My Lovely Cousin
Matahari menyinari bumi di pagi yang begitu lembab. Kicauan burung menggema di penjuru langit. Zara berdiri di balkon kamarnya sambil menatap ke arah sana, dimana awan-awan berkumpul menciptakan panorama indah di pagi yang begitu cerah.
Gadis itu menikmati keindahan matahari terbit, terlihat sesekali ia menyampirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya akibat ditiup angin. Kehangatan menyusup masuk ke dalam dadanya. Hingga ia tak menyadari sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah.
Gadis itu teringat kembali memori masa lalu bersama mendiang ayahnya. Di umurnya yang baru menginjak 12 tahun begitu banyak suka cita yang ia rasakan. Hari itu ia berjanji kepada sang ayah untuk belajar dengan giat.
"*Zara janji Ayah, Zara tidak akan mengecewakan Ayah." ucap Zara kecil di hadapan Sang Ayah.
"Gadis pintar! Berlajarlah dengan giat, oke?" ucap sang ayah sambil mengelus pucuk kepala gadis itu.
"Siap Ayah." jawab Zara semabari memberi hormat*.
Tersadar dari ingatan masa lalu yang menyelinap ke permukaan, gadis itu lantas mengela napas untuk menenangkan kembali pikirannya. Bahkan kedua sudut matanya telah menggenang, namun dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk menahan agar genangan air mata itu tak jebol.
"Ayah, aku merindukanmu." ucap gadis itu parau.
Mengingat sosok ayah baginya adalah sebuah duka. Figur pahlawan sekaligus cinta pertamanya itu telah pergi meninggalkan ia dan ibunya. Tepat 3 tahun sudah sosok itu tak lagi menemani hari-harinya. Banyak yang berubah, bahkan semangat hidupnya pun perlahan terkikis. Hingga ia dan ibunya memutuskan untuk pindah rumah dan menetap di kota yang berbeda agar mereka tak diliputi oleh nestapa yang berkepanjangan.
Zara mengingat dengan jelas bagaimana lelaki paruh baya itu menjadikannya seperti seorang putri kerajaan. Menaunginya dengan kasih sayang serta membimbingnya ke jalan yang benar. Tak lupa, pendidikan kekeluargaan yang tak ia dapatkan di bangku sekolah. Semua itu tersimpan dengan rapi di dalam memori otaknya seperti sebuah film.
Tak lama berselang terdengar suara langkah kaki mendekat, sudah bisa ditebak jika itu ibunya. Siapa lagi, mereka hanya tinggal berdua di rumah sederhana itu.
Zara menoleh ketika wanita paruh baya itu memanggilnya. "Nak, di bawah ada tamu. Turun dan bantu ibu menyiapkan minuman untuknya." ucap Tamara.
Zara mengangguk pelan "Iya Bu, aku segera turun."
Tamara pun beranjak dari kamar gadis itu menuju ruang tamu. Zara menyusul langkah ibunya, namun segera ia bertolak ke dapur untuk menyiapkan secangkir teh hangat.
Sementara di ruang tamu sosok lelaki muda telah duduk dengan tenangnya. Tamara menghampiri seraya tersenyum, pemuda itu balas tersenyum pula.
Beberapa menit berselang Zara muncul dari arah dapur membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat dua cangkir teh. Sontak langkah kaki gadis itu terhenti. Ia terperanjat melihat sosok lelaki muda yang tampak begitu tampan tengah berbincang dengan ibunya. Seketika debaran jantung gadis itu berpacu dengan cepat. Tanpa menunggu lagi ia segera meletakkan satu cangkir teh untuk lelaki itu lalu duduk di samping sang ibu.
Kedatangan lelaki itu membuat kepala Zara menimbulkan sebuah tanda tanya. Gadis itu tampak bingung, terlihat ada sebuah koper yang dibawa pemuda itu.
"Lalu bagaimana kabar Ibu dan Ayahmu, tidakkah mereka ingin berkunjung kemari?" tanya Tamara.
"Mereka baik-baik saja bibi. Haha, masalah ingin mengunjungi kemari, aku sama sekali tidak tahu." Balas Ran sambil tersenyum.
"Baiklah sepertinya mereka sibuk." lanjut Tamara.
Zara tampak memerhatikan interaksi keduanya. Masih dalam mode tanda tanya, kepala gadis itu meneleng sejenak sembari berpikir siapa lelaki ini? Kenapa Ibunya tampak begitu akrab.
'Mungkin lelaki ini anak teman ibu?' pikir gadis itu dalam hati.
Wajah tampan lelaki itu membuat Zara sejenak mematung. Apalagi mata sipit lelaki itu terlihat aestetic baginya. Rahang tegasnya pun membuat gadis itu seketika menelan ludah. Sunggung lelaki sempurna.
"Kudengar ayahmu pensiun, benarkah itu?" tanya Tamara.
"Benar bibi." jawab Ran.
Tamara mengangguk paham. "Minumlah teh mu."
"Terima kasih bibi."
Zara mulai merasa bosan. Perbincangan ini begitu canggung hingga gadis itu menggaruk tengkuknya sendiri. Lama sekali ia menunggu hingga tak lagi memerhatikan apa yang mereka berdua bicarakan.
"Baiklah Ran, seperti kesepakatan antara Ayah Zara dan Ayahmu. Kau akan tinggal di sini bersama kami mulai hari ini." ucap Tamara yang berhasil menyita perhatian Zara.
Ran mengangguk antusias. "Baik bibi."
Tamara menoleh pada putrinya yang tampak beraut kebigungan. Ia kemudian mengelus pundak gadis itu. Sontak Zara terkejut, kemudian menatap heran pada sang ibu.
"Nak Ran, ini Zara anak bibi. Zara, ini Ran. Dia adalah anak Paman Akira." ucap Tamara memperkenalkan mereka satu sama lain.
'Oh jadi dia anak paman Akira, yang artinya dia sepupuku?' tanya Zara dalam hati.
Lelaki bernama Ran itu menundukkan kepala sekilas yang dibalas serupa oleh Zara. Keduanya terlihat begitu canggung, maklum lah pandangan pertama. Setelah itu Zara terlihat mematung dengan pikiran tak pasti. Gadis itu mengernyit.
Tamara berbalik melihat ekspresi putinya yang sedang mengernyitkan dahi tampak sedang berpikir. "Zara, ada apa Sayang?" Suara sang Ibu membuatnya sadar dari lamunan.
"Tidak kok Bu, tidak apa-apa." elak Zara sambil tersenyum.
"Kalo begitu kau antar Ran ke kamar yang ada di depan kamarmu yah Sayang."
"Baik Bu." jawab Zara seraya bangkit diikuti Ran.
Kemudian gadis itu segera mengajak Ran untuk pergi ke kamar yang ada di depan kamarnya. Tempat itu akan menjadi kamar milik Ran selama ia berada di rumah tersebut. Zara membuka pintu kamar, dari luar terlihat lumayan besar. Ran menoleh ke dalam dan tak lama kemudian membawa barangnya masuk.
Zara menyerahkan kunci kamar itu kepada Ran setelah semua barang bawaan lelaki itu masuk ke dalam. Ran mengajak gadis itu masuk untuk melihat-lihat. Karena merasa penasaran sabab tak pernah masuk kesana, Zara akhirnya mengindahkan ajakan lelaki itu.
Setelah masuk rasa penasarannya perlahan sirna. Tak ada perbedaan antara kamarnya dengan kamar tersebut bahkan letak temapt tidur dan peralatan yang lain. Rumah ini baru beberapa hari ditinggali oleh ia dan ibunya, itulah sebabnya kamar tersebut belum pernah ia kunjungi.
"Sungguh, kamar ini tak jauh berbeda dengan kamarku di seberang." ucap gadis itu, spontan.
"Benarkah?" sela Ran. Lelaki itu tampak heran dengan Zara yang bersikap seolah-olah sudah dekat dengannya.
Zara seketika tersadar, apa yang barusan dia ucapkan tidak seharunya terucap. Menagapa dirinya seperti sudah akrab dengan lelaki bermata sipit ini? Zara mengerjap, kemudian mengalihkan pandangannya.
"Maaf, aku kurang sopan." sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak masalah." balas Ran pelan.
Zara hendak bernajak, namun suara lembut dari bibir Ran menghentikan langkahnya. "Aku Ran, salam kenal."
Gadis itu menoleh dan mengangguk sekilas, "Zz.. Zara." ucapnya gugup. "Aku akan kembali ke kamar, kau istirahat saja dulu." Ucapnya lagi pada Ran.
Ran tersenyum membalas ucapan gadis itu, tak lama Zara akhirnya menghilang di balik pintu. Setelah kepergian Zara, lelaki itu segera menutup pintu kamar kemudian mulai merapikan barang-barangnya.
Sementara Zara yang sudah kembali ke kamarnya sedang bersandar di balik pintu yang tertutup. Sembari memegang dadanya yang berdebar-debar akibat berbicara dengan Ran, pria yang merupkan sepupunya itu.
"Kenapa Ayah mengutus pangeran ke rumah ini?" ucapnya dalam hati.
Gadis itu berjalan menuju balkon sembari terus membayangkan wajah tampan Ran. Ketika bersandar pada pembatas balkon, Zara menengok ke arah pekarangan rumahnya. Di sana sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir. Sontak ia tersadar, sepertinya mobil itu sudah tiba sejak tadi ia menatap ke arah langit untuk menikmati pemandangan matahari terbit.
"Apa mobil itu miliknya?" gumam Zara kemudian tersenyum tipis, entah mengapa hari ini terasa begitu berbeda.
Kedatangan Ran adalah sesuatu yang tak pernah terbersit olehnya. Bahkan ia baru tahu jika memiliki sepupu seperti Ran.
"Tampan." sekali lagi ia bergumam.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mely Sianturi
addoohhhh
visualnya bikin jatuh cinta🔥🔥🔥
kalau liat yang bening pasti "deg"
2021-05-28
1
Seirioss
thorrr visualnya membuat haluku meningkat🤭😆
2021-05-26
1
Bunga
sepupu bisa nikah ga ?
2021-05-26
1