Boom.....
Sebuah ledakan kembali terjadi dari arah bagian tengah taman, dekat air mancur. Dua ledakan sebelumnya saja sudah membuat seisi sekolah bergetar hebat. Entah karena efek ledakan yang mengguncang seisi bangunan atau pun bayaknya pertanyaan yang muncul dan membanjiri kepala Reacher dan Dewi yang dilontarkan dari para murid yang berbondong - bondong datang.
"Semua murid diharap tenang dan melihat dari kejauhan agar tidak mengganggu pekerjaan kami." Seru Dewi berteriak memberi tau agar semua murid tenang dan mundur agar para tentara yang menjadi pagar penghalang semua murid penasaran itu dapat melanjutkan tugas.
Pernyataan dari Dewi tidak dihiraukan sama sekali bagai masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Dan hal itulah yang membuat Reacher naik pitam hingga dia mendekat dan melempar salah satu siswa.
"Kalian ini manusia atau apa? Sudah dibilang untuk mundur dan melihat dari kejauhan. Tapi kenapa kalian masih di sini?" Bentak Reacher penuh amarah.
Semua yang hendak menerobos langsung berhenti bergerak dan memperhatikan raut wajah marah orang yang sudah berperang bertahun - tahun itu dengan wajah ketakutan mengetahui apa yang terjadi pada orang yang baru saja dia lempar hingga membentur tembok dengan kuat.
"Dasar anak jaman sekarang. Tidak bisa mendengarkan orang yang lebih tua." Gumam Reacher kesal mengingat jika dia harus mengajar mereka suatu saat nanti.
"Jangan terlalu keras pada mereka." Ucap Dewi menenangkan rekannya yang marah.
"Aku malah lebih khawatir dengan apa yang terjadi di sana. Semoga mereka semua baik - baik saja." Kata Dewi menatap asap hitam yang mengepul di langit dimana tempat tiga ledakan sebelumnya terjadi.
《→→→○←☆→○←←←》
Sementara di tempat lain.
Reiki masih bertarung melawan Hank yang terus mengincar dirinya dengan pelontar granat tapi tak pernah dapa mengenai Reiki karena gerakan menghindar yang cepat dan lihainya dia memainkan sabit rantai yang membelah atau melilit semua serangan yang diluncurkan.
"Kau tidak akan bisa menembakkan benda itu untuk selamanya." Kata Reiki sambil berlari di dinding tanaman sekitar Hank.
"Berisik."
Omongan Reiki sebelumnya, membuat Hank marah karena dia merasa dia sedang diremehkan jika fia tidak bisa berkutik jika peluru dalam senjata yang sedang ia pegang habis.
Serangan ketiga Hank pun membabi buta tanpa peduli di mana musuhnya berada dengan kecepatan lari yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Kali ini target Hank adalah dinding hijau tempat Reiki berada sebelumnya. Dia menembak ke arah sana berharap jika Reiki kena dan mati.
Tapi realita tak seindah ekspektasi. Kali ini bukan serangan Hank yang dihalau, tapi punggungnya tersayat bilah sabit yang di arahkan Reiki hingga target sebelumnya meleset dan meluncur ke langit pagi. Granat itu meledak di langit bak kembang api yang indah di malam hari.
"Jika kau menyerah sekarang, mungkin aku akan membiarkan satu tanganmu tetap utuh." Kata Reiki yang sudah berdiri menyandarkan tangan di atas pundak Hank.
"Jangan bercanda bocah." Hank berputar ke belakan dan hendak memukul orang yang menyelinap di belakangnya.
"Kalau begitu jangan salahkan aku." Reiki muncul kembali tepat di depan Hank denga jarak yang teramat dekat setelah menghindari pukulan lamban barusan.
Reiki kembali menghilang bak bayang - bayang di bawah cahaya tanpa jejak.
Kring...
Kring...
Suara rantai terdengar dari segala arah tempat Hank berdiri.
Sebuah sabit muncul dari arah kanan Hank dengan kecepatan tinggi menuju kedua kakinya. Tentu dia tidak ingin harus menghabiskan sisa hidup di atas kursi roda, jadi dia menembak sabit tersebut hingga kembali terpental ke arah dimana itu datang. Tak memberi waktu untuk sang pemimpin mafia bernapas, sabit yang baru saja terpental itu kembali. Tapi dengan arah lintasan dan target yang beebeda.
Seperti sebelumnya, Hank menembak sabit itu hingga terpental sebelum perutnya terdapat luka sayat yang membuat dirinya harus mengeluarkan isi dalam perut selama ini.
Dua serangan telah dihadang dan sekarang saatnya berhadapan dengan Last Boss karena pasalnya Reiki sudah menampakkan wujudnya dihadapan Hank tanpa ada yang menghalangi.
Reiki menarik kembali sabit yang jatuh di tanah dan menyatukan kembali menjadi sebuah sabit besar tapi malah dia buang ke depan tepat dihadapan Hank, "It's show time".
Dalam sekejap Reiki berlari menghadap Hank tanpa persenjataan apa pun, bersih hanya dengan tangan kosong. Bahkan perisai sudah dia buang bersama sabitnya. Tapi entah kenapa pukulan tangan kosong itulah yang lebih berbahaya karena ujung peluncur granat sampai bengkong saat Reiki pukul tanpa menggunakan kekuatan penuh.
Setelah pukulan pertama, sebuah tendangan horizontal dari bawah ke atas, menerbangkan peluncur granat di tangan Hank. Dia melanjutkan dengan pukulan yang sama seperti sebelumnya yang tepat meluncur ke wajah Hank.
Argh....
"Kau beraninya- "
Sebelum Hank menyelesaikan kalimatnya, sebuah tendangan berputar menghantam perutnya hingga dia harus rela terpental ke belakang dan seharusnya menabrak tembok tanaman hingga hancur. Tapi sebelum menghantam, Reiki sudah muncul menghadang jalurnya dengan tendangan horizontal seperti sebelumnya dan dia kembali melayang hingga dia meluncur ke angkasa.
"Sebuah nasib yang buruk jika kau memilihku menjadi lawan." Kata Reiki dengan tatapan wajah serius menatap laki - laki paruh baya yang melambung tinggi di angkasa.
Reiki berjalan mengambil sabit besar yang tergeletak di tanah. Kemudian dia menengok ke langit sebelum dia memisah gagang yang dulunya tingkat besi dengan gagang sabit yang asli dan melemparkan sabit gagang pendek tersebut hingga berputar ke langit menebas kaku dan tangan kanan Hank hingga terjadi hujan darah dari tempat bagian tubuh yang terputus.
Tinggi dan keras suara teriakan Hank yang menggema ke segala arah, membuat perhatian semua orang tertuju pada tempat orang tadi berteriak dan menemukan orang yang melambung tinggi di udara dengan kondisi satu tangan dan kaki yang terputus.
Melihat hal yang tidak seharusnya berada di langit itu, menjelaskan apa penyebab dan dimana letak persembunyian bos dari mafia ini. Tapi yang menjadikan itu unik adalah Hank terbang dalam keadaan yang mengenaskan di dampingi sebuah sabit di dekatnya.
Tidak lama melayang di udara, Hank pun akhirnya terjatuh, membentur tanah dengan sangat keras hingga terdengar suara tulang patah saat ia mendarat. Na'as untuknya bagai peribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga diinjak kerbau pula, karena saat dia terjatuh beberapa tulangnya patah dan sabit yang tadi melayang bersama dirinya turun, menancap di tengah - tengah perut hingga Hank memuntahkan darah.
"Sungguh dipermainkan takdir. Seorang sepertimu kalah dengan cara paling konyol." Kata Reiki yang berjalan menghampiri tempat Hank terjatuh dengan dua senjata lain di tangan.
"Brengsek kau, beraninya kau bermain - main- hoekk....denganku." Ucap Hank marah hingga darahnya naik dan keluar kembali dari mulut.
"Aku dengan senang hati melakukannya lagi jika kau ingin." Reiki mendekat dengan senyum lebar yang menakutkan sambil memutar - mutar dan memukul udara di sekitar, menunjukkan bagaimana dia akan melakukan itu pada Hank.
"Jangan, jangan, jangan, tidak......." Teriak Hank takut.
Suara jerit sakit dan putus asa kembali terdengar dari sana, dimana Reiki menyiksa dengan siksaan terburuk yang pernah dia lakukan hingga udara pagi dipenuhi suara jerit takut seorang pemimpin dari mafia Serigala Perak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments