Menjelang Maghrib Mirza baru pulang. Yana yang lagi selonjoran depan TV malah langsung nyemprot Mirza.
"Dari mana aja lu? Jam segini baru pulang? Nggak tahu apa kalo ada tamu kehormatan?"
Mirza malah nyengir lantas menjabat tangan Yana. "Galak amat mentang-mentang nggak jadi nikah!" Ledek Mirza.
Via melototin suaminya takut Yana tersinggung.
Senyum Mirza malah makin lebar. "Hai, sayang." Mirza menjawil pipi Via gemas. "Maaf lama, kangen ya sama aku?"
"Ihhh, lebay!" Yana mencibir keki. "Jangan pamer kemesraan di depanku!" Yana manyun.
"Katanya udah move on ?" Goda Via.
"Tapi kan masih ada sisa-sisa noda cinta di hati ini." Suara Yana lemah.
"Udah, galaunya jangan lama-lama. Mendingan ikut makan malem sama kita yuk, siapa tau dapet gebetan baru." Ajak Mirza.
"Jadi kalian mau pergi? Kok kamu nggak bilang sih, Vi? Aku takut ganggu nih."
"Temen-temennya Mas Mirza banyak, siapa tau ada yang cocok." Bisik Via menggoda.
Yana jadi mesam mesem.
Lepas Isya mereka baru berangkat dan langsung menuju lokasi dimana teman-teman Mirza sudah menunggu.
"Eh, ini kan tempat kita waktu itu ketemuan ya, Yan?" Seru Via sedikit kaget begitu mobil Mirza berhenti di parkiran Nostalgia Kedai Kopi.
"Oh, iya! Kamu serius Za, mau makan disini? Kan cuman kedai kopi, emang ada menu makanannya?"
Mirza membuka pintu mobil. "Kita liat aja. Aku juga nggak tahu."
Mereka akhirnya turun dan langsung menuju dimana ada sekitar 4 orang pria yang sudah menunggu Mirza di sana. Via cuman kenal Firman, yang lainnya lupa-lupa ingat.
"Hai, apa kabar bro!" Sapa Firman hangat sambil memeluk Mirza diikuti ketiga temannya yang lain.
"Wuih, istri kamu 2 nih sekarang?" Seloroh Firman.
"Hus! Sembarangan! Kenalin, ini Yana temennya istriku." Firman ngenalin Yana, sementara Yana kayak sok malu-malu gitu. "Dia masih single bro, dan siap untuk nikah." Lanjut Mirza.
"Apaan sih, Za?" Yana makin malu dipromosiin begitu.
"Kalo gitu boleh minta nomor WA dong? Biar kita lebih kenal lagi secara pribadi." Celetuk satu teman Mirza yang bernama Khusni.
Semua menyambut dengan tawa riuh. Dalam sekejap meja panjang dengan kursi berderet itu rasanya menjadi pengunjung kedai yang paling rame.
Tak lama pelayan membawakan menu dan bersiap mencatat pesanan.
"Pesan apa aja ya terserah kalian, malam ini aku traktir." Ujar Mirza.
"Wuidiih ... yang punya lautan traktir coy!" Seloroh Firman.
"Mantap boss!"
"Beres ...!"
Teman-teman Mirza menyambut dengan suka cita. Via dan Yana masih memilih menu. Ternyata memang bukan cuman kopi dan makanan ringan aja yang ada, menu makan berat pun cukup bervariasi.
"Kamu persen apa, Yan? Aku sih pengen bebek bakar madu." Tanya Via pada Yana yang mulai sibuk dengan ponselnya.
"Samain aja deh."
"Oke. Mas Mirza mau apa?"
"Apa aja, sayang. Asal kamu yang pilih pasti aku makan."
"Ciye .... Hahaaa .... mulai deh rayuan pulau kelapa! Dasar gombal apek!" Ledek teman-teman Mirza kompak.
Pelayan pun pergi setelah selesai mencatat pesanan. Mereka kembali bercerita seolah tak peduli dengan pengunjung lain. Teman-teman Mirza lumayan rada konyol sehingga ada saja bahan candaan.
"Terus, kalo lu kangen sama bini lu ngapain dong di tengah lautan?" Tanya Khusni ditengah cerita asyik mereka.
"Ya nyemplung lah ke laut, gua lampiasin sama ikan hiu!"
"Hahahaha... sadisss ....!" Tawa mereka pecah lagi.
"Emang nggak ada tuh kencan sesama crew atau tamu kapal gitu? Kan pasti adalah yang cantik-cantik dan kesepian juga." Kali ini satu teman Mirza lagi yang nyeletuk.
Mirza tersenyum lalu memandang Via yang dari tadi menjadi pendengar setia. "Gue cinta banget sama istri gue, cuy. Nggak mungkin lah gue ngelakuin hal itu." Ucap Mirza sambil meraih tangan Via dan menciumnya.
"Ya elaahh, adegan drakor nih yang kayak beginian!" Seloroh Khusni yang ditimpali tawa yang lain.
Tak lama pesanan mereka pun datang. Untuk sesaat mereka berhenti ngoceh karena khusyuk dengan santapan masing-masing meski sesekali keluar juga pujian dari mulut mereka untuk makanan yang menurut mereka lumayan enak untuk sekelas kedai kopi yang baru buka.
"Jadi tempat ini baru buka?" Tanya Mirza.
"Yah, belum ada dua bulanan lah." Sahut Firman.
"Tapi rame terus lho, apalagi kalo malem minggu gini." Timpal Anto yang dari tadi cuman ikut ketawa-ketawa doang. "Dan ada live music nya juga." Lanjut Anto.
Via dan Yana ijin pindah meja karena teman Mirza menyalakan rokok.
"Jangan jauh-jauh ya, nanti aku kangen." Mirza kembali usil.
Teman-teman Mirza kembali riuh meledek sementara Via cuman tersenyum.
"Yan, ngapain sih kamu dari tadi kok hape mulu!" Via penasaran karena merasa dicuekin.
"Ini, balesin chatnya mama. Dia nggak percaya kalo aku lagi sama kamu." Sahut Yana sambil matanya tak beralih dari layar ponsel dan jarinya terus mengetik pesan.
"O ... " Bibir Via membulat. "Mama kamu khawatir kali anak perempuannya yang lagi patah hati malem-malem gini belum pulang."
Yana keki. "Hem, mulai lagi deh!"
Via tersenyum lebar. Asyik juga bikin Yana cemberut.
Di atas mini stage seorang lelaki tampak naik dan memperkenalkan diri sebagai MC dadakan nan amatiran yang tentu saja langsung disambut gelak tawa pengunjung kedai. Lantas dengan keriangannya sang MC menyapa para pengunjung.
"Kita masih lama nggak, Vi?" Tanya Yana rada khawatir.
"Kenapa? Bilang aja sama mama kamu ntar pulangnya diantar aku sama Mas Mirza. Biar motor kamu di rumah aku, toh besok libur juga kan nggak kerja?" Usul Via.
Yana mengangguk lantas kembali sibuk mengetik pesan.
"Kita selfie aja terus kirimin, biar mama kamu percaya." Usul Via lagi.
"Oh, iya. Bener!" Sahut Yana girang.
Lantas mereka mengambil beberapa foto selfie dengan berbagai gaya. Sesekali mereka tertawa melihat hasilnya dan mengulanginya lagi. Persis abege narsis! wkwkwkk
Diam-diam Mirza memperhatikan Via yang sangat ceria. Wanita yang menjadi istrinya itu memang cantik. Wajah oval menawan, rambut panjang hitam lebat tergerai alami, kulit Langsat dan body yang berisi lengkap dengan kelembutan hatinya yang membuat Mirza sangat mencintainya. Sungguh beruntung dia bisa memilikinya dan tak kan sampai hati bila melukai hatinya.
"Hoy, malah bengong!" Firman mengagetkan Mirza.
"Ngapain lu ngliatin istri lu mulu ampe segitunya? Udah nggak sabar pingin cepet-cepet pulang menuju kasur lu ya?" Khusni mulai lagi dengan candaan konyolnya. Kontan saja yang lain tergelak, untung Via nggak denger karena masih asyik selfie.
"Ya kalo aku pandangin istri orang justru bahaya dong!" Mirza ngeles.
"Bisa aja lu!
Sementara di mini stage sudah berdiri seorang lelaki dengan gitarnya bersiap akan membawakan lagu.
"Selamat malam, semuanya ... " Sapanya melambaikan tangan seraya menyapu pandangan ke seisi ruangan. "Malem ini gue seneng banget bisa berada di sini lagi. Moga- moga nggak bosen ya." Lanjut si laki-laki dengan senyuman yang disambut tepuk tangan pengunjung.
"Nggak dong ... "
"Boleh request lagu lagi ya ... "
"Lagu galau, lagu galau... "
Macam-macam sahutan pengunjung kedai yang sepertinya sudah nggak asing lagi dengan lelaki itu.
"Oke, satu lagu pembuka dari gue ... " Si lelaki mulai memetik dawai-dawai gitar acustic nya.
*Di ujung jalan ini
aku menunggumu
aku menantimu
Di tengah terik matahari
aku menyanyikan kisah tentang kita* ...
"Astaga, Vi! Itu kan ... " Yana kaget begitu melihat ke arah panggung.
Via yang lagi asyik melihat hasil foto selfie cuek aja.
"Vi, dia itu cowok yang waktu itu kan?" Yana meremas-remas tangan Via.
"Duuuh, apaan sih Yan? Ntar kalo hape kamu jatoh aku yang disalahin!" Via masih acuh.
"Itu, Vi ... cowok yang lagi nyanyi itu kan orang yang ketemu kita waktu itu?"
Via memperhatikan ke arah panggung. Laki-laki kaos hitam dengan celana sobek-dobek, rambut dicepol ke atas.
"Bener kan, Vi?"
*Alunan denting suara hati
mengulas kembali jejak yang telah lalu
untaian makna yang tercipta
aku abadikan di tempat terindah
Tuhan kembalikan segalanya tentang dia seperti sedia kala
ijinkan aku tuk memeluknya* ...
"Vi!" Panggil Yana menyadarkan Via yang memperhatikan betul-betul laki-laki yang bersenandung akustik lagu Di Ujung Jalan-nya Samsons.
""Bener kan? Danar kan namanya? Dia kan orangnya yang udah traktir kita terus ngilang?" Yana meyakinkan dengan penuh semangat.
"Iya." Sahut Via pendek, matanya tak lepas dari panggung bahkan ikut bersenandung mengikuti alunan lagu.
Dan hampir semua pengunjung pun seperti dikomando, mereka serempak menyanyikan bagian reffren lagu itu sekali lagi.
Tuhan kembalikan segalanya tentang dia seperti sedia kala
ijinkan aku tuk memeluknya
*mungkin tuk terakhir kali
agar aku dapat merasakan cinta ini selamanya ...
ketika malam telah tiba
aku menyadari kau tak kan kembali* ...
Danar pun menyelesaikan lagu disambut tepuk tangan pengunjung, dan tepat saat itu pandangannya bertemu dengan mata Via yang masih memperhatikannya.
Deg!
Via kaget dan segera menunduk pura-pura kembali melihat ponsel ketika Danar sepertinya tersenyum ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Penulis Jelata
Awas Danar, itu istrinya orang loh🤓
2021-06-20
0
Chodhyland
hahahah..danar calon jodoh ke 2..
2021-04-20
0
iefat
lanjutt
2021-04-16
0