"Demi anak-anak, Bara akan mencobanya. Mama atur saja acara jalan-jalan dengan wanita itu buat pendekatan dengan anak-anak. Jika ana-anak menyukainya, Bara akan pertimbangkan buat menikah dengannya," ucap Bara, walaupun lidahnya terasa kelu mengeluarkan kata-kata tersebut.
Bu Lidya cukup dengan ucapan Bara. Ia tidak menyangka kalau secepat itu Bara mengambil keputusan. Namun, sejujurnya juga itu yang ia harapkan, lebih cepat lebih baik supaya si kembar segera memiliki orang tua yang lengkap.
"Mama tidak salah dengar kan?" Bu Lidya memastikan bahwa indra pendengarannya masih normal.
"Hem, mama atur saja," jawab Bara.
"Mau siapa? Syafira ya?" tanya bu Lidya antusias.
"Dia masih kecil ma, masa depannya masih panjang. Tidak mungkin Bara menikah dengannya, Bara ingin yang bisa mengurus si kembar," tolak Bara,
"Em, Sonya saja bagaimana? Dia pasti mau,"
"Terserah mama, yang penting si kembar mau menerima, Bara naik dulu," Bara melanjutkan langkah kakinya menuju lantai atas.
"Coba dulu Sonya, kan dia juga udah lama kenal keluarga ini. Masalah anak-anak nanti juga seiring berjalannya waktu pasti bisa terima," gumam bu Lidya. Ia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Sonya.
Sonya yang memang sudah menggilai Bara sejak lama, tentu saja langsung mengiyakan permintaan hu Lidya untuk melakukan kencan dengan Bara.
Setelah menelepon Sonya bu Lidya kembali membaca majalahnya. Tak di pungkiri, dalam hatinya ada rasa sedih, karena posisi Olivia kemungkinan akan segera terganti.
"Maafkan mama Olive, semua demi kebaikan bersama, terutama si kembar," batin bu Lidya.
Bara langsung menuju ke kamar si kembar. Ia mencoba membuka pintu yang ternyata tidak di kunci tersebut.
"Nala kan sudah bilang, Nala tidak mau di ganggu!" teriak Nala tanpa melihat ke arah pintu. Posisinya kini tengah tiduran tengkurap sambil memandangi photo Olivia.
"Bolehkah daddy masuk?" Bara melongok ke dalam. Kepalanya melihat ke dalam, sementara badannya masih sembunyi di balik pintu.
Mendengar suara ayahnya yang bicara, Nala pun menoleh sebentar lalu kembali ke posisi semula. Ia diam, tak mengiyakan ataupun menolak kedatangan Bara. Semarah apapun Nala, ia tidak bisa menolak pahlawannya tersebut. Ya, bagi Nala Bara adalah super hero kebanggaannya.
Pelan-pelan Bara masuk dan berjalan mendekati tempat tidur Nala. Ia kemudian duduk di samping putri kecilnya tersebut.
"Maafkan daddy," ucap Bara lirih.
Nala masih diam untuk beberapa saat.
"Nala kecewa sama daddy," tangis yang ditahan gadis kecil itu pun akhirnya pecah.
"Maaf daddy emang salah, tadi daddy..."
"Sibuk karena pekerjaan kan? Selalu begitu, Nala tak butuh uang daddy, Nala tak butuh mainan mahal!" kesal Nala khas anak-anak.
"Baiklah, gimana kalau daddy tebus kesalahan daddy dengan lusa kita jalan-jalan?" Bara mencoba membujuk Nala.
Nala bangun dan duduk bersila menatap Bara.
"Sungguh? Daddy enggak bohong?" Nala seakan ragu jika Bara akan menepati janjinya kali ini.
"Tentu saja, daddy janji, tapi Nala jangan marah lagi ya? habis ini makan, oke?"
"Horeee! Jalan-jalan!" seru Nala. Wajahnya yang sedari tadi cemberut kini berangsur ceria kembali.
"Ya udah, daddy mau cari Nathan dulu terus mandi," Bara bangkit dari duduknya.
"Daddy jangan marah sama Nathan," ucap Nala, wajahnya tampak mengiba.
"Tidak akan," Bara tersenyum, ia mencium kening Nala.
"Princess, kamu demam?" Bara seketika panik .
"Tidak apa daddy, lusa jadi jalan-jalan kan?" Nala takut kalau Bara akan membatalkan rencana jalan-jalan mereka karena Nala demam.
"Jadi kan daddy? Nala tidak sakit, Nala baik-baik saja, jadi ya daddy?" rengeknya.
Bara tersenyum dan mengusap kepala Nala.
"Iya sayang jadi. Tapi, sekarang Nala harus makan dan minum obat ya biar demamnya cepat turun. Daddy akan suruh bibi buatin makanan buat Nala,"
"Baiklah daddy, Nala nurut. Kata bunda, eh kakak syantik kan Nala harus nurut sama daddy," lagi-lagi Nala menyebut Syafira.
"Nah gitu dong, pintar anak daddy. Udah ya, daddy cari Nathan dulu," Bara benar-benar meninggalkan Nala di kamarnya. Ia menyuruh bibi untuk membuat makanan untuk Nala.
"Nanti antarkan saja ke kamar si kembar, biar saya yang menyuapi mereka," ucap Bara kepada pengasuh anak-anak. Kemudian, ia menuju ke ruang bermain untuk bicara dengan Nathan.
Di lihatnya Nathan sedang duduk termenung sendiri. Anak laki-lakinya tersebut memang kurang ekspresif tidak seperti Nala.
"Boy," sapa Bara seraya menghampiri Nathan.
"Daddy. Maaf Nathan Nakal. Tadi di sekolah Nathan mendorong teman Nathan. Tapi bukan tanpa alasan daddy. Tadi dia mendorong Nala hingga jatuh dan ngatain anak nakal karena enggak ada mommy, katanya tidak ada yang sayang dan peduli sama kita makanya daddy tidak datang tadi. Dia juga yang menabrak Nala sampai es krimnya jatuh daddy, tapi dia menyalahkan Nala. Nathan tidak terima Nala di nakali daddy, Nathan sayang Nala. Kasihan Nala, tadi dia membacakan puisi di atas panggung buat daddy judulnya "Daddyku pahlawanku" tapi daddy tidak hadir, Nala jadi sedih," jelas Nathan panjang lebar.
Nathan selalu mempertanggung jawabkan apapun yang dia lakukan, jika ia salah ia tak segan minta maaf dan tidak keberatan di hukum. Namun jika ia benar, ia akan kukuh dengan pendiriannya.
Lagi-lagi terbesit rasa perih di hati Bara, menyesal kenapa tadi dia tidak datang. Sebenarnya dia sudah cepat menyelesaikan meetingnya tadi. Namun saat di perjalanan tanpa sengaja ia menyerempet seorang ibu-ibu karena ia buru-buru dan ia mengendarai mobilnya sendiri. Sebagai seseorang yang bertanggung jawab, Bara membawa ibu-ibu tersebut ke rumah sakit yang pada akhirnya membuat dia tidak keburu datang ke sekolah dan memutuskan kembali lagi ke kantor setelah menyuruh orangnya untuk mengurus ibu-ibu yang ia serempet tersebut.
"Daddy tahu, anak daddy ini sangat menyayangi adiknya. Ya sudah sekarang kamu ke kamar dan makan bersama Nala. Temani adik kamu, dia demam. Daddy mau bersih-bersih badan dulu," ucap Bara.
"Daddy tidak marah dengan Nathan?" tanya Nathan.
"Tidak, daddy tidak marah. Tapi, setiap perbuatan..."
"Ada konsekuensinya," Nathan memotong ucapan Bara.
"Yups! Dan kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?" Bara memang lebih tegas kepada Nathan karena dia anak laki-laki.
"Ya, daddy mau Nathan menghafalkan atau apa?" Nathan menanyakan apa hukuman dari sang ayah yang tentu saja hukuman yang mendidik.
"Nanti daddy pikirkan, sekarang kembali ke kamar dulu. Daddy mau mandi. O ya, lusa daddy ajak kalian jalan-jalan," ucap Bara lalu berkacak pinggang meninggalkan Nathan.
"Ya daddy," sahut Nathan. Ia langsung menuruti perintah Bara untuk menuju ke kamarnya.
🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Praised94
👍👍👍👍👍
2023-10-24
0
AR Althafunisa
kau salah pilih Baraaa... Sonia mah wanita sosialita yang ada anak-anakmu kagak di urusin 🤣
2023-10-13
0
susi 2020
🤩🤩🤩😍
2023-09-29
0