My Lovely Cousin

My Lovely Cousin

Chapter 1 : Kedatangan Ran

Matahari menyinari bumi di pagi yang begitu lembab. Kicauan burung menggema di penjuru langit. Zara berdiri di balkon kamarnya sambil menatap ke arah sana, dimana awan-awan berkumpul menciptakan panorama indah di pagi yang begitu cerah.

Gadis itu menikmati keindahan matahari terbit, terlihat sesekali ia menyampirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya akibat ditiup angin. Kehangatan menyusup masuk ke dalam dadanya. Hingga ia tak menyadari sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah.

Gadis itu teringat kembali memori masa lalu bersama mendiang ayahnya. Di umurnya yang baru menginjak 12 tahun begitu banyak suka cita yang ia rasakan. Hari itu ia berjanji kepada sang ayah untuk belajar dengan giat.

"*Zara janji Ayah, Zara tidak akan mengecewakan Ayah." ucap Zara kecil di hadapan Sang Ayah.

"Gadis pintar! Berlajarlah dengan giat, oke?" ucap sang ayah sambil mengelus pucuk kepala gadis itu.

"Siap Ayah." jawab Zara semabari memberi hormat*.

Tersadar dari ingatan masa lalu yang menyelinap ke permukaan, gadis itu lantas mengela napas untuk menenangkan kembali pikirannya. Bahkan kedua sudut matanya telah menggenang, namun dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk menahan agar genangan air mata itu tak jebol.

"Ayah, aku merindukanmu." ucap gadis itu parau.

Mengingat sosok ayah baginya adalah sebuah duka. Figur pahlawan sekaligus cinta pertamanya itu telah pergi meninggalkan ia dan ibunya. Tepat 3 tahun sudah sosok itu tak lagi menemani hari-harinya. Banyak yang berubah, bahkan semangat hidupnya pun perlahan terkikis. Hingga ia dan ibunya memutuskan untuk pindah rumah dan menetap di kota yang berbeda agar mereka tak diliputi oleh nestapa yang berkepanjangan.

Zara mengingat dengan jelas bagaimana lelaki paruh baya itu menjadikannya seperti seorang putri kerajaan. Menaunginya dengan kasih sayang serta membimbingnya ke jalan yang benar. Tak lupa, pendidikan kekeluargaan yang tak ia dapatkan di bangku sekolah. Semua itu tersimpan dengan rapi di dalam memori otaknya seperti sebuah film.

Tak lama berselang terdengar suara langkah kaki mendekat, sudah bisa ditebak jika itu ibunya. Siapa lagi, mereka hanya tinggal berdua di rumah sederhana itu.

Zara menoleh ketika wanita paruh baya itu memanggilnya. "Nak, di bawah ada tamu. Turun dan bantu ibu menyiapkan minuman untuknya." ucap Tamara.

Zara mengangguk pelan "Iya Bu, aku segera turun."

Tamara pun beranjak dari kamar gadis itu menuju ruang tamu. Zara menyusul langkah ibunya, namun segera ia bertolak ke dapur untuk menyiapkan secangkir teh hangat.

Sementara di ruang tamu sosok lelaki muda telah duduk dengan tenangnya. Tamara menghampiri seraya tersenyum, pemuda itu balas tersenyum pula.

Beberapa menit berselang Zara muncul dari arah dapur membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat dua cangkir teh. Sontak langkah kaki gadis itu terhenti. Ia terperanjat melihat sosok lelaki muda yang tampak begitu tampan tengah berbincang dengan ibunya. Seketika debaran jantung gadis itu berpacu dengan cepat. Tanpa menunggu lagi ia segera meletakkan satu cangkir teh untuk lelaki itu lalu duduk di samping sang ibu.

Kedatangan lelaki itu membuat kepala Zara menimbulkan sebuah tanda tanya. Gadis itu tampak bingung, terlihat ada sebuah koper yang dibawa pemuda itu.

"Lalu bagaimana kabar Ibu dan Ayahmu, tidakkah mereka ingin berkunjung kemari?" tanya Tamara.

"Mereka baik-baik saja bibi. Haha, masalah ingin mengunjungi kemari, aku sama sekali tidak tahu." Balas Ran sambil tersenyum.

"Baiklah sepertinya mereka sibuk." lanjut Tamara.

Zara tampak memerhatikan interaksi keduanya. Masih dalam mode tanda tanya, kepala gadis itu meneleng sejenak sembari berpikir siapa lelaki ini? Kenapa Ibunya tampak begitu akrab.

'Mungkin lelaki ini anak teman ibu?' pikir gadis itu dalam hati.

Wajah tampan lelaki itu membuat Zara sejenak mematung. Apalagi mata sipit lelaki itu terlihat aestetic baginya. Rahang tegasnya pun membuat gadis itu seketika menelan ludah. Sunggung lelaki sempurna.

"Kudengar ayahmu pensiun, benarkah itu?" tanya Tamara.

"Benar bibi." jawab Ran.

Tamara mengangguk paham. "Minumlah teh mu."

"Terima kasih bibi."

Zara mulai merasa bosan. Perbincangan ini begitu canggung hingga gadis itu menggaruk tengkuknya sendiri. Lama sekali ia menunggu hingga tak lagi memerhatikan apa yang mereka berdua bicarakan.

"Baiklah Ran, seperti kesepakatan antara Ayah Zara dan Ayahmu. Kau akan tinggal di sini bersama kami mulai hari ini." ucap Tamara yang berhasil menyita perhatian Zara.

Ran mengangguk antusias. "Baik bibi."

Tamara menoleh pada putrinya yang tampak beraut kebigungan. Ia kemudian mengelus pundak gadis itu. Sontak Zara terkejut, kemudian menatap heran pada sang ibu.

"Nak Ran, ini Zara anak bibi. Zara, ini Ran. Dia adalah anak Paman Akira." ucap Tamara memperkenalkan mereka satu sama lain.

'Oh jadi dia anak paman Akira, yang artinya dia sepupuku?' tanya Zara dalam hati.

Lelaki bernama Ran itu menundukkan kepala sekilas yang dibalas serupa oleh Zara. Keduanya terlihat begitu canggung, maklum lah pandangan pertama. Setelah itu Zara terlihat mematung dengan pikiran tak pasti. Gadis itu mengernyit.

Tamara berbalik melihat ekspresi putinya yang sedang mengernyitkan dahi tampak sedang berpikir. "Zara, ada apa Sayang?" Suara sang Ibu membuatnya sadar dari lamunan.

"Tidak kok Bu, tidak apa-apa." elak Zara sambil tersenyum.

"Kalo begitu kau antar Ran ke kamar yang ada di depan kamarmu yah Sayang."

"Baik Bu." jawab Zara seraya bangkit diikuti Ran.

Kemudian gadis itu segera mengajak Ran untuk pergi ke kamar yang ada di depan kamarnya. Tempat itu akan menjadi kamar milik Ran selama ia berada di rumah tersebut. Zara membuka pintu kamar, dari luar terlihat lumayan besar. Ran menoleh ke dalam dan tak lama kemudian membawa barangnya masuk.

Zara menyerahkan kunci kamar itu kepada Ran setelah semua barang bawaan lelaki itu masuk ke dalam. Ran mengajak gadis itu masuk untuk melihat-lihat. Karena merasa penasaran sabab tak pernah masuk kesana, Zara akhirnya mengindahkan ajakan lelaki itu.

Setelah masuk rasa penasarannya perlahan sirna. Tak ada perbedaan antara kamarnya dengan kamar tersebut bahkan letak temapt tidur dan peralatan yang lain. Rumah ini baru beberapa hari ditinggali oleh ia dan ibunya, itulah sebabnya kamar tersebut belum pernah ia kunjungi.

"Sungguh, kamar ini tak jauh berbeda dengan kamarku di seberang." ucap gadis itu, spontan.

"Benarkah?" sela Ran. Lelaki itu tampak heran dengan Zara yang bersikap seolah-olah sudah dekat dengannya.

Zara seketika tersadar, apa yang barusan dia ucapkan tidak seharunya terucap. Menagapa dirinya seperti sudah akrab dengan lelaki bermata sipit ini? Zara mengerjap, kemudian mengalihkan pandangannya.

"Maaf, aku kurang sopan." sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah." balas Ran pelan.

Zara hendak bernajak, namun suara lembut dari bibir Ran menghentikan langkahnya. "Aku Ran, salam kenal."

Gadis itu menoleh dan mengangguk sekilas, "Zz.. Zara." ucapnya gugup. "Aku akan kembali ke kamar, kau istirahat saja dulu." Ucapnya lagi pada Ran.

Ran tersenyum membalas ucapan gadis itu, tak lama Zara akhirnya menghilang di balik pintu. Setelah kepergian Zara, lelaki itu segera menutup pintu kamar kemudian mulai merapikan barang-barangnya.

Sementara Zara yang sudah kembali ke kamarnya sedang bersandar di balik pintu yang tertutup. Sembari memegang dadanya yang berdebar-debar akibat berbicara dengan Ran, pria yang merupkan sepupunya itu.

"Kenapa Ayah mengutus pangeran ke rumah ini?" ucapnya dalam hati.

Gadis itu berjalan menuju balkon sembari terus membayangkan wajah tampan Ran. Ketika bersandar pada pembatas balkon, Zara menengok ke arah pekarangan rumahnya. Di sana sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir. Sontak ia tersadar, sepertinya mobil itu sudah tiba sejak tadi ia menatap ke arah langit untuk menikmati pemandangan matahari terbit.

"Apa mobil itu miliknya?" gumam Zara kemudian tersenyum tipis, entah mengapa hari ini terasa begitu berbeda.

Kedatangan Ran adalah sesuatu yang tak pernah terbersit olehnya. Bahkan ia baru tahu jika memiliki sepupu seperti Ran.

"Tampan." sekali lagi ia bergumam.

.

.

.

bersambung....

Terpopuler

Comments

Mely Sianturi

Mely Sianturi

addoohhhh

visualnya bikin jatuh cinta🔥🔥🔥

kalau liat yang bening pasti "deg"

2021-05-28

1

Seirioss

Seirioss

thorrr visualnya membuat haluku meningkat🤭😆

2021-05-26

1

Bunga

Bunga

sepupu bisa nikah ga ?

2021-05-26

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Kedatangan Ran
2 Chapter 2 : Insiden Tangga
3 Chapter 3 : Kesal
4 Chapter 4 : Pacaran Dengan Raka
5 Chapter 5 : Tengah Malam
6 Chapter 6 : Rencana
7 Chapter 7 : Gagal
8 Chapter 8 : Apa yang Kau lakukan disini?
9 Chapter 9 : Maaf
10 Chapter 10 : Berdamai
11 Chapter 11 : Kejahatan Raka
12 Chapter 12 : Dilaporkan
13 Chapter 13 : Selesai
14 Chapter 14 : Apa Yang Terjadi (?)
15 Chapter 15 : Hospital
16 Chapter 16 : Surya
17 Chapter 17 : Flash Back (Zara's First Love)
18 Chapter 18 : Pengaruh 'M'
19 Chapter 19 : Sensitif
20 Chapter 20 : Nah kan, Gara-gara 'M'
21 Chapter 21 : Akiyoshi Kanako
22 Chapter 22 : Kalian Sangat Serasi
23 Chapter 23 : Jadilah Kekasihku (!)
24 Chapter 24 : Datang Dan Pergi
25 Chapter 25 : Nara Aizuko Genpo
26 Chapter 26 : Salah Sangka
27 Chapter 27 : Apartemen
28 Chapter 28 : Last Day
29 Chapter 29 : Surat Wasiat
30 Chapter 30 : Ran
31 Chapter 31 : Dua Hati Yang Patah
32 Chapter 32 : Menikah (?)
33 Chapter 33 : Kenyataan Pahit
34 Chapter 34 : Belajar Menerima
35 Chapter 35 : Wasurenaide
36 Chapter 36 : Lubang Di Hati
37 Chapter 37 : Another Cousin
38 Chapter 38 : Cinta Sedarah
39 Chapter 39 : Salah kah Kita?
40 Chapter 40 : Kembali
41 Chapter 41 : Couple
42 Chapter 42 : Prasangka
43 Chapter 43 : Pengakuan
44 Chapter 44 : Menerima
45 Chapter 45 : Senyumanmu Membayangiku
46 Chapter 46 : Bagaimana denganku?
47 Chapter 47 : Hanya Ran Seorang
48 Chapter 48 : Permintaan Terakhir
49 Chapter 49 : Empat Hati Yang Terluka
50 Chapter 50 : Kepergian
51 Chapter 51 : Dua Peristiwa
52 Chapter 52 : Jangan Mencariku
53 Chapter 53 : Sesal
54 Chapter 54 : 1 Bulan Kemudian
55 Chapter 55 : Find You
56 Chapter 56 : Curahan Hati
57 Chapter 57 : Back to Me, Zara
58 Chapter 58 : Akan ada yang Berubah
59 Chapter 59 : Kimino Kotoba Tsuki dakara
60 Chapter 60 : About Tahira & Saga
61 Chapter 61 : Roda Kehidupan
62 Chapter 62 : Kunci dari Belenggu
63 Chapter 63 : H - 2
64 Chapter 64 : H - 1
65 Chapter 65 : No Ran No Life
66 Chapter 66 : Today is THE DAY
67 Chapter 67 : Bukan Malam Pertama tapi Subuh Pertama
68 Chapter 68 : Rinai Hujan
69 Chapter 69 : Kesepakatan
70 Chapter 70 : Rumah Impian
71 Chapter 71 : Kehamilan Pertama
72 Chapter 72 : Kehamilan Kedua
73 Chapter 73 : 15 Tahun Berlalu
74 Chapter 74 : Antara Naura dan Kira
75 Chapter 75 : Antara Naura dan Kira 2
76 Chapter 76 : Perasaan, Kebenaran, Perubahan
77 Chapter 77 : Kelakuan Kira dan Bara
78 Chapter 78 : Kehangatan Keluarga
79 Chapter 79 : Anatra Bara dan Saga
80 Chapter 80 : Waktu
81 Chapter 81 : Perdebatan
82 Chapter 82 : Pertemuan Keluarga
83 Chapter 83 : Cast
84 Chapter 84 : Tidur Bersama
85 Chapter 85 : Akhir Pekan
86 Chapter 86 : Terungkap?
87 Chapter 87 : Panik
88 Chapter 88 : Kembali Terbuka
89 Chapter 89 : Maaf dan Selamat Tinggal
90 Chapter 90 : Keputusan Kira
91 Chapter 91 : Antara Kira dan Noah
92 Chapter 92 : Alasan yang Terungkap
93 Chapter 93 : Ada yang sedang Frustasi
94 Chapter 94 : Kita tidak lagi saling mengenal!
95 Chapter 95 : Kekuatan Poseidon
96 Chapter 96 : Tanjoubu Omedeto
97 Chapter 97 : Wasurenaide 2
98 Chapter 98 : Ayah
99 Chapter 99 : Nothing Last Forever
100 Chapter 100 : I Adore You
101 Pengumuman
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Chapter 1 : Kedatangan Ran
2
Chapter 2 : Insiden Tangga
3
Chapter 3 : Kesal
4
Chapter 4 : Pacaran Dengan Raka
5
Chapter 5 : Tengah Malam
6
Chapter 6 : Rencana
7
Chapter 7 : Gagal
8
Chapter 8 : Apa yang Kau lakukan disini?
9
Chapter 9 : Maaf
10
Chapter 10 : Berdamai
11
Chapter 11 : Kejahatan Raka
12
Chapter 12 : Dilaporkan
13
Chapter 13 : Selesai
14
Chapter 14 : Apa Yang Terjadi (?)
15
Chapter 15 : Hospital
16
Chapter 16 : Surya
17
Chapter 17 : Flash Back (Zara's First Love)
18
Chapter 18 : Pengaruh 'M'
19
Chapter 19 : Sensitif
20
Chapter 20 : Nah kan, Gara-gara 'M'
21
Chapter 21 : Akiyoshi Kanako
22
Chapter 22 : Kalian Sangat Serasi
23
Chapter 23 : Jadilah Kekasihku (!)
24
Chapter 24 : Datang Dan Pergi
25
Chapter 25 : Nara Aizuko Genpo
26
Chapter 26 : Salah Sangka
27
Chapter 27 : Apartemen
28
Chapter 28 : Last Day
29
Chapter 29 : Surat Wasiat
30
Chapter 30 : Ran
31
Chapter 31 : Dua Hati Yang Patah
32
Chapter 32 : Menikah (?)
33
Chapter 33 : Kenyataan Pahit
34
Chapter 34 : Belajar Menerima
35
Chapter 35 : Wasurenaide
36
Chapter 36 : Lubang Di Hati
37
Chapter 37 : Another Cousin
38
Chapter 38 : Cinta Sedarah
39
Chapter 39 : Salah kah Kita?
40
Chapter 40 : Kembali
41
Chapter 41 : Couple
42
Chapter 42 : Prasangka
43
Chapter 43 : Pengakuan
44
Chapter 44 : Menerima
45
Chapter 45 : Senyumanmu Membayangiku
46
Chapter 46 : Bagaimana denganku?
47
Chapter 47 : Hanya Ran Seorang
48
Chapter 48 : Permintaan Terakhir
49
Chapter 49 : Empat Hati Yang Terluka
50
Chapter 50 : Kepergian
51
Chapter 51 : Dua Peristiwa
52
Chapter 52 : Jangan Mencariku
53
Chapter 53 : Sesal
54
Chapter 54 : 1 Bulan Kemudian
55
Chapter 55 : Find You
56
Chapter 56 : Curahan Hati
57
Chapter 57 : Back to Me, Zara
58
Chapter 58 : Akan ada yang Berubah
59
Chapter 59 : Kimino Kotoba Tsuki dakara
60
Chapter 60 : About Tahira & Saga
61
Chapter 61 : Roda Kehidupan
62
Chapter 62 : Kunci dari Belenggu
63
Chapter 63 : H - 2
64
Chapter 64 : H - 1
65
Chapter 65 : No Ran No Life
66
Chapter 66 : Today is THE DAY
67
Chapter 67 : Bukan Malam Pertama tapi Subuh Pertama
68
Chapter 68 : Rinai Hujan
69
Chapter 69 : Kesepakatan
70
Chapter 70 : Rumah Impian
71
Chapter 71 : Kehamilan Pertama
72
Chapter 72 : Kehamilan Kedua
73
Chapter 73 : 15 Tahun Berlalu
74
Chapter 74 : Antara Naura dan Kira
75
Chapter 75 : Antara Naura dan Kira 2
76
Chapter 76 : Perasaan, Kebenaran, Perubahan
77
Chapter 77 : Kelakuan Kira dan Bara
78
Chapter 78 : Kehangatan Keluarga
79
Chapter 79 : Anatra Bara dan Saga
80
Chapter 80 : Waktu
81
Chapter 81 : Perdebatan
82
Chapter 82 : Pertemuan Keluarga
83
Chapter 83 : Cast
84
Chapter 84 : Tidur Bersama
85
Chapter 85 : Akhir Pekan
86
Chapter 86 : Terungkap?
87
Chapter 87 : Panik
88
Chapter 88 : Kembali Terbuka
89
Chapter 89 : Maaf dan Selamat Tinggal
90
Chapter 90 : Keputusan Kira
91
Chapter 91 : Antara Kira dan Noah
92
Chapter 92 : Alasan yang Terungkap
93
Chapter 93 : Ada yang sedang Frustasi
94
Chapter 94 : Kita tidak lagi saling mengenal!
95
Chapter 95 : Kekuatan Poseidon
96
Chapter 96 : Tanjoubu Omedeto
97
Chapter 97 : Wasurenaide 2
98
Chapter 98 : Ayah
99
Chapter 99 : Nothing Last Forever
100
Chapter 100 : I Adore You
101
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!