Sebuah kombinasi sempurna dari Chila dan Daigo, seolah membuktikan jika kalah jumlah bukan menjadi sebuah akhir dan malah sebaliknya. Itu membuat mereka semakin tertantang hingga membalikkan keadaan.
Perjalanan mereka berempat terus berlanjut setelah menumbangkan lima musuh untuk menyelesaikan misi agar harapan daftar 30 besar tidak hanya angan - angan belaka.
"Kita ambil jalan yang mana ini?" Seru Chila bingun sambil mengacak - acak rambutnya menghadapi dua jalan di depannya.
"Apa kita harus berpencar Daigo?" Tanya Kayla pada kapten mereka yang lebih bingung harus mengambil keputusan yang mana.
"Emm....jangan berpencar. Kita sebaiknya ambil jalan.....ahh ini, kita ambil kanan." Jawab Daigo yang merasa bingung harus belok kanan atau kiri.
Chila dan Kayla hanya memiringkan kepala mendengar keputusan kaptrn mereka yang terdengar setengah - setengah.
"Apa kau yakin Daigo?" Tanya Chila cemas.
"Entahlah. Aku sendiri juga kurang yakin dengan keputusan yang kubuat. Tapi instingku mengatakan begitu. Apa kita tanya Listy saja." Kata Daigo sambil mengamati kembali dua jalan di depannya.
"Ide bagus. Cepat lakukan." Desak Kayla karena merasa ada yang salah dengan tempat itu.
"Listy, masuk, Listy."
"Listy disini, ada apa?" Jawab Listy.
"Apa kau bisa melihat ada apa di ujung dua jalan di depan kami?"
" Akan ku periksa, tunngu sebentar." Kata Listy menyuruh Daigo menunggu untuk tidak bergerak dari tempatnya.
Mereka bertiga tidak ada yang bergerak dari tempatnya hingga saling mendekat dan memunggungi satu sama lain untuk menjaga sisi belakan masing - masing, berjaga - jaga jika ada serangan kejutan dari titik buta.
"Ok, aku sudah mengamati kedua jalan itu."
"Bagaimana hasilnya?" Tanya Kayla tidak sabar dengan suasana yang memberi kesan horor dan hantu bagai bisa melompat keluar kapan saja.
"Kalian jangan mengambil dua jalan di depan kalian. Langsung saja kalian melompati dinding di kiri kalian." Kata Listy memberi arahan setelah mengamati beberapa saat.
Mereka bertiga tentu saja bingung dengan apa yang Listy maksud dengan jangan melewati kedua jalan itu hingga harus melompati dinding tumbuhan di kiri mereka.
"Emm...apa maksudnya untuk melompati dinding?" Tanya Chila bingung.
"Di ujung kedua jalan, aku mendapati ada orang yang sudah bersiaga. Jadi lebih baik kalian lewat jalan pintas di kiri dan kejutkan mereka dengan serangan kejutan dari belakang mereka." Seru Listy yang menjelaskan keadaan sekitar.
Mereka bertiga saling bertukar pandangan, mengangguk dan mendekat ke dinding hijau yang terbuat dari tumbuhan itu. Daigo langsung menempatkan diri memunggungi tembok dan menyatukan tangannya di bawah, berjarak beberapa centi dari tanah untuk dijadikan pijakan.
Daigo mengangguk memberi isyarat bahwa dia sudah siap. Chila mundur untuk mengambil ancang - ancang dan berlari menuju Daigo sebelum dia menempatkan kaki kanannya ke tangan Daigo dan Daigo melemparkan Chila melompati dinding yang menjulang setinggi 3 meter tersebut.
Setelah Chila melompat dan mendarat dengan selamat, kini giliran Kayla yang melompat. Kayla melakukan semua yang dilakukan Chila sebelumnya agar berhasil melompat.
Setelah kedua rekannya berhasil melompat dengan selamat, kini giliran Daigo yang melompat. Tapi berbeda dengan Chila maupun Kayla, Dia harus melompat dengan usahanya sendiri. Daigo kemudian mengambil rantai yang dia bawa di pinggangnya sebagai ikat pinggang kedua. Lalu rantai tersebut dia sambung dengan ujung gagang katananya.
"Aku sebagai laki - laki harus bisa menghadapi masalahku sendiri tanpa melibatkan rekanku." Gumamnya sendiri dengan penuh rasa bangga dan percaya diri akan keberhasilan perhitungan teknik melompatnya.
"Baiklah, mari kita mulai."
Daigo segera menancapkan katananya ke tanah dekat dinding. Lalu Daigo segera menjauh dari tempat katana tertancap. Mengambil ancang - ancang, dia berlari mendekati katana dan menjadikan katananya sebagai pijakan.
Saat di udara, Daigo menarik rantai yang dia pegang di tangannya agar katana yang tertancap di tanah kembali ke genggamannya.
"Trik yang bagus." Puji Kayla yang sudah menanti kedatangan Daigo.
"Kau memang cerdas Daigo." Kata Chila sambil mengacungkan jempol ke Daigo.
Daigo tidak menjawab pujian mereka dan berjalan maju sesuai arahan Listy untuk melakukan serangan kejutan.
Setelah beberapa saat berjalan melewati jalan yang berbelok - belok tanpa cabang, akhirnya mereka sampai di tempat yang Listy katakan. Terlihat sedang ada tujuh orang berjaga dengan senapan dan pisau sebagai peralatan tempur mereka.
Daigo langsung bergerak ke samping, merapatkan tubuhnya ke tembok tanaman di kanannya agar tidak terlihat. Chila dan Kayla langsung mengikuti apa yang dilakukan kapten mereka.
Merasa tidak ada yang curiga dengan kehadiran mereka, Daigo sedikit mengintip ke arah para musuh, untuk mengetahui posisi dan cara paling tepat untuk melakukan penyerangan tanpa mendapat luka.
Setelah merasa sudah mengingat semua posisi musuh dan mendapat solusi menyerang, Daigo kembali ke posisi semula lalu berjongkok untuk menggambarkan rencana mereka di tanah karena Daigo tidak bisa bicara. Jika salah satu dari mereka mengeluarkan suara sedikit saja, dapat dipastikan akan langsung Game over.
Chila dan Kayla mengangguk menandakan mereka sudah paham dengan rencana yang akan mereka laksanakan dalam waktu dekat.
Segera mereka kembali berdiri dan Daigo memberi isyarat tangan untuk menyerang. Dengan cepat semua memposisikan diri menurut formasi yang sudah diatur.
Daigo kembali berdiri memunggungi tembok dan menjadikan tangannya sebagi pijakan seperti sebelumnya. Chila langsung berlari dan melompati dinding sebelum dia mendarat.
Setelah mendarat di tanah, tak memberi waktu lawannya bergerak, Chila langsung memukul salah satu musuh pada perytnya membuatnya langsung pingsan dan dia angkap untuk dijadikan tameng.
Mendengar Chila sudah berhasil menjatuhkan satu orang, sekarang giliran Kayla untuk melompat. Tetapi berbeda dengan Chila yang mendarat di tanah, Kayla lebih diposisikan untuk mendarat di atas dinding tanaman untuk menembak semua musuh dari sana.
Setelah mendarat di tempat seharusnya, Kayla segera membidik area perut masing - masing musuh yang dapat dijangkau di depan Chila. Tertembak di bagian perut, meski bukan bagian vital, tentu tetap saja sakit hingga tiga orang yang tertembak berteriak menjadi - jadi saat darah berlumuran di setelan mereka.
Dengan cepat Daigo muncul dari titik buta semua musuhnya atau lebih tepatnya dari belakang tiga orang yang tersisa. Segera Daigo menerjang lawan di depannya, membuat kedua tulang di kaki dan tulang punggung mereka patah bukan tersayat. Karena Daigo tidak menebas mereka melainkan memukul menggunakan katana yang dia sarungkan.
Dua orang berhasil tumbang dengan serangan terakhir dari Daigo. Dan sekarang hanya menyisakan satu orang yang masih mampu berdiri karena tidak dalam cakupan serangan Chila, Kayla maupun Daigo.
Menyadari enam rekannya sudah tumbang dalam serangan sepersekian detik yang lalu hingga dia hanya bisa melihat sekelebatan gerakan musuhnya. Dengan insting yang mengatakan fia sedang ada dalam bahaya, segera dia berusaha menargetkan salah satu dari tiga musuhnya yang menyerang.
Tapi naas untuknya. Sebelum dia sempat berpikir untuk memutuskan menyerang siapa, dia sudah tertabrak tubuh temannya yang melayang dan menimpanya.
"Dua belas lawan tumbang." Seru Daigo menatap tajam semua orang yang pingsan di depannya.
"Jangan meremehkan Formasi segitiga kejutan dari unit 25." Kata Chila.
Kali ini Daigo tidak memerintahkan Chila maupun Kayla untuk mengikat tujuh orang yang baru saja mereka kalahkan. Ya memang karena tali yang dibawa sudah Daigo potong sesuai kebutuhan yang maksimum hanya bisa mengikat enam orang. Jadi mereka di tinggalkan dengan kondisi terbaring di tanah. Karena menurut informasi, akan ada pasukan khusus yang akan mengangkut musuh yang sudah tumbang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments