"Oke, siap. Sampai ketemu di sana." Mirza mengakhiri percakapannya di telpon.
"Telponan sama siapa, Mas?" Tanya Via yang sedang merapikan meja makan.
Mirza mendekat dan 'cup' , satu kecukap kecil mendarat di kening Via.
"Kita makan siang di luar nanti ya."
Via terbengong keheranan. "Maksudnya?"
"Si Firman ngajakin ketemuan. Dia tau kalo aku udah pulang. Kamu masih inget Firman, kan?"
Via cuman mengangguk kecil. Firman teman akrab Mirza waktu masih kerja di Rumah Sakit Umum Daerah.
"Terus percuma dong aku masak?" Suara Via lirih. "Katanya mau dibikinin cah kangkuh saus tauco?" Via menatap sepiring cah kangkung yang masih mengepul di hadapannya.
Sejurus kemudian Via berlari ke dapur dan mematikan kompor.
"Huuft! Untung nggak gosong." Via bernafas lega.
"Wow, Gurame saos mentega!" Seru Mirza dengan ekspresi berbinar.
"Apa wow wow? Orang nggak makan di rumah juga!" Via mengambil guramenya memindahkan ke atas piring lebar sambil pasang tampang kecewa.
"Mau kok, suapin dong. Aaa ... " Mirza membuka mulutnya.
"Ih, masih panas tau!"
Via ngeloyor kembali ke meja makan.
Tluing ... tluing ... tluing ... wing
Tluing ... tluing ... tluing ... wing wing ...
Ponsel Mirza yang tergeletak di atas meja makan berbunyi dan layarnya memperlihatkan panggilan dari ibu melalui WhatsApp.
"Ibu, Mas."
Mirza cepat meraih gawainya.
"Ya, Bu. Halo ... " Sapa Mirza yang lantas raut wajahnya berubah agak khawatir. "Ya udah Mirza ke sana sekarang ya."
"Kenapa Ibu, Mas?" Via penasaran begitu Mirza selesai dengan telponnya.
"Katanya Ibu pusing, badannya lemes. Mungkin kecapekan. Aku ke sana dulu ya liat kondisi ibu."
"Aku ikut ya?"
"Nggak usah, sayang. Kamu di sini aja siap-siap. Kan kita mau pergi. Dandan yang cantik ya, cup!" Mirza mengecup pipi kiri Via dan melambai pergi. "Assalamualaikum ..."
"Wa alaikumussalam." Sahut Via tak bersemangat.
Via duduk sendiri memandangi masakannya dengan tatapan sayu. Dua kali kecewa dia dalam sekejap. Masakannya nggak dimakan dan dia nggak boleh ikut ke rumah mertuanya.
Ting tong ...
Ting tong ...
Suara bel nyaring terdengar.
Ngapain pake pencet bel segala sih, Mas Mirza? Pasti ada yang ketinggalan tuh. Sukurin! Suruh sapa pergi buru-buru?
Via tak bergeming, asyik bertopang dagu masih menghadap meja makan.
Ting tong ...
Ting tong ...
Terdengar sekali lagi bunyi bel tapi Via masih tak beranjak.
Pencet aja terus belnya, Mas. Sampe jari kamu berubah jadi jempol semua juga nggak bakalan aku bukain. Orang nggak dikunci juga pake pencet bel segala.
Ting tong ...
Ting tong ...
Ting tong ...
Ting tong ...
Bunyi bel bertubi-tubi semakin memaksa. Via terlonjak.
Jangan-jangan emang bukan Mas Mirza!
Via berlari kecil ke ruang tamu. Maklum lah rumahnya kan cukup besar dan tak seluas daun kelor, jadi perlu tenaga ekstra dari dapur menuju ruang depan.
Tadaaa ....!
"Lama banget lagi ngapain sih? Lagi nanggung lu ya?" Semprot sang tamu begitu pintu dibuka buka.
Via melotot, mulutnya melongo.
"Kenapa kamu kayak ngeliat hantu gitu?"
"Kok nggak bilang dulu mau kesini sih, Yan?"
"Sengaja! Soalnya mau gangguin kalian!" Yana ngeloyor cuek tanpa dipersilahkan masuk. "Mana si Popaye itu? Popaye ... , yuhuuu ... !" Teriak Yana nyaring.
"Nggak ada, lagi ke rumah ibu."
Yana menghempaskan pantat di sofa tamu yang empuk.
"Ke rumah mertua kamu?"
"Iya. Ibu lagi nggak enak badan."
"Yaah, percuma dong aku ke sini." Yana sok pasang raut kecewa. Hidungnya lantas mengendus sesuatu yang menggelitik.
"Ngapain sih kamu?" Via heran demi melihat hidung Yana yang kebang kempis.
"Bau apa ini? Bulu-bulu hidung aku sampe pada berdiri gini? Aromanya sih ... " Yana menuju ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. "Naah, bener ... wanginya dari sini!" Soroknya girang kayak baru nemu harta karun.
Via yang mengikutinya cuman mendengus sebal. "Lebay!"
"Kamu emang sahabat paling baik, Vi. Tau aja aku dateng, sampe repot-repot masak segala. Makasih ya ... " Yana cipika cipiki sama Via.
Via cuman diem tanpa ekspresi.
"Kenapa bengong? Ini makanan mau dianggurin aja?" Yana berinisiatif mencuci tangan di wastafel dan mengambil piring.
Via nurutin Yana ikutan duduk.
"Nih!" Yana menyodorkan piring berisi nasi pada Via. "Makan yang banyak biar cepet gede!"
"Apaan sih?" Via tersenyum kecil, mulai cair kekecewaannya.
Setelah komat kamit baca doa sendiri, Yana langsung menyantap makanannya dengan lahap.
"Heem, enak banget. Mantap!"
Via memperhatikan sahabatnya, senyum Via semakin lebar sekarang. Hilang sudah semua kecewanya. Yana itu memang pribadi unik, suka ngeselin tapi bisa banget bikin orang jadi feelin good.
"Eh, Yan. Emangnya kamu udah nggak diet lagi ya?" Via heran karena melihat Yana nambah nasi juga lauk beberapa kali.
"Halah, lupakan diet! Lupakan, lupakan! Orang nggak jadi fitting baju pengantin juga kok!"
Via tertawa lebar, senang rasanya melihat Yana benar-benar move on.
"Eh, ngemeng-ngemeng ini nggak papa nih makanannya abis? Ntar kalo suami kamu pulang mau makan gimana?" Tanya Yana sambil menggrogoti gurame, pokoknya jangan sampe ada yang tersisa.
"Telat! Udah abis baru kamu ingat suamiku!"
"Heheee ..."
____
Di rumah Bu Een,
Mirza mengelap kening Bu Een yang berkeringat dingin.
"Nggak panas kok, Bu. Paling Ibu cuman kecapekan."
"Kita bawa ke klinik dokter Burhan aja, Mas." Usul si Udin.
"Iya, Din bener. Mungkin Ibu darah rendah. Biar dipriksa sama dokter ya, Bu."
"Kamu aja yang periksa, Za. Kamu kan bisa."
"Iya tapi Mirza nggak bawa apa-apa, Bu. Kita ke klinik aja ya, biar ibu dikasih vitamin jadi cepet sehat."
Bu Een akhirnya nurut.
"Din, tolong kamu jaga toko dulu ya. atau kalo nggak tutup aja tokonya."
"Siap, Mas!" Udin bergegas ke toko yang hanya bersebelahan dengan rumah induk Bu Een.
Mirza memapah ibunya menuju Expander putih yang terparkir di depan rumah lalu melaju menuju klinik dokter Burhan.
Dokter Burhan yang sudah kenal baik dengan Mirza dan Bu Een langsung memberikan senyum ramahnya begitu mereka masuk ruangan.
"Dok, saya dari pagi lemes banget. Padahal udah sarapan, minum teh, minum susu, makan buah, makan cemilan juga." Papar Bu Een disela-sela kesibukan dokter Burhan mengecek keadaan Bu Een.
"Berarti Ibu kebanyakan makan." Seloroh Mirza usil.
"Tapi nggak mual kan, Bu?" Tanya dokter Burhan.
"Nggak, Dok."
"Sebentar saya buatkan resepnya dulu ya." Dokter Burhan menuliskan sesuatu setelah selesai memeriksa Bu Een. "Ibu hanya kecapekan saja kok, kurang istirahat dan banyak pikiran."
"Iya, Dok. Saya emang lagi banyak pikiran." Gumam Bu Een pelan. "Mikirin anak saya kapan ngasih cucu." Lanjut Bu Een sambil melirik Mirza.
Dokter Burhan hanya tersenyum. "Ini resepnya. Cuma saya kasih vitamin saja karena nggak ada yang serius."
"Makasih ya, Dok." Mirza mengambil resep bergegas keluar diikuti Bu Een.
"Za, habis ini antar Ibu jalan-jalan ya?" Pinta Bu Een.
"Kok malah minta jalan-jalan? Ibu nanti malah sakit lho. Kan harus Ibu istirahat?"
Bu Een pasang tampang jutek. "Biar Ibu nggak kepikiran soal cucu terus."
Mirza mengalah karena nggak tega. "Ya udah, Mirza ke apotik dulu ambil obatnya. Ibu tunggu di mobil aja." Mirza memberikan kunci mobilnya dan menuju apotik.
Bu Een tersenyum lebar.
Mirza menunggu obatnya seraya melirik jam tangannya. Hampir jam 12 siang.
Hem, pasti nggak keburu deh ketemuan sama Firman.
Mirza cepat-cepat menghubungi Firman sebelum dia menunggunya di tempat ketemuan.
"Halo, Man. Sori banget nih, kayaknya acara makan siang kita dicencel dulu deh. Soalnya Ibu mendadak sakit, ini aku baru di klinik."
"Oh, gitu? Ya udah nggak papa, gimana kalo kita ganti nanti malem aja?" Usul Firman dari seberang.
"Ok, boleh juga. Kabarin aja ya tempatnya."
Mirza lega. Kalau nanti malam pasti bisa, pikirnya. Lantas Mirza teringat sesuatu dan jemarinya lincah mengetik pesan.
_______
Di rumah Via,
Klutek
Ponsel Via berbunyi pertanda ada pesan masuk.
Sayang, makan siangnya diganti makan malam aja. Kita nggak jadi pergi soalnya Ibu malah ngajakin jalan-jalan ini abis kontrol di kliniknya dokter Burhan. Kamu nggak marah kan? Nanti aku pasti cepet pulang kalo udah selesai. Love you ❤️❤️ salam cup cup ah, kecup-kecup basah 😘😘
Via terkekeh sendiri selesai membaca pesan Mirza.
"Kenapa kamu, Vi? Ketawa sendiri nggak ngajak-ngajak!" Tanya Yana heran menatap Via dengan tatapan kepo.
berrrrrsambung lagi ya ,☺️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
gimanaau punya cucu.mau enak enak sama istri di gangguin terus sama mertua
2021-07-28
0
Penulis Jelata
Ujian berumah tangga ini mah🙂
2021-06-20
0
Tiktok: misshel_author
Maaf baru bls kak ... sukses selalu ... 😍
2021-06-17
0