Beberapa hari kemudian...
Syafira tampak sedang membobol seluruh tabungan yang ia punya. Ya, hari ini adalah hari dimana ia berjanji akan melunasi hutangnya kepada tuan Aji. Lebih tepatnya dua minggu setelah insiden orang-orang suruhan tuan Aji mengobrak-abrik toko Syafira.
Setelah menghitung semua jumlah uang yang ia miliki, Syafira mendesah kecewa dan putus asa. Jumlah tak seberapa jika di banding hutang ayahnya. Kerja kerasnya selama ini tak mampu untuk membayar hutang sang ayah. Ia mengambil tas dan kunci sepeda motornya, lalu berangkat ke toko.
Dengan langkah malas, Syafira memasuki toko kuenya. Sekarang pilihannya hanyalah dua, menyerahkan rumah dan toko kuenya atau menjadi istri ke empat tuan Aji.
Syafira mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut tokonya, masih sepi karena memang tokonya belum buka. Akankah ia merelakan toko yang ayahnya bangun dengan susah payah.
"Mbak Fira udah dari tadi?" tanya Rani yang baru datang sambil meletakkan tasnya.
"Baru saja Ran," jawab Syafira.
"Heyooo!" suara Shinta terdengar melengking dari luar toko.
Syafira dan Rani keluar, di lihat mereka Mia dan Shinta yang tersenyum ke arah mereka.
"Kalian pagi-pagi dah ke sini. Enggak ada sarapan gratis hari ini. Aku lagi malas masak," ucap Syafira.
"Tenang Fir, justru kita ke sini bawain kamu sarapan," ucap Mia sambil menunjukkan paper bag berisi makanan yang ia bawa.
Mia dan Shinta tahu jika hari ini Syafira harus menghadapi tuan Aji dan mereka ingin memberi dukungan kepada sahabat mereka tersebut.
Mereka bertiga akhirnya sarapan bersama di toko Syafira. Rani yang sudah sarapan dari rumah tidak ikut makan, ia sibuk siap-siap untuk membuka toko. Mia dan Shinta mengeluarkan amplop berisi uang dari tas masing-masing dan menyodorkannya kepada Syafira.
"Aku hanya bisa bantu segini Fir, seluruh tabunganku udah aku kuras tapi tetap aja cuma segini," ucap Mia.
"Iya Fir, aku juga udah ngurangin jatah jajan akhir-akhir ini, tapi sama saja tidak bisa terkumpul banyak," sambung Shinta.
"Eh apa-apaan ini?" tanya Syafira bingung.
"Kita tahu kamu sedang ngumpulin duit buat melunasi hutang ke tuan Aji Fir, dan hari ini kan batas akhir buat melunasinya," sahut Shinta. Meskipun ia dan Mia tahu, uang dari mereka tidak ada apa-apanya di banding dengan jumlah hutangnya. Namun, setidaknya itulah bentuk rasa peduli mereka terhadap Syafira, sahabat yang mereka sayangi.
"Ini tidak benar Mi, Shint. Ambil ini kembali," Syafira menyodorkan kembali amplop tersebut kepada Mia dan Shinta.
"Kita ikhlas Fir, yah walaupun ini tidak banyak membantu," ucap Mia.
"Iya Fir," Shinta mengiyakan ucapan Mia.
"Aku tahu kalian tulus ikhlas mau bantu aku, tapi ini tetap saja tidak akan berhasil. Uang yang terkumpul tidak cukup untuk melunasinya. Jadi, kalian ambil kembali uangnya. Apapun keputusanku nanti, aku hanya butuh support dari kalian. Itu saja sudah sangat membantu aku," ucap Syafira, ia tak ingin merepotkan para sahabatnya.
Setelah perdebatan yang cukup panjang antara Syafira dan dua sahabatnya, akhirnya Mia dan Shinta mengalah. Memang sifat Syafira yang selalu tidak ingin menyusahkan orang lain tidak dapat di ganggu gugat.
Mia dan Shinta akhirnya pamit kepada Syafira karena mereka ada kuliah pagi ini. Sementara Syafira membantu Rani bersih-bersih toko.
🌼🌼🌼
Beberapa jam berlalu, ketika Syafira selesai melayani pembeli, tuan Aji dan anak buahnya datang ke toko Syafira.
"Halo Fira sayang, lama tidak bertemu. Makin cantik saja," ucap tuan Aji sambil tersenyum.
Syafira merasa risih di panggil seperti itu oleh tuan Aji. Ia diam tak menanggapi ucapan tuan Aji. Ia justru sibuk menata kue dalam etalase.
"Bagaimana? Apa kamu sudah mempunyai uang untuk melunasi hutang ayah kamu? Atau kamu sudah siap menjadi istri saya?" tanya tuan Aji.
Syafira langsung menghentikan aktivitasnya menata kue.Ia menghela napas sebentar. Syafira tahu, saat seperti ini pasti akan datang juga sekeras apapun ia menghindar, harus ia hadapi juga.
Syafira melepas celemek yang ia pakai lalu meletakkannya.
"Kita bicara di luar saja tuan," ajak Syafira karena suasana toko sedang sepi, dan Rani sedang mengantar pesanan ke salah satu pelanggan.
Sampai di teras toko, Syafira mempersilahkan tuan Aji duduk. Ia ingin mencoba untuk bernegosiasi dengan tuan Aji.
"Katakan, mana yang kamu pilih, melunasi hutang atau menjadi istriku. Aku sudah tidak ada waktu untuk bermain-main gadis manis," ucap tuan Aji penuh tekanan.
"Tuan, tolong beri saya waktu lagi. Hutang ayah saya begitu banyak, saya tidak mungkin mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu sebentar," ujar Syafira. Ia berharap ada sedikit kebaikan dari tuan Aji.
"Hahaha tidak sanggup membayar tapi berani berhutang. Itu resiko Fira sayang. Ayahmu sudah menyanggupi dan menandatangani syarat yang ku berikan ketika dia datang kepadaku buat meminjam uang. Sudahlah, tinggal pilih saja, mau menyerahkan toko serta rumah, dan saya akan menghancurkan toko ini atau menjadi istri saya dan toko ini akan tetap menjadi milikmu, jangan sampai saya melakukan kekerasan Fira," kelakar tuan Aji. Anak buah tuan Aji yang berdiri di belakang tuan aji sejak tadi sudah bersiap-siap untuk menghancurkan toko.
Syafira masih terdiam. Ini merupakan pilihan yang sangat sulit buat dia, mau melawan juga tetap saja dia salah karena memang ayahnya yang salah karena sudah meminjam uang kepda rentenir menandatangani perjanjian yang telah di buat oleh tuan Aji, meskipun pada kenyataannya perjanjian tersebut memberatkan pihak ayah Syafira.
"Cepat pilih! Jangan menguji kesabaran saya! Kehilangan semuanya atau menikah dengan saya!" bentak tuan Aji yang mulai kehilangan kesabarannya.
"Saya hitung sampai tiga, katakan mana yang akan kamu pilih," lanjutnya.
Syafira menghela napasnya pelan, ia memejamkan matanya dan berharap ada keajaiban datang padanya.
"Satu...!" tuan aji mulai menghitung.
"Ayah, apa yang harus Fira lakukan? Apa Fira memang ditakdirkan menjadi istri tuan Aji, atau Fira harus menyerahkan toko. Mana yang lebih ayah ridhoi? Kehilangan toko atau melihat Fira menjadi istri keempatnya," batin Syafira.
Jika ia menyerahkan toko dan rumah, lalu bagaimana hidupnya ke depan, sedangkan dia masih harus memikirkan biaya rumah sakit adiknya juga.
"Dua..." ucap tuan Aji.
Syafira kembali menghela napasnya dengan berat.
"Cepat katakan! atau mereka akan menghancurkan toko kecil ini!" para anak buah tuan Aji sudah bersiap-siap untuk menghancurkan toko.
"Ti..."
"Saya mau jadi..." seru Syafira sebelum tuan aji selesai bicara. Meskipun dengan sangat berat hati ia mengatakannya.
"Saya akan melunasi semua hutangnya!" Suara bariton serang laki-laki memotong ucapan Syafira.
Entah kenapa Syafira baru mendengar suaranya saja sudah seperti mendapat oase di padang pasir, mungkin ini adalah pertolongan yang di berikan oleh Tuhan di saat yang tepat. Meski ia masih belum sadar suara siapa itu.
🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Yanthi Chahya Yustikarini
om duda ya
2024-11-11
0
Praised94
Nitip lapak baca dulu
2023-10-24
0
susi 2020
🤩🤩😘
2023-09-29
1