The Blood Red Rose
"Untuk apa kau kemari, pergi sana. Tidak ada yang menginginkanmu disini. Benar kan sayang." Bentak seorang wanita yang sedang menggendong bayinya.
"Kami tak pernah ingin memiliki anak laki laki, pergi sana. Dasar pengganggu pemandangan." Sahut pria di sampingnya dengan menendang nendang anak kecil yang akan mendekatinya dengan keras.
Anak itu segera pergi meninggalkan sepasang suami istri dengan seorang bayi perempuan di gendongan sang wanita di dampingi sang pria yang berdiri di sebelahmya.
Anak itu berjalan menjauh dan melewati gerombolan orang yang sedang duduk berbincang satu sama lain.
"Hey, hey, apa kalian lihat itu, bukankah dia adalah anak yang tak diinginkan itu yang orang orang bicarakan." Bisik salah satu dari mereka pada yang lain.
"Kau benar. Lihat dia, dia terlihat seperti sebuah kesalahan yang hidup, bahkan bisa berjalan dan bicara." Bisik yang lain.
"Kau benar sekali. Padahal dia masih berumur lima tahun sudah di buly semua orang. Kalau aku jadi dia mungkin aku sudah lama bunuh diri." Bisik salah seorang yang lain lagi.
Anak itu terlihat tak mempedulikan ejekan ejekan orang orang di sekitarnya dn terus berjalan menjauhi mereka, pergi tanpa arah dan tujuan yang jelas setelah di campakan orang tuanya.
Saat dia terus berjalan, anak itu tersentak saat menyadari dia menabrak sesuatu yang membuatnya terjatuh ke tanah dengan keras.
Ternyata yang dia tabrak adalah seorang pria dengan tubuh tinggi kekar dengan tampang yang sangar. Didampingi beberapa pria lain di samping kiri dan kanannya dengan perawakan yang hampir sama sangarnya dengan orang yang anak itu tabrak.
"Hei, apa yang kau lakukan, bagaimana jika tadi aku aku terjatuh dan terluka, apa kau bisa membelikan ku obat?" Tanya pria berrubuh kekar yang anak itu tabrak dengan wajah marah.
"Maaf, maafkan aku." Kata anak itu memelas yang mencoba berdiri dari jatuhnya.
"Kau pikir hanya dengan minta maaf masalah ini bisa selesai? Cepat ganti rugi karena sudah menabrak ku." Bentak sang pria bertubuh kekar sambil mengangkat tubuh anak itu dengan mudah seperti mengangkat kertas.
"Ta....tapi aku tidak punya uang."
"Apa?!" pria kekar itu membentak anak kecil itu dan membantingnya ke tanah sekuat tenaga.
Anak itu jatuh ke tanah kembali dengan kuat melebihi sebelumnya. Sebelum dia bangkit kembali, kaki pria di depannya sudah menginjak perutnya dengan sangat kuat hingga si anak kecil tak bisa bernafas dan hanya bisa meronta ronta.
Melihat hal itu, semua orang segera mendekat dan mengerubungi pria kekar itu yang sedang menginjak injak sang anak seperti halnya kesed lantai. Tapi orang orang itu tidak menolong atau merasa kasihan sedikit pun, malahan mereka tertawa melihat hal itu.
Si anak kecil akhirnya menangis merasakan sakit yang luar biasa saat ini. Dia menangis dengan sangat keras yang membuat semua telinga orang di sekitarnya serasa mau pecah. Tapi mereka semua hanya menonton dan terlihat senyum merekah di wajah mereka tak terkecuali sepasang suami istri yang awalnya mengusirnya yang tak lain dan tak bukan adalah ayah dan ibu anak itu.
Melihat anaknya yang disiksa bukanlah hal wajar di tempat yang sudah merdeka seperti disini. Tapi yang lebih tidak wajar adalah ekspresi yang mereka keluarkan dimana mereka berdua merasa tidak keberatan dengan itu.
《→→→○←☆→○←←←》
Di atap sebuah gedung, seorang pria dengan warna kulit dan rambut yang se irama yaitu putih dengan rambut pendek dengan beberapa helai yang menutupi mata kirinya dengan celana jeans, kaos sampai jas berwarna hitam sedang terbangun dari mimpinya yang dalam.
"Ahh....mimpi itu sudah lama tak pernah kurasakan setelah insiden yang sama sebelas tahun yang lalu."
Pria itu tampak santai setelah mengalami mimpi buruk. Tidak seperti orang pada umumnya yang akan panik saat bangun. Justru pria ini malah bangun dengan santai dan tersenyum lebar, sangat lebar seolah menikmati mimpinya.
"Aku ingin bertemu mereka lagi. Lalu akan ku pastikan mereka senang menyiksaku." Pria itu segera berdiri dan tertawa.
"Atau lebih tepatnya aku yang menyiksa mereka." Dia mengubah kembali ekspresinya menjadi ekspresi serius dengan tatapan mata hitam legamnya seperti terdapat sebuah neraka keputus asaan tanpa ujung.
Kemudian dia segera mengalihkan pandangannya dari langit malam di atasnya ke lantai paling bawah gedung tempat dia berdiri saat ini, dimana terlihat tiga orang dengan setelan jas rapi sedang keluar gedung yang salah satunya adalah target pria ini.
"Yah, aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku sebelum jam sembilan malam karena besok aku harus berangkat sekolah untuk pertam kalinya." Gumam pria itu sambil melihat jam tangannya yang menunjukkan jam setengah sembilan tepat.
"It's show time."
Pria itu segera berlari untuk terjun dari atas gedung dengan sepuluh lantai tanpa pengaman apapun dan santai sambil memasukkan tangannya ke saku celana jeans yang dia pakai.
Melihat apa yang dilakukan pria itu, sontak orang orang yang lewat di depan gesung itu kaget dan banyak juga yang berkomentar.
"Lihat itu, ada orang yang terjun dari atas gedung."
"Apa dia sudah gila, gedung itu punya sepuluh lantai. Jika dia turun pasti sudah tidak bernyawa."
"Hihihi ada pertunjukan seru."
Semua orang banyak yang berkomentar jika pria itu sudah gila karena terjun dari gedung sepuluh lantai tanpa pengaman. Tapi ada juga yang berkomentar jika ini hanya akting belaka
Dan yang paling kaget adalah ketiga orang yang baru saja keluar dari gesung tersebut. Kenapa dia kaget? Itu karena dia dan dua pengawalnya ada tepat di bawah pria itu. Jika dia benar benar terjun, maka dipastikan jika mereka berempat bisa mati.
Tapi terlambat bagi merka bertiga untuk lari karena pria itu sudah berada tidak jauh di atas mereka dan pria itu terlihat membenarkan posisi jatuhnya dengan bagian kaki di bawah sebagai pijakan.
Naasnya yang menjadi pijakan pria itu bukan jalanan depan gedung, tapi kepala kedua pengawal pria yang baru saja keluar dari gedung tersebut.
Banyak debu beterbangan karena benturan kepala kedua bodyguard dan jalanan depan gedung yang membuat pandangan semua orang terhalang.
Saat debu mulai menghilang tampak sosok pria berdiri di atas dua kepala manusia yang sudah mati berlumuran darah dengan sebuah pisau di tangan kanannya.
Melihat sosok pria yang sudah berada di depannya yang sudah membunuh kedua bodyguardnya, segera berjalan mundur menunjukkan ekspresi takut seakan yang di depannya adalah seorang malaikat kematian.
"Tolong, tolong menjauh dariku. Akan ku berikan semua yang kau inginkan. Kau ingin apa? Uang, mobil, kekuasaan, apapun akan ku berikan jika kau mau melepaskanku." Kata pria paruh baya itu dengan nada suara beeguncang yang menandakan dia sedang ketakutan.
"Menarik. Kalau begitu aku menginginkan nyawamu bagaimana?" Kata Pria itu dengan suara riang.
"Kalau itu aku tak bisa tuan. Tolong lepaskan aku aku tau itu kau. Kau adalah sang pembunuh bayaran yang hebat itu sampai mereka memanggilmu 'The Blood Red Rose' benar kan?" Kata pria paruh baya itu dengan nada suara yang semakin berguncang saat menyebut julukan pria di depannya.
"Ting tong, kau benar. Tapi ini adalah tugas terakhir ku jadi setelah ini aku akan pensiun karena pekerjaan ini membosankan. Tidak ada yang bisa mengalahkan ku. Dan mulai besok aku akan bersekolah, asik bukan. Kalau begitu sudah cukup perkenalannya. Sampai jumpa Presdir Drud." Kata pria itu yang di juluki 'The Blood Red Rose' dengan nada riang tapi menunjukkan sebuah senyum yang menakutkan.
Mendengar kata kata dari mulut pria di depannya seperti lantunan kematian, Presdir Drud segera berlari menghindari hal buruk yang akan 'The Blood Red Rose' lakukan.
"Ayolah tuan presdir aku ingin menjalankan tugas terakhir ku dengan lancar jadi jangan menyusahkan." Kata pria itu dengan nada suara berat seolah dia sedang marah.
Pria itu segera mengejar Presdir Drud dan menancapkan pisau di tangannya ke leher bagian belakang pria baruh baya itu hingga tembus ke bagian depan lehernya.
"Tugas selesai, sayonara pecundang." Kata pria itu sambil melemparkan sebuah kartu kecil dengan gambar mawar merah dan disampingnya terdapat tulisan 'The Blood Red Rose'.
Pria itu segera berlari ke belakang gedung dan dengan cepat dia menghilang dalam bayangan gelap gedung tersebut.
Semua orang yang melihat kejadian tersebut tak bisa apa apa hanya bisa melihat dengan tatapan tak percaya sudah menyaksikan sebuah pembunuhan. Bahkan yang polisi yang sudah sampai disana hanya melihat itu dengan tatapan kosong sampai ada yang pingsan dan mengompol di tempat.
《→→→○←☆→○←←←》
Di sisi lain seorang pria tampak berjalan masuk ke dalam rumah dengan pakaian serba hitam dan sedikit noda darah di lengan jasnya.
"Aku pulang." kata pria tersebut denga suara parau.
Tak lama kemudian di sahut suara kucing mengeong dan suara lonceng yang semakin mendekat. Pria itu langsung menyambar kucing itu saat sudah di depannya dan mengangkatnya tinggi tinggi.
Pria tersebut segera melepas sepatunya dan merebahkan dirinya di sofa ruang tamu kemudian disusul kucing itu yang menempatkan dirinya di perut pria itu.
"Ahh hari yang cukup melelahkan, benar begitukan ciki." Kata pria itu sambil mengangkat kucing yang ikut merebahkan tubuhnya pada perut pria tersebut.
Ciki mengeong mengiyakan kata kata tuannya yang terlihat bersemangat padahal bilang kelelahan.
Dari sakunya tiba tiba terdengar musik rock yang berarti ponselnya sedang berbunyi.
Segera tangan pria itu mengambil ponselnya yang berbunyi dari saku celana jeansnya dan segera mengangkat telepon tersebut.
"Halo ada apa malam malam telepon, ganggu orang istirahat saja." Katanya pria itu dengan wajah cemberut.
[Ooo....jadi saat ini aku sedang mengganggu.]
"Eeh bu dewi, ada apa malam malam telepon saya." Kata pria itu dengan nada canggung.
[Aah, eeh.....kau pikir sedang bicar dengan siapa,dasar murid bodoh.] Bentak Bu Dewi.
"Maaf bu." Kata pria itu dengan wajah bersalah.
[Baiklah Reiki, tidak usah basa-basi lagi. Besok kau ambil buku panduan belajarmu di kantor guru. Ibu lupa memberikannya kemarin.]
"Baik Bu Dewi." Kata Reiki semangat.
Reiki segera menutup teleponnya dan melanjutkan berbaringnya di sofa miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sukhet 'Alaz
Bagus lho.. bab pertama aja aku udah suka.
2021-06-21
0
Nurfiana
yee.. aku mampir kak
2021-02-15
0
lemon
kukira fatality
2021-02-13
1