"Dokter Rendra," sapa Syafira kepada laki-laki yang tengah duduk di depan tokonya.
Dokter Rendra berdiri dan membalas sapaan Syafira sambil tersenyum.
"Syafira, habis dari mana?" tanya dokter Rendra, ia sekilas melihat mobil Bara yang melaju meninggalkan toko.
"Eh itu, saya habis dari rumah pelanggan mengantar kue. Anaknya ulang tahun dan kebetulan saya diundang juga," jawab Syafira.
"Itu mobil sepertinya tidak asing? " Batin dokter Rendra.
"Oh itu mobil pelanggan kamu?" selidik Dokter Rendra.
"Iya," jawab Syafira singkat. Ia merasa tak perlu menjelaskan secara detail, toh dokter Rendra juga tidak kenal mereka pikir Syafira.
"O iya, dokter ke sini..."
"Oh, saya ke sini buat beli kue, kebetulan nanti malam ada acara di rumah. Mama menyuruh saya buat beli kue sekalian pulang dari rumah sakit," ucap dokter Rendra.
"Oh begitu, terus kuenya apa sudah pesan?" tanya Syafira.
"Sudah, sedang di bungkus sama Rani. Fir, ada yang ingin saya tanyakan sama kamu,"
Syafira menarik kursi dan duduk berhadapan dengan dokter Rendra.
"Soal?" tanya Syafira.
"Hutang ayah kamu kepada tuan Aji," jawab dokter Rendra.
"Pasti mia ember deh," batin Syafira.
Melihat Syafira terdiam, dokter Rendra melanjutkan bicaranya.
"Apa tidak bisa aku membantumu buat melunasi hutang ayahmu itu?" dokter Rendra mencoba menawarkan bantuan kepada Syafira.
"Tidak dokter, itu jumlahnya tidak sedikit dan dokter sudah banyak membantu saya. Biaya rumah sakit Adel saja, saya belum sanggup membayarnya. Saya tidak ingin menambah hutang lagi kepada dokter. Bagaimana saya akan membayarnya nanti," Syafira menolak tawaran dokter Rendra. Dokter Rendra sudah banyak membantu Syafira dan keluarganya. Semasa ayah Syafira masih hidup pun dokter Rendra sering membantu, bahkan karena kebaikannya, ayah Syafira berharap dokter tampan tersebut bisa menjadi menantunya.
"Kamu tidak usah memikirkan untuk mengembalikannya. Saya hanya ingin membantu kamu Fir, tidak perlu kamu kembalikan," tegas dokter Rendra.
"Dengan begitu, berati akan menambah masalah lagi buat saya dokter, tuduhan orang tua dokter kepada saya akan menjadi benar adanya, kalau saya hanya menginginkan harta Anda. Terima kasih dokter sudah mau membantu saya, tapi kali ini bukan masalah uang sedikit. Biarkan saya berusaha sendiri, dokter sudah banyak membantu saya," ucap Syafira panjang lebar.
"Saya ikhlas bantu kaku Fir,"
"Saya tahu dan bisa merasakannya, kalau dokter ikhlas membantu saya, tapi orang lain akan memandang saya semakin rendah," Dokter Rendra paham yang di bicarakan Syafira, yaitu lagi-lagi orang tuanya.
"Tapi bagaimana kamu akan membayarnya Fir? dengan memberikan rumah dan juga toko satu-satunya peninggalan ayah kamu begitu saja, atau dengan menjadi istri tuan Aji? Saya tidak mau kamu menderita Fir jika kamu sampai menikah dengan laki-laki itu,"
Mendengar ucapan dokter Rendra, Fira terdiam sejenak. Dia tidak ingin menyerahkan rumah maupun tokonya. Dia tahu betul bagaimana usaha ayahnya membangun toko tersebut. Bahkan ia ingin sekali mewujudkan cita-cita almarhum ayahnya untuk membuat toko kue tersebut menjadi besar dan terkenal.
Dan pilihan lainnya adalah, ia harus menjadi istri keempat rentenir itu. Syafira benar-benar pusing di buatnya.
"Saya tidak akan memberikan apa yang menjadi hasil kerja keras ayah begitu saja," jawab Syafira.
"Lalu?"
"Biar nanti saya pikirkan caranya, dokter tidak perlu menghawatirkan saya," ucap Syafira.
Sebenarnya Syafira butuh tempat berkeluh kesah, tempat bersandar di kala ia sedang merasa tidak tahu harus bagaimana menghadapi dunia yang kadang terasa kejam untuknya. Dan saat ini, Laki-laki yabg sedang duduk di depannya itu sedang menawarkan hal yang Syafira butuhkan tersebut. Akan tetapi, semua tak semudah itu ia lakukan. Kesenjangan sosial di antara mereka yang sangat jauh berbeda, membuat Syafira tak berani melangkah menatap masa depan bersama Dokter Rendra.
"Jika saja kedua orang tuaku tak mempermasalahkan status sosial kita, jika orang tuaku menyetujui kita memiliki hubungan, apakah kamu akan memiliki perasaan yang sama terhadapku Fir?" tanya dokter Rendra.
Namun, sebelum Syafira menjawab, Rani keluar dengan membawa pesanan dokter Rendra.
"Ini dok kue-kuenya sudah saya packing," Rani menyodorkan dua box berisi kue.
"Terima kasih," ucap dokter Rendra sambil menerimanya.
"Sama-sama dokter," sahut Rani.
Dokter Rendra dan Syafira saling memandang sejenak, kemudian dokter Rendra pamit.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter Rendra.
"Kenapa buru-buru dok, baru juga ketemu mbak Fira," tanya Rani dengan polosnya. Pasalnya ia tahu dokter Rendra sejak tadi menunggu Syafira datang.
"Iya, saya masih ada urusan setelah ini," jawab dokter Rendra.
"Kalau kamu berubah pikiran tentang tawaran saya tadi, jangan sungkan buat menghubungi saya," dokter Rendra menatap Syafira. Terlihat keseriusan dari raut wajahnya. Ia ingin sekali membantu Syafira.
Syafira mengangguk sambil tersenyum
"Baiklah kalau begitu, kamu saya permisi, assalamu'alaikum," pamit dokter Rendra lagi.
"Wa'alaikumsalam," jawab Syafira dan Rani serempak.
"Mungkin ceritanya akan berbeda jika kedua orang tua dokter menyukai saya," ucap Syafira dalam hati sambil menatap punggung dokter Rendra yang berjalan menuju mobilnya.
"Dokter Rendra baik ya mbak, ganteng lagi," ucap Rani.
Syafira menanggapi omongan Rani dengan tersenyum tipis. Ia berjalan masuk ke dalam toko dan diikuti oleh Rani.
"Dokter Rendra kelihatannya sangat menyukai mbak Fira ya?" celoteh Rani.
"Sok tahu kamu Ran," elak Syafira.
"Kelihatan jelas kali mbak, dari cara di menatap mbak Fira selama ini. Kenapa mbak Fira tidak menerima tawaran dokter Rendra saja tadi?" ucap Rani keceplosan. Ia langsung menutup mulutnya.
"Kamu nguping ya tadi?" Syafira menghentikan langkahnya, dan menatap tajam ke arah Rani.
"Sedikit mbak, lebih tepatnya enggak sengaja dengar sih. Kebetulan tadi saya mau keluar eh mbak Fira sama dokter lagi ngobrol serius, jadi saya diem-diem bae di balik pintu," jujur Rani.
"Saya keluar di saat yang tepat kan mbak tadi?" lanjut Rani. Ia tahu, tadi Syafira kebingungan mau menjawab apa atas pertanyaan dokter Rendra. Ia juga pernah melihat orang tua dokter Rendra datang ke toko dan melabrak Syafira, karena dokter Rendra mengatakan kepada orang tuanya bahwa ia menyukai Syafira ketika ia akan di jodohkan dengan anak teman orang tuanya.
"Iya, makasih ya," Syafira tersenyum.
Mereka sampai di dapur, Syafira menyuruh Rani menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue pesanan pelanggannya yang harus ia antar malam nanti.
"Kenapa mbak Fira enggak terima saja dokter Rendra. Sekuat-kuatnya mbak Fira juga pasti butuh sandaran kan," Rani bicara ragu-ragu, takut akan membuat Syafira marah.
"Ada hal yang tak bisa di jelaskan soal cinta Ran. Tak semudah dan sesederhana itu, dia cinta aku, aku cinta dia. Tidak sesimpel itu. Masih ada hal lain sebagai pertimbangan untuk menjalin sebuah hubungan. Aku tak ingin membuat dokter Rendra menentang keluarganya hanya demi aku," jelas Syafira.
"Tapi kan bisa berjuang bersama buat minta Restu mbak?"
"Standar kedua orang tuanya terlalu tinggi Ran, dan kalau soal materi aku tidak bisa masuk dari segi manapun. Terkadang cinta memang harus egois, tapi ada kalanya cinta harus mengalah," Syafira sadar, terkadang cinta hanya memilik satu pilihan yaitu merelakan cinta itu untuk tidak ia miliki.
"Mbak Fira yang sabar ya," Rani bisa melihat jika Syafira juga memiliki rasa yang lebih terhadap dokter Rendra.
"I'm fine," Syafira tersenyum ke arahnya.
Rani menatap kagum kepada bosnya tersebut, dia bisa membuat semua baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi. Dia selalu berhasil menyembunyikan rasa sakit di hatinya dan menggantinya dengan senyum ceria dari bibirnya. Tak ada yang tahu betapa keras dan penuh lika-likunya hidup seorang Syafira.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca para kesayangan author...jangan lupa like, komen dan votenya..terima kasih 🙏🙏🙏
Salam hangat author 🤗🤗❤️❤️💠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Abi Angelin
knp bawa bawa bawang nih kak
2023-10-27
1
Praised94
Terima Kasih
2023-10-24
1
susi 2020
🙄🙄🙄😔😔
2023-09-29
0