang pasti ada setiap harinya adalah kereta jurusan Jakarta.
"Makasih ya, sayang." Ucap Mirza begitu sampai stasiun.
"Sama-sama, Mas. Kabarin kalo udah nyampe ya."
"Iya, sayang. Pulangnya nanti kan, tunggu Mas berangkat? Biar bisa dadah dadah gitu kayak di film-film, hehe ..."
"Apaan sih, Mas? Norak tau!" Via ketawa tapi sebel kenapa suaminya itu ada- ada aja. "Aku pulang sekarang aja, Mas. Takut panas, bentar lagi siang nanti aku gosong deh!"
"Makanya belajar nyetir mobil ya? Biar kemana-mana enak kalo bisa bawa mobil sendiri, nggak kepanasan nggak kehujanan." Mirza malah ceramah.
"Ih, udah ah jangan ngomongin soal itu lagi. Dibilang takut ya takut! Nanti kalo nabrak gimana?"
Via memang punya ketakutan sendiri untuk belajar nyetir, makanya mobil Expander putih hadiah ulang tahun dari Mirza setahun lalu cuman ngejogrok di garasi kalau Mirza sedang tak di rumah. Hanya sesekali dihidupkan untuk sekedar memanaskan mesinnya.
"Kan keren tuh, perempuan cantik bisa nyetir mobil?"
"Jadi Maksudnya aku nggak keren gitu karena nggak bisa nyetir mobil?" Via pura-pura ngambek.
Mirza buru-buru menarik lengan istrinya. "Tetep keren kok. Keren tiada tara, tiada tanding tiada banding sekecamatan Jati Asri." Bujuk Mirza seraya pamer senyum lebar.
Keasyikan mereka baru berhenti ketika pengeras suara terdengar memberitahukan bahwa penumpang Kereta Fajar Baru jurusan Gambir segera bersiap karena kereta akan tiba 5 menit lagi.
Via buru-buru menyuruh Mirza masuk agar tak ketinggalan kereta.
"Aku pergi dulu, sayang. Nggak lama kok, karena aku nggak kuat nahan kangen jika sehari saja tak melihatmu."
"Mas! Udah, cepetan sana! Gombalnya simpen dulu buat besok lusa, nanti ketinggalan kereta baru tau rasa!" Hardik Via gemas karena masih sempet-sempetnya Mirza bergombal ria.
Mirza malah ketawa, lalu ... cup! Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Via. "love you"
Via melotot, wajahnya merah. Malu rasanya dicium di tempat umum seperti ini meskipun oleh suami sendiri. Tapi mau gimana lagi, begitulah pamitan ala Mirza. Dan beruntung stasiun kecil itu hanya ada beberapa orang saja dan mereka sepertinya tak melihat adegan barusan.
Via melaju pulang dengan motornya. Di tengah jalan dia berubah pikiran kalau mau mampir ke rumah Tia dulu, maka berhentilah dia di kios buah untuk membeli anggur buah kesukaan Ica sebagai oleh-oleh.
Sampai di rumah Tia nampak Arya sedang duduk di teras sambil merokok dan main gawai.
Deg!
Agak ciut juga nyali Via karena ingat sikap Arya beberapa hari lalu.
"Tante Via ... " Ica tau-tau muncul dari dalam rumah menyongsongnya.
Via yang masih mematung langsung mendekat.
"Ica ... " Balas Via mengikuti nada teriakan Ica. "Tante bawa buah kesukaan Ica lho." Ujar Via sambil melirik Arya.
"Dari mana emangnya kamu?" Tanya Arya datar, tapi tak memperlihatkan ekspresi marah.
"Habis ngantar Mas Mirza ke stasiun, Mas."
"Mirza udah pergi lagi?" Kali ini Arya bertanya sambil melihat Via.
"Nggak, belum. Mas Mirza cuman mau ada perlu dulu ke Jakarta."
"Oh ... " Arya manggut-manggut.
Bagus deh. Mas Arya sepertinya lagi baik suasana hatinya. Batin Via lega.
"Berarti Tante Via sendirian dong di rumah?" Celetuk Ica sambil asyik menguliti anggur.
"Eh, Ica buahnya dicuci dulu kalo mau dimakan." Via mengingatkan.
"Yah, boleh nggak Ica nginep di rumah Tante Via?" Tanya Ica pada Arya tak mempedulikan perkataan Via. "Boleh ya, Yah? Kan biar Tante Via ada temennya." Rujuk Ica.
Itu anak emang paling bisa deh. Tapi bener juga kalo ada Ica jadi nggak sepi di rumah. Kayak biasanya Ica emang suka nginep kalo Mirza pergi berlayar.
"Coba tanya bunda." Saran Arya.
Icha berlari ke dalam rumah memanggil bundanya. Terdengar seperti Ica sedang bicara dengan Tia di dapur. Via sendiri tidak ikut masuk ke dalam hanya duduk di teras agak jauh dari Arya. Tak lama kemudian Ica muncul diikuti dengan Tia.
"Yah, boleh kok kata bunda Icha nginep di rumah Tante Via." Tutur Ica pada ayahnya.
"Emang Mirza pergi ke Jakarta ngapain Vi?" tanya Tia.
"Ada perlu katanya Mbak ,sama Om Jaka."
"Ya udah Bunda, cepetan siapin bajunya Ica sekarang juga. Icha mau cepet-cepet pergi ke rumahnya Tante Via." Perintah Ica manja.
"Iya tunggu sebentar, Bunda ambilin baju ganti buat Icha dulu ya." Tia kembali masuk.
Ica langsung bersorak kegirangan karena diizinkan menginap di rumah Via.
Seharian Ica tak mau diam di rumah Via. Berlari ke sana ke mari, naik turun tangga, nyemplung di kolam, berantakin bantal, nyiram kembang, ngacak-ngacak dapur pokoknya Ica merasa bebas karena Via tak melarangnya.
Via sendiri merasa jadi anak kecil lagi karena terkadang ikut bermain dengan Ica. Mungkin seperti itulah serunya punya anak, bisa bermain bersama. Hati senang walau rumah berantakan. Menjelang sore Ica baru tertidur karena kelelahan, Via pun tak terasa ikut terlelap di samping Ica di ruang tengah depan TV. Via lupa dengan Mirza yang belum memberinya kabar.
___
Di rumah Om Jaka,
Kebekuan menguasai seisi penjuru ruangan. Sungguh Mirza tak menyangka kedatangannya ke Jakarta ternyata untuk masalah seperti ini. Om Jaka sesekali melirik Mirza yang masih diam tanpa kata. Sementara seorang perempuan muda duduk di kursi tamu berseberangan dengan mereka juga hanya diam sambil menunduk, sesekali terdengar isaknya yang tertahan.
"Selesaikan urusanmu sebagai seorang laki-laki." Ujar Om Jaka memandang lurus pada Mirza.
Mirza seperti tak bisa berbuat apa-apa. Dia masih syok tak menyangka akan dihadapkan pada masalah besar yang datang tiba-tiba seperti ini.
"Om, aku ... " Mirza ingin bicara tapi seperti tercekat. "Aku ... aku nggak bisa ... "
"Tapi dia hamil anakmu!"
JRENG!!
___
___
tu bi kontinyu ya gais ☺️
ikuti kelanjutannya di episode 12 😉
harap bersabar ini ujian 😂
mohon tinggalkan like, komen, rate dan vote jika berkenan. terima kasih 🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Penulis Jelata
Lah, lah, kok bs ad yg hamil anaknya Mirza? Istrinya aja blm hamil🤔
2021-06-24
0
Chodhyland
pasti husen palsu yg hamil anak mirza.tenang livia jodohmu danar...gitu kt otornya...hahahajh.
2021-04-20
0
Zia Azizah
Nah kann , Mirzaaaa 😒
2020-12-24
0