Setelah baca Leave Coment biar aku tau ini apa sih yang kalian rasakan dan fikirkan setelah membaca tulisan ini, karena itu semua bisa jadi masukan, supaya aku semakin baik dalam menulis.
______________________________________________
“Jadi putriku sudah siuman? Aku akan membawanya pulang!” Seorang lelaki masuk ke kamar perawatan Alya, dia adalah Si Pemuja Iblis Jahanam.
“Papa!!!” Alya histeris.
“Selamat pagi Pak, saya Dirga saya adalah Kepala Polisi untuk bagian kriminal, mengenai Alya .... “
“Diam kau, nih.” Sebelum selesai Pak Dirga berbicara dia menyerahkan lembaran kertas pada Pak Dirga, Aditia sudah bisa menduganya.
“Surat Perintah Pelepasan Penangkapan Tersangka, surat ini dikeluarkan karena jaminan dari Pak Harsawi Manjaya selaku ayahnya, ditandatangani langsung oleh Kepala Kepolisian Kanit Reskrim, Kanit Reskrimnya kan saya ya? Kok yang tanda tangan wakil saya? ” Pak Dirga membaca surat perintah itu tapi bingung dengan keadaan ini.
“Itu urusan internal anda, lihat ada capnya berarti sah surat perintah ini. Alya, ayo pulang!” Pak Harsawi mendekati anaknya dan berusaha menariknya dari tempat tidur, bahkan Alya masih pakai alat infus ditangannya.
“Alya nggak mau pulang!!!” Alya menampik tangan ayahnya, tiga bodyguard yang kemaren mendampingi Pak Harsawi masuk ke dalam, mereka mau membantu tuannya.
“Pak,” Aditia memegang bahu Pak Harsawi. “Alya kesurupan semalam, dia berteriak tentang sesosok yang tinggi sekali, menakutkan dan mencoba mencekiknya, dia berteriak hingga membuat semua Pasien, Dokter dan Perawat melihat. Ada beberapa keluarga Pasien yang merekam kejadian itu, saya yakin kalau sampai videonya kesebar, cepat atau lambat Wartawan akan mengenali bahwa yang histeris ketakutan dan kesurupan adalah anakmu Pak, saya sudah mencoba membujuk mereka, tapi tidak ada satupun yang mau menghapus videonya, jika kau terlihat di sekitar sini dan menggeret anakmu keluar, akan lebih cepat wartawan mengenalimu.”
Pak Harsawi terlihat percaya dengan ucapan Aditia, karena raut wajahnya berubah menjadi tegang, dia pasti takut kedoknya yang melakukan pesugihan ketahuan oleh orang bisa bahaya, apalagi jika itu adalah lawan bisnisnya, itu bisa jadi bahan mereka untuk mengorek masa lalunya.
“Pergilah dulu, nanti kalau sudah tenang, saya akan bawa Alya pulang.” Sditia mencoba kembali meyakinkan.
“Saya tunggu kalian sampai siang ini, jika Alya tidak pulang, maka anak buahku akan menyeretnya keluar dari sini.” Pak Harsawi melepas tangannya dari Alya, tangan yang seharusnya dia gunakan untuk memeluk anaknya ketika dalam kesulitan, tapi malah digunakan untuk membunuh para keturunannya, hanya untuk kekayaan, lelaki busuk yang tidak punya hati, hatinya sudah diambil iblis dan dibakar di neraka.
Setelah Pak Harsawi pergi bersama kedua bodyguardnya, Aditia suruh Alya melepas alat infus, mereka harus segera pergi.
“Mau kemana Ya?” Alya bertanya pada Aditia.
“Kita akan menemui seseorang, kita harus pergi secepatnya, hanya itu satu-satunya tempat teraman untuk kita. Hanya lokasi itu Zona netral untukmu.” Aditia membereskan semua barang-barang Alya.
“Saya masih bingung Dit, ini kenapa surat pelepasannya ditandatangan oleh wakil saya ya? Kan saya ada, kok dia nggak minta ijin?” Pak Dirga masih memandang surat perintah di tangannya itu, dia heran dan kecewa, wakilnya yang merupakan anak didiknya itu mengkhianatinya, hanya kata-kata itu berat terucap dari bibirnya.
“Uang bisa mengubah segalanya Pak, makanya saya dititipin ke Bapak, karena Ayah yakin, Bapak satu-satunya orang yang nggak akan berubah karena uang.” Aditia mengandeng Alya yang sudah mengganti baju dengan baju biasa.
“Pak Tolong ya urus keperluan mengeluarkan Alya dari Rumah Sakit ini, aku harus membawanya ke zona netral kita.” Aditia melewati Pak Dirga yang masih memegang surat perintah dengan perasaan kecewa, dia hanya mengangguk mendengar permintaan Aditia, sementara Aditia dan Alya menggunakan angkot untuk pergi ke lokasi yang Aditia tuju, Zona Netral.
...
“Ya, kita akan ke mana?” Alya bertanya.
“Kita akan ke zona netral.” Aditia menjawab tapi masih tetap fokus menyetir angkotnya, untuk tadi Pak Dirga sengaja membawa angkot Aditia ke Rumah Sakit, jadinya sekarang mereka bisa kabur dengan angkot. Walau Aditia sedikit mengelabui para Bodyguard Ayahnya Alya agar bisa mengambi angkot yang terparkir di depan, sementara Alya sudah di keluarkan oleh Pak Dirga keluar lewat belakang, Aditia lalu menjemput Alya di pinggir jalan belakang Rumah Sakit, setelah berhasil keluar mengambil angkotnya. Tuhan sepertinya meridhoi langkah mereka, hingga kaburnya terasa mudah.
“Zona netral itu apa Ya?” Alya bertanya, wajahnya masih terlihat lemah.
“Zona di mana, tidak akan ada makhluk ghaib yang baik ataupun jahat yang bisa masuk tanpa ijin dari pemiliknya.”
“Adakah tempat seperti itu?” Alya tersenyum, dia terlihat sangat penuh harapan.
“Ada, hanya beberapa orang saja yang tahu, Ayahku salah satunya, dia pernah mengajakku beberapa kali ketempat itu karena beberapa urusan. Aku rasa beliau akan mau membantumu.”
“Apakah ini kerajaan laut Ratu Pantai Selatan.”
“Apa?” Aditia tertawa terbahak-bahak.
“Kok ketawa, aku hanya merasa bahwa mungkin hanya Nyai Roro Kidul yang bisa menghalau makhluk tinggi itu, karena kekuatan mereka sama.”
“Tidak, tidak. Ayahku tidak punya hubungan dengan Nyai Roro Kidul, dan tempat yang akan kita datangi milik seorang manusia, manusia seperti kita.”
“Kau yakin dia bisa membantu kita? Maksudku, dia hanya manusia biasa seperti kita.” Alya terlihat kecewa.
“Aku bilangnya, dia manusia seperti kita, tapi tidak bilang dia manusia biasa, dia manusia yang luar biasa, Alya percaya Adit kan?” Ini pertama kalinya Aditia berkata dengan lembut kepada pujaan hatinya.
“Alya hanya percaya Adit.” Alya tersenyum.
“Ok, kita udah sampe.” Setelah berkendara sekitar 45 menit, akhirnya mereka sampai.
“Ya!!!” Alya kaget begitu mereka sampa pintu gerbangnya, saking takutnya dia langsung memeluk Aditia, setirnya juga sedikit goyang saat itu, dan terpaksa harus menginjak rem karena Alya Panik.
“Kamu liat?” Aditia bertanya.
“Ramai sekali, ada ratusan Ya!” Alya menunjuk sepanjang gerbang itu. mereka mengerikan, berwajah sangar dan berbadan besar, semua terlihat berbaris di depan menjaga tempat ini.
“Aku fikir kau hanya bisa lihat Makhluk itu, tapi ternyata kau memang bisa melihat ‘mereka’?” Aditia bertanya.
“Apa maksudmu ‘mereka’?” Alya bertanya kembali.
“Apa yang kau lihat mengerikan dan sangar-sangar itu adalah pasukan ghaib, hanya orang dengan mata batin yang terbuka yang bisa lihat ‘mereka’. Aku ralat, jumlahnya bukan ratusan, tapi hampir mencapai seribu, tempat ini adalah sebuah gedung besar yang sekelilingnya di jaga ketat oleh makhluk buas seperti itu, makanya ini zona netral, kita masuk ke parkiran ya, tenang, mereka tidak akan menyerang, mereka mengenaliku dan bauku.” Aditia menenangkan Alya, dia masih memegang bahu Aditia.
Setelah masuk parkiran Aditia mematikan mesin mobil dan memberi penjelasan pada Alya.
“Kau tahu bahwa setiap negara memiliki Kedubes di setiap negara yang merupakan kawan?”
“Iya aku tahu, tapi apa hubungannya? Kenapa kau bertanya?” Alya masih sedikit ketakutan walau di dalam gedung sudah tidak ada makhluk itu lagi, tapi kalau kau yang membuka mata batinmu, kau akan melihat kerumunan pasukan di luar sana, berisik dan mencekam, padahal ini di tengah kota, kau sepert masuk pada abad pertengahan tahun 40an, di mana tekhnologi belum menyapa sama sekali, karena wujud Pasukan Ghaib itu sangat menakutkan.
“Kalau kau adalah buronan dan kau meminta perlindungan kau tinggal berlari pada salah satu Kedubes yang ada di suatu negara, maka polisi dari negara itu tidak berhak menangkapmu karena tempat yang di jadikan Kedubes itu bisa dibilang perwakilan dari negara sahabat, yang mengusung hukum dari negaranya sendiri walau tempat itu berdiri di negara lain, tapi hukum tetaplah mengikuti dari Kedubes itu berasal, maka Polisi tidak berhak masuk dan menangkap seenaknya, dan menjadi hak dari tuan rumah untuk menyerahkannya atau malah melindunginya, dan itu bisa dibilang tidak melanggar hukum.”
“Iya aku tahu itu Ya, tapi apa hubungannya?” Alya masih bingung.
“Tempat ini seperti Kedubes itu, di negara ini satu-satunya tempat yang bisa melindungmu hanya di sini, tidak ada makhluk ghaib asing yang bisa masuk tanpa ijin, tidak ada kekuatan hitam, putih atau abu-abu yang bisa dikirim ke sini, karena tempat ini memiliki hukumnya sendiri.”
“Aku percaya, melihat dari begitu banyaknya Pasukan Ghaib yang berjaga di luar sana, siapa yang berani masuk seenaknya?” Alya masih bergidik membayangkan siapa pemilik dari para pasukan itu, pasukannya saja mengerikan.
Lalu Aditia membuka pintu mobil, turun dari sana dan membuka pintu Alya, menuntun Alya untuk mengikutinya.
Mereka masuk ke Lobby gedung ini dan menghampiri Resepsionisnya.
“Mbak, tolong telp nomor unit 513 ya, tolong katakan Aditia mau ketemu.” Aditia berbicara dengan resepsionisnya, lalu resepsionis itu menelpon dan mengatakan sesuai yang Aditia katakan.
“Mari Mas, saya antarkan ke unitnya.” Resepesionis itu mengantar Aditia dan Alya, mereka akan naik lantai 5 nomor 13, liftnya tidak bisa digunakan sembarangan, harus ada Access Card yang di tap untuk menekan lantai yang di tuju.
Ya, ini adalah gedung apartemen super mewah yang ada di tengah kota Jakarta, orang biasa akan melihat dengan takjub karena kemewahan apartemen ini, dimana setiap orang yang memiliki unit di sini memiliki liftnya sendiri untuk masuk ke unitnya, dan tamu harus meminta bantuan resepsionis jika ingin berkunjung, tidak ada orang asing yang seenaknya bisa masuk, fasilitanya juga super mewah, setiap unit memilki jendela menghadap kota jakarta yang penuh dengan gedung tinggi, fasilitas olahraga yang lengkap mulai dari kolam renang, alat gym dan tentu saja mini mall yang mampu membuat siapapun yang tinggal enggan keluar kalau hanya sekedar ingin berkafe ria. Itu yang orang biasa lihat.
Tapi untuk orang-orang yang memilki indera keenam, mereka akan melihat bahwa gedung mewah ini di dikelilingi makhluk buas dengan berbagai bentuk yang menakutkan menjaga gedung, keseluruhan penjaga itu adalah milik satu keluarga, mereka sengaja memerintah penjaga yang jumlahnya hampir 1000 itu untuk melindungi 1 keluarga ini, karena nyonya rumah yang sedang dalam keadaan lemah.
Kalau nyonya rumah sedang dalam keadaan stabil, mereka biasa memerintah Pasukan Ghaib hanya sekitar 200an saja, tentu yang terbaik diantara seluruh Pasukan itu, jadi memang gedung ini sangat amat aman untuk Alya karena tingkat penjagaannya yang tinggi. Orang-orang yang pernah dilindingi mengatakan bahwa tempat ini adalah Zona Netral.
Resepsionis memencet bel, tidak lama pintu terbuka, nyonya rumah membuka pintu dengan lebar.
“Bu, ini Mas Aditia.” Resepsionis secara profesional memastikan bahwa nyonya rumah mengenal tamu yang dia bawa.
“Oh iya, aku kenal terima kasih.” Lalu resepsionisnya pergi meninggalkan mereka.
“Adit masuk yuk.” Nyonya rumah yang terlihat ramah dan sangat cantik mempersilahkan mereka masuk.
“Terima kasih Ayi .... ” Aditia lalu masuk bersama Alya.
_______________________________
Catatan Penulis :
Ada yang tau siapa yang Aditia maksud sebagai nyonya rumah pemilik Unit Apartemen nomor 513, yang dipanggil Ayi?
Baca Karuhun juga ya ....
Kira-kira Ayi mau nolong nggak ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 568 Episodes
Comments
eka wati
ayi? tante nya Adit kah?
2024-04-22
0
Enok Wahyu.S GM Surabaya
ini kayak cerita apa ya namae lupa, hotel pengantar ruh
2024-01-21
0
Endra Simanungkalit
bagus
2023-08-16
0