Sosok yang tiba-tiba datang bukannya menanyakan apakah Jawel masih sqnggup melanjutkan pertandingan atau tidak. Tapi malah di luar dugaan jika dia datang menyerang Reiki sampai membuatnya harus bersiaga penuh dengan tembakan beruntun yang baru saja dia tembakkan.
"Dasar bocah tengik, beraninya kau menyerang orang yang sudah tidak mampu bertarung." Kata orang tersebut.
Orang keluar dari bayangan dan memperlihatkan seorang pria bertubuh tinggi kekar yang mengenakan pakaian militer hijau bercorak. Sanagt cocok untuk seorang laki - laki berumur kurang lebih 40 tahunan denagn rambut hitam yang agak memutih dan senapan mesin di tangannya yang menambah kesan garang.
"Apa bapak tidak mendengar aku bertanya padanya tadi, dan dia tidak menjawab pertanyaanku. Itu sangat tidak sopan, apalagi dengan cara anda menghentikan pertandingan ini." Kata Reiki menunjukkan sedikit rasa hormat.
"Itu terserah aku. Dan setidaknya kau bisa memberi kesempatan dia bernafas. Jika kau menyerang terus menerus, itu terlihat tidak adil menurutku." Kata pria tersebut yang juga menunjukkan sesikit wibawa tapi di sisi lain nadanya sangat tinggi dan sombong.
"Maafkan saya. Saya tidak bisa melakukan itu. Tidak ada peraturan yang menuliskan untuk harus memeberi lawan kesempatan. Jadi aku bisa menyerang dan menyiksanya sesukaku. Benar bukan, Jenderal Reacher." Sahut Reiki dengan sedikit menundukkan badannya untuk memeinta maaf dengan ekspresi yang tidak seharusnya.
"Cih....kau tidak perlu membungkuk. Aku tau jika di balik rambut yang menutupi wajahmu, kau sedang tertawa senang."
Reiki menegakkan kembali tubuhnya dan terlihat sebuah senyum licik merekah di wajahnya.
"Dasar munafik. Aku paling benci dengan orang sepertimu."
Reacher langsung mengarahkan senapan yang ada di tangannya ke arah Reiki dan tanpa ragu menembaknya.
Seluruh arena terlihat lebih senyap dari awal pertandingan dimulai dimana suara sorak sorai terdengar dimana - mana. Tapi dengan kemunculan Reacher di arena membuatnya semakin senyap ditambah dengan senapan mesin di tangannya membuat arena makin sepi.
Dan sekarang dia mengarahkan tembakan pada Reiki, tapi Reiki tidak ada tanda tanda jika dia akan menghindar atau menyerang.
《→→→○←☆→○←←←》
Di arena sendiri Reiki masih terlihat berdiri menantang semua peluru yang mendatanginya tanpa adanya tanda-tanda menghindar.
Saat semua peluru sudah berjara kurang dari dua meter, dari depan Reiki tiba-tiba semua peluru itu terlihat masing-masing sudah berjatuhan di dekatnya dan terlihat sesosok bayangan yang muncul menghadang semua itu.
Sontak semua orang yang melihatnya langsung kaget dengan munculnya sesosok bayangan yang menghadang semua tembakan dari Reacher tanpa ada yang luput satu pun.
"Beruntung aku menghentikanmu tepat waktu jika tidak pasti akan terjadi sesuatu yang buruk." Kata orang tersebut.
"Untuk apa kau menghalangi ku?" Bentak Reacher marah.
"Bukankah kita kesini datang untuk mengajar murid-murid di sini." Sahut orang itu.
Kemudian orang itu membuka tudung jubah hitamnya yang menampakkan rambut panjang merah sampai pinggul.
"Tapi aku ingin menghajar anak itu, yang tidak tau cara bertarung dengan baik. Menyingkirlah dari sana Lidia." Teriak Reacher sambil mengibaskan tangannya.
"Kau yang tidak tau cara bertarung dengan baik...."
Belum sempat wanita yang Reacher panggil Lidia menyelesaikan omongannya, dari belakang wanita itu sudah terdengar suara orang yang dia lindungi dari Reacher pada awalnya.
"Jadi benar jika 'sang legenda medan perang' sedang diburu di para pembunuh bayaran. Dan biar kutebak, kau datang kemari untuk mencari perlindungan. Apa aku benar?" Tanya Reiki sambil berjalan maju dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi pandangannya.
"Ap....apa yang barusan kau katakan." Kata kedua orang di depan Reiki secara bersamaan.
"Ini adalah informasi rahasia. Bagaimana kau bisa tau?" Tanya Lidia yang berbalik eengan cepat menanggapi pernyataan remaja di belakangnya.
"Tidak lagi."
Kemarahan Reacher sudah mencapai puncaknya, bahkan wajahnya sudah memerah dan beberapa urat nadi sudah berkedut di dahinya.
Tanpa peringatan Reacher sudah melepaskan tembakan kemabali pada Reiki tapi kali ini berbeda. Reiki segera menyambar pisau yang Lidia gunakan untuk menghalau serangan Reacher sebelumnya.
Reiki langsung berlari menuju Reacher yang masih menembak ke arahnya dan mengayunkan pisaunya dengan cepat seperti yang Lidia lakukan sebelumnya tapi kali ini lebih baik. Bahkan terlihat terdapat luka tembak di beberapa bagian tubuh Reacher karena peluru yang Reiki belokkan dan kembali menyerang ke arah Reacher.
"Aaaaaaa....."
Suara teriakan Reacher menggema ke seluruh arena sampai ke podium penonton yang memaksa mereka menutup telinga dengan kencang.
"Beraninya kau mempermainkan ku. Makan ini." Teriak Reacher sambil melempar sebuah benda berbentu oval berwarna hijau ke arah Reiki.
Reiki sudah menyadari apa yang Reacher lempar bahkan sudah mengetahui apa itu saat dia meraih meraih benda itu dari tas pinggulnya yang tak lain adalah granat. Ya itu benar - benar granat asli.
Menyadari apa yang barusan Reacher lempar, segera setelah itu semua orang yang ada di podium penonton langsung tiarap.
Berbeda halnya dengan Reiki. Dia segera berlari menuju tempat jatuhnya benda itu dan sebelum granat tersebut menyentuh tanah, dia segera menendangnya ke udara sekuat tenaga. Yang membuat granat tersebut terbang sangat tinggi dan dengan sigap, Reiki melempar pisau yang ada ditangannya ke arah granat tersebut.
Dan sesuai dugaan jika granat tersebut meledak saat menyentuh ujung pisau yang membuat tidak ada satu korban yang jatuh atau barang yang hancur. kecuali pisau milik Lidia yang hancur menjadi beberapa bagian tajam dan terjun dengan cepat ke arah Reacher yang membuatnya harus menghindar ke kiri dan kanan seperti sedang menari di mata Reiki.
Semua orang di podium penonton segera bangkit satu per satu setelah tidak lagi merasakan getaran dan melihat orang yang mereka panggil Jenderal Reacher sudah terduduk di lantai arena dengan jarak kedua kaki yang lebar dan beberapa buah potongan pisau yang hampir mengenai selakangannya dengan wajah putih seputi susu karena hampir pingsan.
"Bisakah pertandingan konyol ini segera diakhiri, aku sudah lelah bermain - main dengan kalian semua." Celetuk Reiki dengan lantang menggema ke segala arah.
Semua hanya terdiam belum tersadar dari lamunan mereka yang tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi disana.
"Haaaah....." Reiki menghembuskan nafas berat dengan tidak adanya yang menjawab pertanyaan darinya.
Merasa mulai kehilangan kesabaran, Reiki berjalan mendekati Jawel yang tergolek lemas di pinggir arena.
"Aku tau kau masih sadar. Cepat bangun."
Merasa tidak ada jawaban, Reiki benar-benar sudah kehilangan kesabaran dan menjambak rambut Jawel bermaksud mengangkat kepalanya.
Dan benar saja, Jawel masih membuka matanya meski wajahnya sudah bonyok dimana - mana dan sulit dikenali karena dia terlihat seperti **** penyakitan.
"Good bye."
Reiki langsung memukul wajah Jawel dengan keras sampai benar benar pingsan dan kembali tergulai lemas di lantai.
Mendengar suara pukulan yang keras, semua orang segera menoleh ke asal suara itu dan melihat Reiki sudah menatapkan kepala Jawel ke lantai arena sampai terlihat retakan di tempat kepal Jawel berada.
Segera setelah itu Reiki berjalan keluar arena yang sepi tanpa ada satu pun suara yang terdengar.
Di depan terlihat sesosok manusia sedang berlari ke arah Reiki seolah dia tau Reiki ada disana dan datang menyambutnya.
"Ini pasti akan menjadi hari yang panjang untuk ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-12-21
0