Di depan pintu masuk taman/Luar taman.
Seorang tentara berlari sekuat tenaga dengan nafas tersengal - sengal tapi masih memaksakan diri untuk berlari.
Dia berhenti di belakan sosok dua orang, laki - laki dan wanita yang sedang membicarakan rencana kedepannya.
"Lapor pak, kami menemukan dua belas orang tergeletak di tanah, dengan lima ornag diikat dan tujuh lainnya dibiarkan pingsan begitu saja. Dari ke dua belas orang, mereka hanya pingsam dengan luka tembak atau patah tulang." Seru prajurit itu datang memberi laporan pada dua orang yang bertanggung jawab dengan kejadian disana.
Kedua orang yang bertanggung jawab disana, tidak lain adalah Reacher dan bu Dewi. Mereka berdua berbalik menatap utudan dari regu eksplorasi, menanggapi laporan tersebut. Keduanya saling melempar pandangan sebelum mengangguk memberi isyarat jika 'Kami paham, kau boleh pergi.'
Prajurit tersebut langsung memberi hormat dan pergi meninggalkan dua orang tersebut.
"Berdasarkan informasi tadi, aku menyimpulkan jika mereka menyerang secara bergerombol. Dan yang lebih buruknya pemimpin mereka pasti dalam kelompok dengan jumlah orang paling banyak." Kata bu Dewi menjelaskan apa yang dia tangkap dari informasi barusan.
"Itu ada benarnya. Tapi melihat dua belas orang tumbang dalam kurun waktu kurang dari setengah jam setelah mereka pergi, dapat dipastikan jika kita dapat mengendalikan situasi untuk saat ini." Sahut Reacher memberi hasil analisis yang dia dapat.
"Kalau begitu kita tambah jumlah pasukan." Seru bu Dewi memberi saran jangka panjang untuk masalah di depan mereka.
"Kalian dengar itu, cepat bergerak dan kendalikan situasi disana." Perintah Reacher tanpa berpikir seolah dia memang sudah merencanakan untuk mengutus bala bantuan.
Sepuluh orang yang masing - masing wanita dan laki - laki berbanding sama, maju dengan persenjataan penuh memasuki taman berlari denagn langkah mantap nan gagah bak seorang pahlawan yang terjun langsung ke garis depan.
"Unit dengan peringkat tiga dalam daftar unit terkuat ya. Ini akan menjadi pertunjukan yang menarik." Gumam Bu Dewi menyangga dada dengan menyilangkan kedua tangan di bawahnya.
<><><><><><><><>
"Membosankan sekali." Kata Reiki malas sembari mendesah pelan.
"Tolong jangan bubuh aku, jangan bunuh aku. Aku punya anak dan istri untuk diberi makan, tolong lepaskan aku." Kata seorang pria di depan Reiki meminta rasa iba darinya.
Perlahan bibir Reiki melengkung panjang, menunjukkan sebuah senyum yang menyeramkan bagai senang melihat orang memelas meminta rasa kasihan padanya dengan cara memohon - mohon.
"Terus.....teruslah seperti itu. Terus ketakutan dan memohonlah padaku. Biarkan dunia mendengar semua perkataanmu." Teriak Reiki girang melihat orang menderita.
Dengan cepat warna di wajah pria itu menghilang dan terjatuh ke tanah. Dia merangkak mundur mencari keselamatan untuk dirinya dari takdir kematian yang ada di depannya.
"Kau mau kemana? Kenapa pergi?" Tanya Reiki kecewa.
Suara teriakan putus asa pria itu semakin kencang saat dia merangkak menjauhi Reiki. Tentu itu malah membuat Reiki semakin kecewa karena mangsa di depannya berusaha kabur.
"Apa kau tidak punya sopan santun? Apa kau tidak pernah di ajarkan untuk tidak pergi saat seorang sedang senang?" Bentak Reiki murka.
Segera Reiki mengangkat tinggi - tinggi sabit besar di tangannya, memantulakan sinar matahari di pagi hari. Dengan cepat sabit besar itu menyayat melewati bagian atas dada dan perut pria malang itu hingga darah segar mengucur dari sana.
"Beraninya kau berusaha pergi tanpa memuaskanku dengan rasa takutmu." Bentak Reiki murka dengan menginjak paha pria tersebut.
Arghh......
Suara teriakan memenuhi udara segar pagi hari membuat bulu kuduk orang yang mendengar berdiri. Tapi untungnya tidak ada siapa pun yang ada disana selain mereka berdua. Tentu saja yang masih sadar karena banyak orang yang tumbang disekitar pria itu dan sebuah pemandangan brutal bak neraka.
"Menagislah dan kuampuni nyawamu selama satu detik." Kata Reiki sembari menunjukkam satu jari tangan.
Tentu pria itu tidak menanggapi keinginan Reiki karena dia sudah dihadapkan dengan sebuah takdir yang tidak bisa diganggu gugat. Yaitu rasa sakit dan outus asa.
"Cih, tidak tau diuntung." Kata Reiki kecewa dengan keinginannya yang tidak terkabul.
Kaki Reiki yang awalnya dilemaskan, kini sudah menguat sepenuhnya. Tentu paha pria malang itu langsung terasa sakit.
Sebuah senyum merekah pada wajah Reiki mendengar jerit kesakiatn korbannya bak lantunan melodi lembut nan indah. Semakin bersemangat pula Reiki hingga dia sedikit menggoyangkan pijakan, membuat setiap sendi di paha pria itu bergeser.
Arghh....
"Merdu....merdu sekali. Berteriaklah sekencang mungkin. Biarkan aku mendengar lantunan musik dari jerit sakitmu!!!" Seru Reiki kegirangan membuat semua kekuatannya berfokus pada kaki hingga tulang pada pria tadi remuk.
Penyiksaan terus berlanjut dari tempat dimana Reiki berada, tanpa ada yang mengetahui hal tersebut karena memang belum ada yang menjangkau tempat itu baik Unit 25 atau unit bantuan yang baru dikirim.
《→→→○←☆→○←←←》
"Kelompok bagian kiri sudah selesai. Kini berpindah ke posisi kelompok bagian kanan." Kata Daigo memberi laporan pada Listy bahwa dia sudah menyelesaikan bagian kanan.
"Dimengerti. Lanjutkan dan berhati - hati, disana mereka memiliki orang dengan skill yang cukup tinggi." Peringat Listy.
Dengan cepat Daigo berpindah dari ujung jalan sebelah kanan tadi, hendak menuju ujung jalan sebelah kiri sesuai arahan Listy jika disana memiliki orang yang berjaga seperti sebelumnya.
Daigo berlari duluan membiarkan Chila dan Kayla membuntuti dari belakang, sekaligus agar Kayla menjaga mereka berdua karena dia satu - satunya penyerang dengan jarak cukup jauh dalam pergerakan kali ini dan Listy hanya mengawasi dan memberi bantuan disaat yang diperlukan.
Dorr....
Buakh.....
Argh.....
Suara tembakan yang dilepaskan dan suara orang yang dipukuli terdengar dari arah dimana tempat yang dituju Daigo dan kedua rekannya, yang menandakan jika sudah ada unit lain yang datang dan menghajar para penjahat sebelum mereka.
"Bukankah kita satu - satunya unit yang ditugaskan disini?" Tanya Chila bingung kenapa ada suara teriakan orang dari arah tujuan mereka sambil menghentikan langkahnya.
"Kali ini aku setuju denganmu landasan pacu, kenapa ada orang lain selain kita disini?" Timpal Kayla serius.
Daigo terlihat menatap seksama tempat di depan mereka dan menoleh, "Aku juga tidak tau. Sebaiknya kita periksa segera."
Betapa terkejutnya mereka bertiga mendapati tujuh orang sudah pingsan dalam keadaan di tumpuk bagai buku. Dan yang lebih mengejutkan adalah unit yang membasmi mereka adalah unit beranggota lebih dari dua puluh orang tapi yang turun hanya sepuluh orang dari unit peeingkat tiga teratas, Unit 09.
"Ahh...ternyata sekumpulan pecundang yang datang. Kukira musuh yang kuat." Kata salah satu laki - laki yang adalah kapten dari unit 09.
"Jangan begitu Dero, mereka sudah suka rela menyerahkan nyawa mereka. Kita harus berterima kasih." Kata seorang wanita disamping orang bernama Dero itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments