Bagaikan sebuah cheat dalam game yang dapat menaukkan status player secara instan tanpa harus bersusah payah. Itulah yang semua anggota unit 25 pikirkan setelah melihat segala sesuatu menyangkut misi semalam yang tercantum di atas secarik kertas, kecuali dia yang mengabulkan impian tersebut.
"Disini tertulis, jika kita hanya harus menangkap Bilak dan pengawalnya susah bisa disebut misi tingkat S dengan perolehan poin 110 karena skill mereka yang tinggi. Tapi bonus ini....." Kata Kayla kaget melihat semua yang tercantum di atas kertas putih tersebut.
"Juga mafia besar seperti Serigala Perak yang kita ringkus, pasti kita akan masuk ke peringkat 30 besar." Sahut Chila girang.
"Apa informasi inisudah tersebar bu Dewi?" Bertanya Reiki malas.
"Itu belum kami sebar luaskan untuk sekarang. Mungkin nanti setelah kalian membereskan masalah ini." Jawab Bu Dewi.
"Tapi kenapa tidak para tentara yang mengatasi masalah ini?" Tanya Daigo yang heran melihat semua personil militer hanya mengepung tempat ini bukannya bergerak.
"Itu karena mereka membawa bantuan dari anggota dari luar. Jadi kami hanya bisa melawan yang ada di luar. Sedangkan yang ada disini diserahkan pada kalian." Jawab Bu Dewi enteng.
"Tapi....." Tidak sempat Daigo menyelesaikan kalimatnya, dia sudah disela duluan.
"Akan kami terima. Dengan imbalan 20 poin dan beberapa uang." Tawar Reiki.
Wajah Reacher dan Bu Dewi langsung pucat mendengar harga yang Reiki tawarkan untuk menyelesaikan masalah yang ada di depan mereka.
"Bagaimana? Terima atau......tolak?!" Kata Reiki dengan wajah serius dan tatapan tajam yang mengintimindasi sembari mengulurkan tangan.
"......" Tak ada jawaban dari Bu Dewi maupun dari Reacher, keduanya diam saja mematung memikirkan pilihan yang harus mereka ambil.
"Baiklah. Kami setuju." Seru Bu Dewi sembari menjabat tangan Reiki.
Sebuah senyuman merekah di wajah Reiki mendengar hasil keputusan yang di ambil Bu Dewi untuk menyetujui kesepakatan mereka berdua.
"Beri kami 25 menit untuk bersiap. Dan aku akan pulang mengambil peralatan ku dulu." Seru Reiki berbalik meninggalkan mereka tanpa mendengar jawaban yang diberikan.
↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑↓↑
"Kita mulai saja sekarang." Kata Daigo memberi aba - aba pada rekan satu timnya.
"Roger." Seru mereka bertiga serempak.
Sudah dua puluh menit berlalu dan mereka semua sudah siap melakukan misi dengan persiapan penuh dwngan senjata yang dipinjamkan oleh sekolah. Kecuali untuk saru orang yang menjadi biang keladi semua kerusuhan ini.
Daigo memimpin Chila dan Kayla menuju pintu masuk ke dalam taman. Sedangkan Listy langsung berlari bersiap di salah satu atap gedung sekolah karena dia adalah sniper dari unit tersebu.
Mereka bertiga masuk dengan langkah mantap, optimis dapat menyelesaikan misi ini tanpa Reiki membantu di dalamnya.
"Sepertinya aku datang terlambat." Kata dia yang datang paling akhir.
"Cepat masuk dasar bocah ingusan." Bentak Reacher agar dia segera masuk.
"Cih. Aku tau itu."
Reiki langsung mengeluarkan tongkat besinya dari balik perisai berbentuk tutup peti mati tersebut. Dia mengayunkan tongkat tersebut ke depan. Seketika, tongkat pendek yang tadi berubah menjadi panjang. Reiki langsung menghubungkan salah satu ujung tongkatnya dengan ujung gagang sabitnya.
"Aku ambil jalan pintas saja agar lebih cepat." Gumamnya sendiri.
Reiki langsung mengayunkan sabit besarnya yang dia sambung tadi pada tembok dari tumbuhan itu. Seketika tanaman di depannya langsung terbelah, membuat jalan untuk Reiki lewat.
Semua orang yang melihat kengerian jika sabit sebesar itu menghampiri tubuh mereka, hanya bisa menelan ludah takut. Tanpa terkecuali untuk Reacher.
《→→→○←☆→○←←←》
"Bagaimana keadaan disana, apa kau melihat sesuatu dari ketinggian?" Tanya Daigo yang sedari tadi tidak bisa melihat apa - apa kecuali tembok hijau dari tumbuhan yang menjulang tinggi.
"Terlihat sebuah pergerakan aneh dari arah 50 meter di depan kalian. Hati - hati." Peringat Listy dari handy talky.
Mereka memperlambat langkahnya menuruti peringatan dari Lisry yang menjadi pengawas dari ketinggian.
"Hey....Daigo....." Panggil Chila pelan.
"Ada apa?"
"Bagaimana jika aku mendapat masalah dengan tidak bisa mengatasi semua musuh itu sendiri?" Tanya Chila gelisah dengan nasibnya.
"Kalau begitu kau hadapi sendiri saja. Lagi pula aku tidak sudi menolongmu." Sahut Kayla mengejek.
"Moo...siapa juga yang bertanya padamu penyihir wanita." Balas Chlia kesal.
"Berhenti bertengkar hanya karena masalah kecil. Tentu saja aku akan menolongmu dan itu juga berlaku padamu Kayla. Aku tidak akan membiarkan rekanku mati." Seru Daigo meyakinkan kedua wanita itu sambil terus berjalan ke depan.
Sejenak setelah pembicaraan terakhir, perkataan Daigo langsung diuji dengan munculnya lima orang berpakaian serba hitam muncul mengepung mereka dari segala arah.
"Hati - hati, jangan gegabah dan langsung menyerang." Kata Daigo memperingatkan.
Kelima orang yang megepung mereka muncul dengan senjata api di masing - masing orang dan mengarahkannya pada Daigo, Chila dan Kayla.
Dorr.....
Suara tembakan terdengar kencang ke segala arah menumbangkan seseorang yang dia jadikan sasaran tembak.
"Kuserahkan sisanya pada kalian." Kata Listy dari hady talky.
Langsung Kayla melompat ke arah salah satu musuh tidak menyia - nyiakan kesempatan yang diberikan Listy dengan menembak jatuh salah satu musuh yang mengepung. Menarik sebuah shootgun yang sengaja dia gantungkan di punggungnya dan menembak paha musuh.
Merasa tidak mau kalah dengan Kayla, Chila dan Daigo juga maju menyerang tiga musuh sisanya. Daigo berlari dan melempar katana di tangannya pada Chila. Tau harus melakukan apa, Chila langsung menangkap katana tersebut dan melemparnya pada salah satu musuh.
Katana yang di lempar Chila menancap tepat ke lengan salah satu musuh. Chila maju memegang gagang katana dan memukul wajah musuhnya dengan sarung tangan besi yang dia pilih hingga jatuh dan katana kembali pada tangannya.
Lalu Daigo berlari ke Chila. Chila mengangkat tinggi katana di tangan kanannya dan tangan kirinya dia buka dan direndahkan hingga akan menyentuh tanah.
Daigo langsung menjadikan tangan kiri Chila sebagai pijakan dan menyambar katana di tangan satunya sebelum salto di udara hingga menebas dangkal perut dua musuh yang tersisa.
Arghh....
Suara teriakan kesakitan mereka berlima menggema ke segala arah. Meski mereka bertiga melakukan serangan bergantian, tapi musuh yang melihatnya merasa jika itu sangat cepat hingga tidak sempat memberi respon hinga mereka tumbang dan berteriak bersamaan.
"Kombinasi yang bagus." Puji Listy yang sudah mengamati semuanya dari ketinggian.
"Ahh....itu bukan apa - apa." Jawab Chila dengan tawa canggung.
"Benar - benar kombinasi yang bagus. Aku harus berterima kasih pada Reiki karena mengajarkannya padaku." Kata Daigo melihat kedua tangannya.
Kayla berjalan mendekati mereka berdua yang sudah melumpuhkan tiga musuh yang tidak jauh dari tempatnya.
"Sangat berguna untuk menghadapi musuh yang jumlahnya lebih banyak dari kita. Kukira itu hanya sebuah gurauan." Kata Chila yang memasang kembali shootgun yang dia ambil ke tempatnya.
"Kita ikat saja disini dan kita lanjutkan perjalanan."
Chila mengeluarkan tali yang dia lilitkan di sekitar perut dan dadanya untuk mengikat lima orang tadi sesuai arahan kaptennya sebelum kembali berjalan maju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments