Matahari sudah terbit dari timur menandakan hari baru telah dimulai. Suara para tetangga dan kendaraan yang berlalu lalang di depan rumah. Tapi Reiki masih tertidur di atas sofanya mungkin lebih tepatnya ketiduran di atas sofa karena terlalu kelelahan padahal kemarin dia hanya mengambil satu perintah dari satu orang klien saja.
Perlahan mata laki laki berumur enam belas tahun itu mulai terbuka merasa ada sesuatu yang menindih di atas perutnya. Saat Reiki membuka matanya, dia melihat seekor kucing yang duduk santai menjilati kaki depannya.
"Ada apa ciki, kenapa kau membangunkanku pagi pagi begini. Apa ada klien yang meminta ku membunuh orang kuat?"
Reiki terlihat bersemangat saat mengatakan hal terakhir yang dia sampaikan.
Seolah paham apa yang Reiki katakan, Ciki menggeleng pelan dan menunjuk jam yang tergantung di atas televisi yang menunjukkan jam enam tepat.
"Ooh iya aku sudah pensiun dari dunia hitam hari ini. Dan hari ini juga hari pertama ku masuk sekolah."
Seolah paham apa yang tuannya katakan, lagi lagi Ciki mengangguk pelan dan menjilat kembali bulu putih yang ada di punggungnya.
"Sudah kubilang jangan menjilat badanmu. Jika kau ingin aku bisa memandikan mu." Kata Reiki.
Tapi Ciki tidak mengindahkan kata-kata tuannya dan terus menjilat bulu putih tanpa warna lain miliknya itu.
Ciki adalah kucing milik Reiki yang dia temukan dulu saat masih berusia tiga belas tahun di tengah karirnya sebagai pembunuh bayaran. Ciki dia temukan saat Reiki mendapat sebuah permintaan seorang klien untuk membunuh seorang bos penyelundup barang gelap. Dan entah dia sengaja atau bagaimana, target yang harus Reiki bunuh memiliki sebuah kurungan di kantornya yang berisi tiga anak kucing dan salah satunya adalah Ciki. Karena merasa kucing kucing iti tidak berguna, Reiki berniat membunuhnya. Tapi dua anak kicing lainnya tiba tiba mundur dan bersembunyi di pojok kurungan meninggalkan Ciki sendiri. Melihat Ciki yang ditinggal sendiri oleh kedua kucing lainnya membuat dia merasa memiliki nasib yang sama sebagai mainan takdir.
Akhirnya Reiki memutuskan untuk mengadopsi Ciki yang masih kecil dan membunuh dua kucing lainnya sebelum Reiki ledakkan tempat itu.
"Sudah saatnya bersiap berangkat. Mungkin hari ini akan ada orang kuat yang bisa mengimbangi ku dan juga akan ada sedikit pertumpahan darah mungkin." Gumam Reiki senang sambil menggaruk garuk kepalanya.
Reiki segera bangun dari sofa dan pergi menuju dapur mencari cemilan bukannya sarapan.
Saat di dapur, Reiki terpaksa harus menahan perutnya lebih lama lagi karena isi kulkasnya hampir sama seperti lapangan bola yang tidak ada apa-apa kecuali air mineral dan telur ayam mentah yang ada di pintu kulkas.
"Mungkin hari ini aku akan sarapan di sekolah." Celetuk Reiki lemas melihat isi kulkasnya.
Akhirnya Reiki mengubah haluan dari yang awalnya dapur berpindah ke kamar mandi untuk membasuh diri sebelum berangkat.
Selesai mandi Reiki segera mengenakan seragam dan membawa tas sekolahnya. Saat akan memakai sepatu, Reiki ingat melupakan sesuatu yang penting yang dia tinggalkan.
Reiki segera berlari masuk ke kamarnya mengambil benda tersebut yang tak lain adalah head phone miliknya.
Sudah menjadi kebiasaan Reiki untuk hampir setiap saat mengenakan head phone meski di dalam misi dan karena dia selalu melakukan misi solo, tidak ada yang pernah protes dengan penampilannya.
"Aku berangkat Ciki, nanti aku sisir bulumu setelah pulang sekolah." Teriak Reiki untuk berpamitan pada kucing peliharaan miliknya.
Jalan menuju SMA T7 Reiki sudah paham betul dimana tempat itu jadi tidak ada kesulitan berarti yang harus dia lewati.
Jarak rumah Reiki dan SMA T7 tidak terlalu jauh. Hanya dalam hitungan tiga puluh menit, Reiki sudah ada di depan gerbang masuk dan tepay waktu saat bel masuk berbunyi.
Karena ingat urusannya dengan Bu Dewi, Reiki langsung berlari melewati semua orang yang ada menuju kantor guru untuk mengambil buku panduan belajarnya.
Hampir saja, telat satu menit Reiki pasti akan dimarahi karena saat dia menemui Bu Dewi, Bu Dewi terlihat sudah akan menuju kelas.
"Ini buku milikmu." Kata Bu Dewi sambil memberikan beberapa buku yang cuku tebal pada Reiki.
Bu Dewi adalah salah satu klien Reiki yang tak sengaja dia jumpai satu tahun yang lalu dan mereka membuat kesepakatan bahwa Bu Dewi akan membantu Reiki masuk ke dalam SMA T7 yang merupakan SMA militer negara yang mendidik calon tentara yang akan kelayani negeri.
Dan alasan Reiki ingin masuk ke SMA ini karena bosan dengan kehidupannya sebagai pembunuh yang tak pernah bisa bertarung melawan musuh yang lebih kuat atau sama dengannya.
"Karena kau kebetulan disini, ayo sekalian kau ikut aku dan memperkenalkan dirimu di depan kelas."
"Ha? Memangnya apa untungnya untukku."
"Untungnya kau tidak akan aku hukum." Kata Bu Dewi dengan menunjukkan wajah garang.
"Baiklah."
Reiki akhirnya terpaksa menuruti keinginan Bu Dewi dan memperkenalkan dirinya di depan kelas.
《→→→○←☆→○←←←》
"Hari ini kita kebetulan kedatangan murid pindahan. Reiki ayo masuk dan perkenalkan dirimu." Tegas Bu Dewi memanggil Reiki.
Reiki memasuki ruang kelas dengan mengenakan seragam hitam dan dasi loreng berwarna hijau yang diberikan sekolah dengan tambahan head phone yang menggantung di lehernya. Dan rambut yang sudah Reiki ubah warna dari putih menjadi hitam sesuai warna matanya karena aturan seorang pembunuh yang paling utama adalah sembunyikan identitas asli dan karakter asli.
"Halo namaku seperti yang kalian dengar dari Bu Dewi. Salam kenal. Apa aku boleh duduk sekarang bu huru cerewet." Ketus Reiki sambil melirik Bu Dewi yang urat nadinya sudah mengkerut di dahinya.
"Kau ini, dasar...."
Seluruh kelas heboh menanggapi kemarahan Bu Dewi membuat Reiki mengambil kesimpulan jika Bu Dewi adalah salah satu guru killer yang di takuti seluruh murid di sekolah ini.
Dan benar saja beberapa saat kemudian amarahnya memuncak dan melayangkan sebuah bogem mentah tepat ke wajah Reiki.
Samar samar Terdengar ada siswa yang berkomentar akhir hidup Reiki.
"Aku turut berduka untukmu murid baru. Meski hanya sebentar aku mengenalmu, ya tidak terlalu kenal meski cuma nama aku senang bertemu denganmu."
'Hei, ini serius? Inikan cuma tinju lamban bahkan kucingku bisa lebih cepat lagi' Pikir Reiki.
Karena sesikit terprovokasi, akhirnya Reiki menangkap tangan Bu Dewi dengan tangan kanannya tanpa kesulitan.
Dan ekspresi seluruh kelas berubah pucat melihat tingkah Reiki menangkap itu dengan mudah tapi Bu Dewi terlihat tidak kaget sedikit pun karena sudah tau jati diri Reiki sebenarnya.
"Apa?! Kau menangkap pukulan Bu Dewi tanpa kesulitan?! Aku merasa tidak adil dengan itu. Aku saja harus merasakan tiga puluh pukulannya agar bisa menghindar, tapi kau menangkapnya?!"
Terdengar suara protes dari salah satu murid dengan tindakan yang Reiki lakukan.
"Itu karena kau lemah, hanya dengan pukulan lemah seperti ini saja kau bahkan kalah!!!" Kata Reiki dengan nada lebih keras dan lebih garang sambil membanting Bu Dewi ke lantai.
Sontak seisi kelas kaget dengan tindakan Reiki yang mengejutkan.
《→→→○←☆→○←←←》
Author mau nekankan jika disini pekerjaan si MC atau Reiki adalah seorang pembunuh bayaran nomor satu yang mendapat julukan 'The Blood Red Rose' oleh orang orang yang melihat cara membunuhnya yang sangat cantik.
Awal pekerjaan ini muncul karena Reiki ini tertekan oleh ejekan orang orang yang mengejek dirinya tak diinginkan. Jadi sebuah dendam tertanam di hati Reiki yang membuatnya tidak bisa mempercayai orang orang dan berniat buat ngebunuh semua orang.
Memang saat ini Reiki sedang menjadi peringkat satu di dunia gelap tempat segala macam kejahatan muncul. Meski saat ini Reiki, dia udah pensiun tapi dia ini masih tercatat sebagai pembunuh nomor satu di dunia gelap.
Ya, segitu aja untuk saat ini yang bisa saya sampaikan. Untuk kedepannya bakalan lebih banyak konflik dari awal awal ini.
Terima kasih dan Sayonara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
lia
thor cerita nya bagus
q jg punya 🐈 namanya Molly
2021-02-11
2