Sebelum baca like dulu aja ya, biar aku makin semangat up nya.
Setelah baca Leave Coment biar aku tau ini apa sih yang kalian rasakan dan pikirkan setelah membaca tulisan ini, karena itu semua bisa jadi masukan, supaya aku semakin baik dalam menulis.
______________________________________________
Alya sudah pindah ke ruang rawat inap, dia masih tertidur. Hari sudah malam, Pak Dirga pulang.
Ibunya Alya sudah meninggal, ayahnya ... tidak kembali lagi, Aditia memang berharap ayahnya Alya tidak kembali, dia harus berbicara dengan Alya terlebih dahulu.
Aditia mengaku sebagai kakaknya Alya, maklumlah yang menunggui orang sakit seharusnya keluarga, masa mau ngaku sahabatnya yang terkena Friend Zone, yang ada nanti diusir.
Karena cukup lelah dan ini sudah tengah malam Aditia akhirnya keluar, dia mau melihat apakah bisa membeli kopi, atau siapa tahu bisa minta air panas ke Perawat atau Satpam yang jaga, Aditia memang selalu membawa kopi kemasan kemanapun dia pergi, karena sebagai supir angkot, dia tidak boleh mengantuk, apalagi dia seorang supir dua alam.
Ketika melewati pos perawat, dia melihat satu orang perawat sedang sibuk dengan komputernya, satu lagi tertidur, Aditia takut jika mengganggu mereka dan malah menanyakan Aditia siapa, maka dia mengurungkan untuk bertanya. Lalu dia berjalan lagi, ternyata pintu teralis yang menghubungkan satu bagian rumah sakit ke bagian lain, ditutup.
“Yah ditutup.” Aditia berdiri di depan teralis, dia berharap ada seorang saja yang lewat, siapa tahu bisa dimintai tolong membelikan kopi.
“Mas, lagi ngapain?” tiba-tiba di belakangnya ada seseorang menegur dia.
Aditia berbalik, dia memandang perawat itu dengan tatapan curiga. Perawat perempuan ini datang entah darimana, Aditia tidak mendengar langkah kaki sama sekali sebelumnya, karena dari tempatnya berdiri saat ini, kosong hanya lorong yang menghubungkan satu kamar dengan kamar lain yang semua kamar itu tertutup, karena ini sudah tengah malam. Pasti semua orang tertidur, bahkan tidak ada Dokter visit. Setelah lorong sepi tadi, baru ada pos perawat yang Aditia lewati, tapi itu jaraknya sekitar seratus meter, tidak terlalu dekat hingga bisa membuat kedatangan seseorang tidak terasa.
“Sedang mencari kopi, Mbaknya ngapain?” Aditia bertanya.
Lalu perawat itu berbalik, dia yang tadinya menghadap Aditia lalu membelakanginya dan berjalan menuju lorong sepi, lalu setiap lorong yang dia lewati, lampunya mati. Bahkan ada teriakan dari dalam kamar karena kaget lampunya mati dan dalam detik yang sama lampu yang mati tersebut pecah, pecahan belingnya terlempar ke segala arah. 2 kamar, 4 kamar, 6 kamar, lampu mati setiap kali Perawat itu berjalan di depan ruangan itu. teriakan dari penghuni kamar yang dilewati Perawat misterius itu semakin kencang, semua orang yang bermaksud keluar dari ruangan mencari bantuan tidak bisa kemana-mana, kamar terkunci! tidak bisa dibuka.
Aditia mencoba pintu kamar terdekatnya, tapi tidak bisa dibuka, orang-orang di dalam berteriak minta tolong, mereka ketakutan.
Mau tidak mau, Aditia berlari mengejar Perawat itu.
“Assalamualaikum.” Aditia menyapanya, dia tidak menjawab, tapi dia berhenti tepat satu langkah di depan Aditia.
“Perkenalkan, saya Aditia, saya ....“ Sebelum Aditia selesai bicara, perawat itu berbalik dan terlihatlah wajahnya rusak, bagian pipinya bolong, matanya menghitam sempurna, bibirnya robek-robek, kepala mengeluarkan isinya, bajunya lusuh, kakinya tidak menapak, tentu saja, dia kan, setan.
Lalu Perawat itu mendekati Aditia dengan cara yang aneh, dia menyeret kakinya yang tidak menyentuh lantai, lalu tepat berada di depan Aditia tanpa jarak, dari sini Aditia mencium bau busuk yang sangat menyengat.
“Kaseeeppp ....“ Perawat setan itu berteriak dengan kencang memanggil Aditia.
Aditia menatapnya dengan tenang lalu berlari, melewati ruh setan Perawat ini. Dia berlari secepat yang dia bisa, dia mengabaikan teriakan dari kamar-kamar lorong sepi itu, mereka akan baik-baik saja walau Aditia tidak menolongnya.
Melewati Pos Perawat, Aditia melihat para perawat itu ditutup kuping dan matanya oleh makhluk tak kasat mata, hingga para Perawat itu tidak mendengar dan melihat apa yang terjadi, Aditia makin yakin ada yang salah.
Aditia terus berlari, walau dia tahu dari belakang Perawat itu terus mengikutinya, Aditia berlari secepat yang dia bisa, lalu begitu sampai di ruangan Alya dirawat, Aditia mendobrak pintu yang sebelumnya tidak dia kunci, Alya mana mungkin kuat bangun dan mengunci pintu ini, Aditia mendobrak pintunya, tidak berhasil, dia lalu mengintip di kaca depan yang bisa membuatnya melihat keadaan di dalam ruangan, walau kacanya tidak terlalu besar, tapi cukup untuk melihat ada siapa di dalam, Aditia melihat seorang Perawat yang sedang berdiri dengan tatapan kosong melihat ke arah ranjang Alya, sementara Alya melotot melihat ke atas, lagi-lagi dia seperti sedang dicekik.
Sial! Aditia mendobrak lagi pintunya, dia tidak bisa melihat makhluk itu, Begu Ganjang pasti sedang mencelakai Alya lagi, seharusnya Aditia tidak lengah tadi.
Dia mengeluarkan Keris mininya, menempelkan pada tangan kanan, saat ini Perawat setan yang tadi berusaha mengalihkannya langsung hilang begitu melihat Aditia mengeluarkan keris itu. Lalu Aditia menggebrak pintu dengan keris mini dari tangan kanannya. Seketika pintu terbuka.
Aditia berlari ke dalam, Alya meminta tolong dengan menggerakan tangannya ke arah sahabatnya itu, Aditia mencoba mencari cincin Alya, di mana cincin itu, dia terus mencari dengan cepat. Saat melihat ke arah Perawat yang masih menatap Alya dengan tatapan kosong itu, Aditia melihat Perawat itu memegang sesuatu, lalu Aditia menarik tangan Perawat yang terkena pengaruh gendam setan ini, membuka genggamannya dan benar saja ternyata cincin Alya ada di genggamannya.
Setelah itu Aditia memakai cincin itu di kelingkingnya, Begu Ganjang lagi-lagi terlihat, dia sedang mencekik Alya, Jin ini terus mencekik hingga Alya tidak berdaya.
Adit kembali merapal Puisi Magisnya,
Ka Rama nu ngayuga
Ka Ramana nu ngayuga
Ka Ramana nu ngayuga
Kalawan kanu ngurus jeung ngaluis Si Alya
Parentah Kangjeng Gusti,
Nabi Adam pangyampurnakeun badan awaking,
Sir suci,
Sir adam,
Sir Muhammad,
Muhammad Jaka lalana,
Nu aya di saluhuring ala
NYINGKAH SIA IBLIS JAHANAM!!!
Lalu keris Mini dia tancapkan di salah satu tangan yang mencekik Alya, Begu Ganjang kepanasan, dia pun melepas cekikannya dan menatap Aditia dengan penuh amarah, wajahnya jauh sekali di atas atap, tapi Aditia melihat bahwa dekatnya bahaya jika membiarkan Alya sendirian.
Setelah Begu Ganjang pergi, Alya melihat ke arah Aditia dengan heran, Aditia berlari dan memeluk Alya, Alya membiarkan tubuhnya dipeluk, tidak lama kemudian dia tertidur lagi, tubuhnya masih lemah karena selalu dicelakai oleh makhluk kiriman itu.
Setelah Alya tertidur, Aditia menepuk bahu Perawat yang tatapannya masih saja kosong, setelah itu dia menutup mata perawat itu dengan tangan kanannya, seketika perawat itu jatuh ke bawah, Aditia masih memegangi tubuh Perawat itu agar tidak ambruk.
Tadi pasti perawat itu diserang dengan gendam, hingga melepas cincin Alya, setan di sini rupaya takut dan mengikuti semua perintah dari Begu Ganjang untuk mengelabui Aditia, salahnya meninggalkan Alya hingga tak memikirkan resikonya.
Untung Aditia cepat menyadarinya, dia merasa ada yang aneh saat melihat seorang perawat berlari ke arah lorong kamar Alya sementara semua orang di lorong gelap belakangnya sedang berteriak, Aditia langsung yakin bahwa Alya sedang dikerjai. Makanya dia berlari dan mendobrak pintu ruang rawat alya.
Setelah dilepaskan dari Gendam, Perawat itu menangis, dia bilang dia melihat semua rekan kerjanya aneh, mereka seperti di hipnotis tidak melakukan apapun, tangan dan kakinya bergerak sembarang, dia lalu mencoba menelpon satpam, tapi saat akan menelpon, tangannya dipegang oleh sesosok wanita yang berpakaian Perawat juga, tapi bukan seragam rumah sakit ini, lalu perawat itu tertawa dengan nyaring di telinganya, suara nyaringnya membuat Perawat itu mual dan merasa pusing, tidak lama kemudian dia merasa gelap, setelahnya tidak ingat apa pun lagi.
“Mbaknya itu kena gendam, pada saat Perawat setan itu menyentuh tangan Mbak, sebenarnya dia sedang menipu mbak, Mbak tidak benar-benar sedang dipegang, pertama Mbak ketakutan karena melihat seluruh temannya aneh, saat perasaan ketakutan itu muncul di diri Mbak, setan Perawat itu sedang membajak otak Mbak dengan perasaan was-was, untuk itu mudah sekali membuat orang yang panik dikerjai dengan gendam, dia tidak benar-benar menyentuh tangan Mbak, karena dia bukan jenis yang bisa menyentuh manusia, kecuali dengan tipu daya, ya itu tadi, membajak otak Mbak dengan rasa takut. Makanya pikiran Mbak melihat apa yang diperintahkan oleh setan itu, merasakan apa yang diperintakan setan itu, padahal semua palsu. Sekarang Mbak kembali ke pos Perawat, minta bagian terkait untuk melihat CCTV, tanyakan pada teman-teman Perawat lainnya, apakah mereka merasa melakukan apa yang mereka lihat di CCTV, kalau jawabannya tidak, berarti semua orang di lantai ini sudah kena gendam, kalian tahu, banyak sekali penghuni di sini.” Aditia mengatakannya dengan tenang.
“Baiklah Mas, terima kasih sudah menolong saya, saya akan melakukan seperti yang Mas suruh, tapi apabila memang kami semua kena gendam, apa ritual yang harus kami lakukan?” Perawat itu bertanya.
“Ritual? Mbak pikir saya dukun? Semua orang harus banyak ibadah, jangan percaya hal yang tidak ada dasarnya, jangan menyentuh hal yang tidak dikuasai dan selalu berbuat baik, itu cukup. Oh ya satu lagi, selalu sediakan air panas yang bisa diakses semua orang di dekat pos Perawat.”
“Air panas? Untuk menjauhkan Jin?” Perawat itu bingung.
“Bukan, untuk saya, saya mau minum kopi tapi air panasnya nggak ada!”
Perawat itu tertawa karena Aditia ternyata sedang bercanda, dia lalu bilang akan membawakan kopi untuk Aditia sebagai tanda terima kasih.
Sementara Aditia melihat Alya tersenyum dalam tidurnya, mungkin dia masih belum terlelap dan mendengar kami berbicara.
Aditia lalu duduk di sampingnya dan menjaga wanita yang disayanginya itu, sampai pagi.
...
Aditia terbangun, dia merasa bahwa kepalanya seperti diusap oleh seseorang, dia kaget dan terbangun, tenyata dia ketiduran.
“Al, udah bangun?” Aditia bertanya, Alya ternyata yang mengusap kepalanya, bahkan tangannya masih di kepala Aditia.
“Aku tidak pernah menyangka bahwa kau dekat dengan ‘mereka’, aku pikir, aku sendirian.” Alya menangis.
Aditia membetulkan posisi duduknya, sepertinya Alya siap untuk menceritakan semuanya, Aditia memang butuh mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, untuk bisa mengambil langkah berikutnya.
“Kau fikir ada supir angkot yang narik sampai tengah malam?” Aditia bergurau agar suasana tidak begitu kaku, Alya sudah duduk di tempat tidur ruang rawatnya. Wajahnya masih lemas, tapi sudah lebih baik dari kemarin.
“Gue mana tahu supir angkot narik sampai jam berapa.” Alya berkata masih dengan lemas.
“Oh iya, gue lupa, lu kan anak orkay, mana pernah naik angkot ya.” Aditia tersenyum, tidak bermaksud mengejek.
“Gue emang anak orang kaya, semua yang gue mau selalu ada, tapi itu semua percuma kalau gue nggak punya siapa-siapa yang bisa lindungin gue, gue bahkan nggak berhak atas nyawa gue sendiri.”
“Al, jangan ngomong sembarangan, perkataan itu doa, semua orang berhak atas hidupnya, karena hidup dan mati milik Tuhan, maka berusahalah untuk hidupmu.”
Alya menunduk.
“Dit, Alya udah bangun?” Pak Dirga datang membawa sarapan bubur beberapa bungkus.
“Tenang Al, dia itu sahabatnya bokap, dia selalu nolong gue, bukan cuma soal manusia Al, kebanyakan gue minta tolong soal ‘mereka’. Dia akan percaya sama kita, jadi lu nggak perlu takut.” Aditia menenangkan Alya yang terlihat kaget dengan kedatangan Pak Dirga.
“Iya Alya, Bapak akan bantu kalian semampu bapak. Tapi Alya harus ceritakan semuanya, sumber masalahnya dan asal muasal tabrakan itu.” Pak Dirga duduk di samping Aditia di dekat ranjang Rawat Alya.
“Aku adalah Alya Harsawi Manjaya, pewaris harta satu-satunya atas seluruh kekayaan Manjaya Corp, sampai tahun kemarin nilai kekayaan keluargaku adalah sekitar 95 Triliun, kami adalah orang terkaya nomor 5 di negeri ini.”
“Baik, teruskan.” Pak Dirga menelan ludah karena mendengar jumlah kekayaan keluarga gadis ini, maklum sebagai pegawai negeri, gajinya jelas, bahkan tidak lebih dari 150 juta pertahun, berarti diperlukan waktu ratusan ribu tahun untuknya mengabdi pada negara agar memiliki kekayaan yang sama dengan keluarga Alya, syaratnya pun dia harus mau tidak makan dan minum dari gajinya agar uang di tabungannya bisa mencapai 95 Triliun.
“Kalian pikir mungkin hidupku mudah, aku bergelimang harta dan pewaris satu-satunya, semua kekayaan akan jatuh padaku, tapi itu semua bohong. Jangankan bahagia, selama sisa umurku, aku akan terus dikejar oleh Begu Ganjang sebagai ... TUMBAL TERAKHIR!”
________________________________________
Catatan Penulis :
Part kali ini sampai sini dulu ya, jgn lupa coment menurut kalian, apakah semua orang kaya itu sudah pasti mengabdi pada setan?
Aku percaya bahwa membuat perjanjian dengan Tuhan jauh lebih menyenangkan daripada dengan JIN, karna tidak diperlukan tumbal untuk mendapatkannya. Hanya perlu meminta dan berikhtiar, nggak semudah yang dibicarakan sih, tapi sungguh nikmat itu akan terasa ketika doa diijabah.
Jangan lupa like, yang belum follow akunku follow deh biar kalian tau kalau ada update dariku, yang belum coment, coment dong, kasih tau Author, tulisan Author nih seberapa mengenanya sih di hati kalian.
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 568 Episodes
Comments
Pisces97
tapi masih banyak kok disekitar kita masih manganut pesugihan
contohnya tumbal akan minta dari anak² keluarga saudara jika sudah habis tak tersisa tinggal diri sendiri
minta kekayaan dengan makhluk halus gk gratis enak minta sama pencipta tuhan semesta dia,usaha ,sabar dan tetap bersyukur kekayaan adalah rezeki dari Allah SWT tanpa minta imbalan karena Allah ridho
dan lebih tenang mendekatkan diri kepada Allah SWT dari pada mencari kekayaan tapi jalan yang salah bukan mendapatkan berkah tapi musibahhh
2023-11-17
0
Selvia Suri Krisna Dewi
naudzubillah... jgn sampai anak keturunan kita janjian SM demit... jauh jauh.. mendingan kita kaya raya tp minta nya sama ALLAH... lebih nikmat hehehe... aaammiiiinn
2023-08-31
0
Maisyaroh
namanya aja hidup y kn Thor...kalo hidup itu berarti penuh dngn prjuangn gak akn lurus terus n gk akn aman terus pasti ada saat"terberat,trlapang n Ter"lainnya intinya setiap kehidupan d bumi ini pasti merasakan yng namanya ujian atau semacamnya walaupn setiap yng brnyawa ujian hidupnya brbeda"ada yng ringan ada pula yng berat tp itu semua sudah d atur sama yng kuasa yaitu Allah subhanahu wata'ala
2023-08-21
0