"Jangan begitu Dero, mereka sudak sukarela menyerahkan nyawa mereka. Kita harus berterima kasih." Kata seorang wanita disamping orang bernama Dero itu.
Meski bicara dengan nada senang seolah sedang berterima kasih, tapi kenyataannya itu tidak lebih hanya sebuah cacian dengan nada lembut dari seorang wanita yang menganggap tinggi diri sendiri.
"Murid peringkat lima dari sepuluh peringkat, Dero. Kenapa kau ada di sini dan membawa unitmu dalam misi kami?!" Kata Daigo kaget melihat salah satu dari sepuluh peringkat ada di sana membawa unit yang berisi sepuluh orang.
"Sampah sepertimu tidak perlu tau. Sekarang kami sudah ada di sini, kalian sudah boleh pergi, huss, huss...." Usir Dero dengan mengibas - ngibaskan tangannya.
"Kau....dasar-"
"Sudahlah landasan pacu, kita pergi saja. Kekuatan kita sekarang tidak cukup untuk melawan mereka sekaligus." Potong Kayla menahan Chila yang terpancing emosi.
Mereka bertiga berbalik hendak pergi, tidak ingin menambah masqlah yang ada sekarang dan berniat maju ke tempat selanjutnya agar misi cepat selesai. Tapi sebuah rantai dengan ujung tajam menancap di tanah, menghalangi jalan keluar.
"Tunggu sebentar bukankah kau Kayla yang dijuluki salah satu dari bunga sekolah?" Tanya Dero pada perempuan yang berjalan paling belakang.
"Kalau iya kenapa?" Balas Kayla dengan tatapan dingin.
"Kenapa kau bersama mereka? Jangan - jangan kau- Itu tidak mungkin. Pasti kau bala bantuan juga kan." Kata Dero menerka - nerka kenapa Kayla bersama Daigo dan Chila.
"Itu be-"
"Seperti itulah. Kami bertemu dengannya saat dia menghajar lima orang pertama tadi." Potong Daigo menghentikan apa yang akan Kayla ucapkan.
Wajah curiga dari setiap anggota unit 09 langsung menghilang saat Daigo berkata jika Kayla hanyalah bantuan yang dikirim bukan bagian dari unit mereka.
"Pantas saja. Tidak mungkin bunga sekolah sepertimu bergabung bersama unit lemah seperti mereka."
"Itu benar. Kau ikut bersama kita saja. Kebetulan kami ingin menginvestigasi bau darah yang tajam ini." Ucap salah satu pria di belakang Dero.
Di saru sisi Kayla terlihat ragu menerima ajakan dari Dero dan kawan - kawan. Tapi di sisi lain juga Kayla penasaran tentang apa yang pria itu katakan tentang bau darah yang menyengat.
Hendak menjawab 'iya' tapi Kayla ragu harus meninggalkan teman - teman yang sudah berjuang mati - matian dengannya. Tapi jika dia menjawab 'tidak' maka kesempatan mengetahui bau darah yang tercium sama sekali olehnya akan lenyap.
"Untung kalian semua di sini, jadi Kayla bisa langsung bersama kalian daripada bersama kami." Sela Daigo mempersilakan Kayla ikut bersama mereka.
"Hey apa maksud ini sesuai, apa kau tidak menganggap aku sebagai anggota dari unit kalian?" Bisik Kayla geram tapi hanya bisa di dengar mereka berdua.
"Kenapa kau tidak ikuti saja alurnya." Bisik Daigo enteng dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Baiklah, ayo ikuti aku. Karena indra penciuman yang kupunya cukup sensitif jadi aku bisa memandu kalian." Kata pria tadi dengan wajah senang.
Kayla berjalan bersama Dero dan teman - temannya dengan sesekali menengok ke belakang berharap Daigo dan Chila mengikuti dirinya pergi.
'Ikuti alurnya ya. Entah rencana licik apa yang terbesit di otakmu.' Batin Kayla sembari berjalan mengikuti orang - orang dari unit 09.
《→→→○←☆→○←←←》
"Sebenarnya apa yang kau rencanakan Daigo?" Bertanya Chila bingung karena Daigo menyerahkan Chila pada sekumpulan sampah itu.
"Aku hanya tidak ingin ada isu yang tidak - tidak tentang masalah dia bergabung dengan kita. Juga Reiki temasuk dalam masalah kita. Dan kita juga harus menyembunyikan kebenaran Mereka berdua sudah membantu kita menyelesaikan miri tingkat S." Kata Daigo menjelaskan tentang tingkahnya barusan sambil mereka menguntit perginya unit 09.
Chila hanya diam mencerna maksud dari rencana yang di suan kaptenya yang mencakup kedua anggota baru yang sangat berbakat bahkan tidak menutup kemungkinan jika Daigo sudah memperkirakan apa yang akan terjadi ke depannya jika isu dua murid hebat bergabung dengan unit terbelakang seperti mereka.
"Aku mengerti. Akan ku rahasiakan. Dan apa kau tidak aneh jika dari depan sana tercium bau darah yang sangat kental dan tajam." Kata Chila menunjuk tempat dimana dia mencium bau darah.
Daigo kaget Chila dapat menciumnya karena dirinya tidak mencium apa - apa selain bau bunga sekitar yang bermekaran dan sebuah bekas benda diseret di tanah sekitarnya. Segera Daigo memerintahkan untuk menambah laju kecepatan berlari.
Saat sampai di tempat yang Chila tunjuk, sang kapten melihat orang - orang dari unit 09 melamun dengan wajah jijik melihat ke depan dan menutup mulut mereka.
Merasa penasaran mereka berdua juga menoleh tempat sekelompok orang itu melihat dan betapa terkejut dan jijiknya mereka melihat pemandangan yang tidak pantas dilihat, dimana terlihat banyak orang terbaring lemas tapi tidak mati dengan tubuh penuh luka sayatan benda tajam maupun pukulan benda tumpul di beberapa bagian tubuh hingga pistol yang sudah terkumpul di dekat tempat tanah yang berlubang bekas ditancapi benda tajam.
"A...ap....apa yang barusan terjadi di sini hingga terjadi pertarungan- tidak ini bukan bekas pertarungan tapi pembantaian. Pembantaian sepihak." Kata Chila menjelaskan pemandangan di depan mereka semua dengan wajah jijik dan menutupi mulutnya dengan tangan, mual melihat pemandangan tidak manusiawi itu.
Mereka semua memberanikan diri mendekat tanpa terkecuali dan betapa terkejutnya mereka mendapati sesuatu yang janggal saat diperhatikan lebih lanjut.
Hoekk......
Salah seorang langsung muntah mencium dan menyaksikan darah yang berceceran di mana - mana.
"Ta....tangan dan kaki mereka.....kemana itu pergi?" Seseorang memberanikan diri bertanya apa yang dia lihat karena dari sepenglihatannya, salah satu tangan dan kaki musuh sudah terpotong hingga darah menyembur keluar.
"Mungkin kau harus melihat ke arah sana." Jawab perempuan yang tadi menyuruh rekannya untuk melihat tempat yang dia tunjuk.
Lagi - lagi pemandangan tak mengenakkan terlihat. Sebuah gundukan kecil dimana itu adalah tangan dan kaki orang - orang yang berserakan di sana yang di tumpuk menjadi bukit kecil.
Dan di samping gundukan tangan dan kaki itu terdapat sebuah tulisan yang mengatakan, 'Kalian tak perlu khawatir dengan orang - orang bodoh yang berpikir bisa melawan dan menang itu. Kalian lanjutkan saja apa yang menjadi tujuan utama kalian datang ke sini.' Begitulah bunyinya.
Mau tidak mau semua orang harus patuh dengan apa yang tertulis di sana dan ber pura - pura tidak melihat apa - apa seolah tidak pernah melihat atau pun melintas disana.
Dero yang awalnya hanya menyombongkan diri juga ketakutan, 'Hey, kalian. Sebaiknya kalian bergabung dengan kami dalam misi kali ini. Aku tidak ingin pihak sekolah mengeluarkan biaya untuk pemakaman kalian." Kata Dero menyuruh Daigo dan Chila ikut dengan mereka kali ini.
"Maaf, kami menolak tawaran itu. Tapi kami akan mengikuti kalian dan menjaga dari belakang." Chila langsung menolak keras ajakan Dero dan lebih memilih berjaga di belakang tapitidak bergabung dengan sampah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments