Dalam gedung sekolah seharusnya akan sangat ramai pada tengah hari dari berbagai aktivitas penghuninya. Tetapi hal itu tidak terjadi di SMA T7 hari ini karena semua murid sedang dikumpulkan pada aula sekolah.
Bagi acara semacam ini, semua murid yang sudah berkumpul bukan berarti acara akan segera dimulai, melainkan menunggu hadirnya seseorang yang akan memimpin acara tersebut. Yang tidak lain yaitu kepala sekolah sendiri.
Setelah semua murid berkumpul, berselang sekitar setengah jam, akhirnya sosok yang ditunggu kehadirannya muncul dan memberi sambutan untuk memulai acara.
Sambutan kepala sekolah di dengarkan dengan serius oleh para murid sebelum beliau mengakhiri sambutannya dan mempersilakan para bintang utama dalam acara ini sekaligus tujuan kenapa acara ini diadakan.
Yang tidak lain adalah pemberian penghargaan kepada unit yang sudah berjasa membantu pihak sekolah tempo hari.
"Tanpa perlu berlama - lama lagi, ayo kita panggil mereka. Unit 09." Ucap si pembawa acara dengan meriah mempersilakan sepuluh anggota unit 09 tempo hari naik ke atas panggung.
Kemunculan sepuluh orang pemuda - pemudi dan salah satunya adalah murid peringkat lima, Dero. Mereka disambut meriah oleh setiap murid dengan sorakan meriah. Sedangkan kesepuluh orang hanya melambaikan tangan dengan wajah tersenyum.
"Dan bintang utama kali ini silahkan masuk." Sambung si pembawa acara.
Semua murid tentu bingung dengan maksud si pembawa acara. Mereka berpikir jika kesepuluh orang itu adalah bintang utama dalam acara kali ini.
Perlahan empat sosok laki - laki dan perempuan menaiki panggung. Tidak seperti saat Dero dan yang lainnya naik ke panggung yang di iringi suara sorakan tapi berbeda dengan mereka yang hanya diisi hinaan, cacian dan sebagainya. Dan tidak sedikit pula yang memuji hingga berteriak senang melihat salah satu wanita.
Semua itu dapat dimaklumi karena mereka sendiri adalah unit terbelakang, unit 25. Daigo, Chila maupun Listy hanya menunduk tak berani memperlihatkan wajah mereka, sedangkan Kayla hanya menggerakkan gigi melihat hanya dirinya saja yang dipuji.
Kayla berniat menghajar mereka satu persatu tapi hal itu tidak dibolehkan Listy karena dia dihadang tangan Listy agar tidak bertindak lebih jauh lagi. Kayla hanya menurut.
"Baiklah kita mulai saja. Silakan unit 09 maju untuk menerima penghargaan dari bapak kepala sekolah." Seru si pembawa acara memberi tahu.
Mendengar arahan dari sang pembawa acara, segera mereka melangkah maju dengan wajah bangga meski ada sedikit suatu perasaan lain yang terpancar dari wajah mereka selain bangga dan senang.
Kepala sekolah segera maju bersama Dewi dan Reacher yang membawa sebuah wadah khusus dan beberapa kartu di sampingnya.
"Terima kasih untuk kalian semua sudah mau membantu kami tempo hari. Tanpa kalian, entah apa yang terjadi. Jadi kami mengucapkan rasa terima kasih sebesar - besarnya." Kepala sekolah terus mengatakan terima kasih setelah mereka mendapatkan medali dan sebuah kartu kredit.
Suara tepuk tangan meriah menanggapi perkataan bapak kepala sekolah. Perasaan bangga semkin mencolok dari wajah mereka meaki hanya bertambah sedikit.
"Sekarang giliran selanjutnya. Silakan maju."
Mereka berempat maju serentak ke hadapan bapak kepala sekolah yang tersenyum ramah pada mereka.
"Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya untuk kalian yang sudah membantu dalam misi yang berbahaya ini."
Mereka berempat mendapatkan hal yang sama seperti yang didapat unit 09 sebelumnya tetapi dengan medali dan kartu kredit yang lebih mencolok daripada sebelumnya.
Semua mulai menghujat kembali perangai Daigo, Chila dan Listy yang mendapat penghargaan hingga membuat opini jika mereka hanya numpang menang dari sang bunga sekolah dan unit peringkat tiga teratas.
"Sekali lagi saya- tunggu sebentar, kenapa masih ada satu medali?" Kepala sekolah bingung mengenai kenapa medali masih tersisa satu padahal semua orang sudah menerima.
"Sebenarnya memang kurang satu orang pak." Jelas Dewi menghela napas panjang.
"Siapa, kenapa dia tidak datang?" Tanya kepala sekolah yang penasaran dengan apa yang sedang terjadi.
Dari tanggapan Dewi, semua murid lagi - lagi menghina unit 25.
"Unit sampah itu merekrut orang? Aku malah merasa dia sangat kasihan."
"Dia pasti tidak berani datang karena malu harus berdiri bersama mereka."
Aula hening seketika tanpa ada yang berani bicara. Tapi sesuatu yang abnormal terjadi tiba - tiba dan memecah keheningan. Salah satu benda besar di atas panggung terjatuh hingga mebuat suara keras. Dari tempat benda tersebut jatuh, tampak debu - debu beterbangan dan memperlihatkan sebuah peti mati dalam kondisi berdiri dari belakang benda tadi.
Semua orang bergidik pelan melihat benda yang tidak seharusnya ada di sana itu muncul. Berbeda dengan mereka yang ketakutan, Daigo, Listy, Chila dan Kayla tau betul apa yang ada di sana.
Dewi juga dalam keadaan siaga, mendekati benda tersebut dengan penuh keberanian. Perlahan dia mendekat dan membuka tutup peti mati, tetapi tidak sesuai imajinasi dimana di dalam peti tersebut terdapat mayat.
Malahan yang dia dapati adalah peti tersebut bukan peti melainkan hanya tutup peti mati dan sesosok pemuda duduk bersila dengan tatapan mata yang tajam juga telapak tangan pemuda itu yang berdarah.
"Reiki?!"
Semua orang mulai dapat mencerna keadaan dan menenangkan diri masing - masing. Tetapi setelah tertangkap basah, dia hanya berdiri dengan ekspresi dingin menghampiri rekannya.
"Aaah.....jadi kau adlah orang yang terakhir." Kata kepala sekolah.
Dewi mulai mengalungkan medali dan Reacher memberikan kartu hingga ucapan tetima kadih kepala sekolah. Tidak terpancar perasaan senang atau apa pun dari wajah pemuda ini, dia hanya berjalan ke pinggir panggung dengan kepala yang terus menunduk sedari tadi.
Dia berhenti setelah sudah berada di pinggir panggung sebelum mengangkat kepalanya dan menunjukkan sebuah senyum indah. Tapi ada yang salah dengan senyum yang terukir di wajahnya karena meski dia tersenyum ia mengeluarkan aura haus darah yang membuat semua orang tanpa terkecuali sesak napas.
Bahkan untuk orang setingkat Reacher dan kepala sekolah masih merasakan tekanan yang luar biasa dari pemuda di depan mereka yang bagaikan berdiri dengan gagah menentang dunia.
"Ohh...maaf, maafkan aku." Reiki meminta maaf dan menarik kembali aura yang merembes keluar sebelum berjongkok di pinggir panggung.
"Aku hanya ingin mengatakan untuk kalian tidak lagi menghina mereka yang berdiri di sana." Reiki menunjuk Daigo, Listy dan Listy, "Atau kalian akan mendapat sebuah hal yang tidak akan bisa kalian lupakan."
Reiki memang berbicara dengan nada tenang tapi dalam ketenangan itu, terdapat sesuatu yang tidak akan ingin orang rasakan.
"Memang benar jika mereka itu sampah. Tapi Para sampah itu bukan lagi sampah. Percayalah, aku lebih mengenal mereka daripada kalian." Kata Reiki dengan tetap menggunakan nada tenang dan senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
nehh
masih boleh dibaca
2020-12-04
1
ShinigamiRei
salah ketik lgi
2020-11-11
1