Chapter 8 : Apa yang Kau lakukan disini?

"Tadinya mau mengerjai tapi jadi kesal sendiri." Ucap Zara membangunkan tubuhnya dari ranjang.

Gadis itu memandang jam weker yang ada di atas nakas telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ia baru menyadari bahwa matanya telah kelelahan.

"Hoaa.. Astaga sudah jam begini. Aku sangat jengkel pada makhluk menyebalkan itu. Ku rasa jika seperti ini penderitaan untuk mengerjainya, maka mulai sekarang aku akan menyerah. Percuma saja, lagian manusia sepertinya hanya perlu didiamkan. Yah mulai besok aku tak akan bicara padanya." ucap Zara panjang lebar.

Lalu lima belas detik kemudian pikirannya berubah "Tapi aku memang jarang berbicara padanya kan? Huh, dasar Zara, bodoh."

Ia kembali membaringkan tubuhnya ke atas ranjang dan mematikan lampu dan tidur. Lalu teringat sesuatu olehnya bahwa besok adalah hari minggu, hari bersantai karena libur sekolah. Senyum seketika mengembang di wajahnya.

"Senangnya, aku tak perlu bertemu dengan Raka hahaha."

Ran masih belum bisa tidur setelah satu jam berbaring di atas ranjang. Lelaki itu terus menerus terbayang oleh wajah Zara yang ia tatap dengan penuh rasa kesejukan. Sesekali ia tersenyum namun ketika sadar ia kembali melunturkan senyumannya.

"Astaga, ada apa denganmu Ran. Mengapa kau tidak berhenti memikirkan gadis itu." gumamnya dalam hati. Lalu tiba-tiba matanya terbelalak.

'Ah, jangan-jangan aku.. Tidak.. Tidak.. Ini tidak boleh terjadi. Bagaimana bisa aku.. Tidak.. Tidak Ran.. Jangan berpikir macam-macam.'

Ran mulai menghilangkan wajah Zara dari pikirannya dan berusaha untuk memejamkan mata. Dan akhirnya lima belas menit kemudian ia pun terlelap.

Pagi hari yang dingin, Tamara sedang mempersiapkan sarapan di dapur setelah memasak selama satu setengah jam. Ran turun dari tangga menuju dapur. Dilihatnya sang Bibi yang sedang sibuk ia berinisiatif untuk membantunya. Segera saja ia melangkah lalu mengambil mangkuk sup yang dipegang oleh Tamara.

"Bibi, Biar aku saja." pintanya.

"Ah, tidak usah." tolak Tamara, sembari menjauhkan mangkuk sup.

"Tidak apa-apa Bibi." Ran meraih mangkuk sup yang telah dijauhkan darinya.

Karena tak bisa lagi menolak, akhirnya Tamara menyerahkan mangkuk sup tersebut sambil tersenyum pada Ran. "Ya sudah, terima kasih."

Setelah selesai menata piring dan makanan di atas meja makan, Tamara hendak pergi membangunkan Zara di kamarnya. Namun Ran mencegah Bibinya itu dan meminta agar dirinya saja yang membangunkan Zara.

"Baiklah Ran. Bibi akan tunggu disini." ucap Tamara lalu kembali duduk di kursinya.

Ran beranjak dengan santai menuju kamar Zara. Ketika sampai di depan kamar gadis itu, ia pun mulai mengetuk pintu. Namun tak ada jawaban, lalu ia kembali mengetuk hingga tiga kali. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka sendiri pintu kamar gadis itu yang beruntungnya tak terkunci.

Perlahan ujung ranjangnya mulai terlihat. Ran terus mendorong pintu dengan perlahan lalu tampaklah sebuah selimut yang mungkin di bawahnya sedang terbaring sosok Zara.

Lelaki itu mencoba mendeka ke tepi ranjang gadis itu dan menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Perlahan rambut Zara terlihat, lalu turun ke wajahnya yang sangat putih. Lelaki itu terperanjat melihat kecantikan wajah Zara namun ia berusaha untuk tidak tergoda.

Lalu ia kembali menarik selimut Zara hingga ke bahunya, Ran mulai ragu. Ia melihat pakaian yang dikenakan Zara yang mungkin adalah pakaian terbuka. Ran menelan ludah. Sebenarnya ia ingin berhenti membuka selimut gadis itu tapi entah mengapa tangannya terus menarik turun selimut tersebut.

Perlahan Zara merasakan seperti ada sesuatu yang menarik turun selimutnya. Dengan spontan gadis itu membuka mata dan terkejut melihat Ran berada di kamarnya.

"Kakak!" ucapnya terengah.

Ran juga spontan terkejut mendengar gadis itu lalu ia sontak menarik tangannya. Karena ketakutan Zara duduk lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju dalam terbuka.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Zara dengan air mata yang mulai mengalir dan suara yang bergetar. Perasaannya belum stabil.

Ran tersentak melihat air mata gadis itu, pandangannya mematung pada air mata tersebut. Apa yang telah ia lakukan?

"Aku.. Aku.." ucap Ran terbata. Seketika lidahnya tak bisa berkata apa-apa.

Zara kembali melayangkan pertanyaan "Apa yang mau kau lakukan di sini?"

Ran tetap tidak bisa menjelaskan bahwasanya ia hanya ingin membangunkan gadis itu untuk sarapan. Lelaki itu teridiam.

"Apa yang ingin kakak lakukan disini? Tidak cukupkah kemarin-kemarin kau memarahiku? Sekarang kau ingin melakukan sesuatu padaku? Kau jahat sekali!" suara Zara bergetar hebat.

Mendengar hal itu membuat Ran semakin terperanjat. Ia menatap gadis di hadapannya dengan bingung.

"Aku hanya ingin membangunkanmu untuk sarapan. Aku tak bermaksud membuatmu merasa takut. Maafkan aku." ucap Ran dengan nada bersalah kemudian pergi dari kamar tersebut.

Di koridor ia bersandar pada tembok. 'Apa itu tadi, kenapa aku tiba-tiba melakukan hal itu? Harusnya aku membangunkannya dengan benar, astaga aku bodoh sekali, sepertinya dia sangat marah padaku.' gumam Ran lalu kemudian berjalan menuruni tangga.

Zara masih terdiam menatap pintu setelah kepergian lelaki itu. Entah apa yang dirasakannya sekarang, hatinya mulai bergemuruh tetapi juga merasa bersalah karena bertindak tidak sopan pada Ran.

"Harusnya aku tidak berteriak-teriak di depannya." gumam gadis itu.

Ran telah menuruni tangga hingga langkah kakinya menapaki dapur.

"Ran kau sudah kembali, mana Zara?" tanya Ibu Tamara yang sudah mulai sarapan.

"Anu.. Dia baru saja terbangun dan mungkin sekarang sudah bersiap-siap untuk turun." jawab Ran sambil menarik kursi lalu duduk.

"Oh begitu. Dasar gadis itu." celetuk Tamara, memaklumi.

Di sela-sela suapannya, Tamara mulai bercerita. "Kau tahu, Zara tak pernah seperti ini sebelum ayahnya tiada. Dulu dia adalah anak yang sangat rajin dan berbakti. Namun duka karena kepergian ayahnya menjadikan ia seperti manusia yang bejalan tanpa tujuan. Bahkan Bibi sendiri tak bisa membuatnya kembali seperti dahulu."

Ran mengangguk seolah paham, ia baru mencerna setengah dari ucapan Bibinya. Tak lama berselang Zara turun ke dapur dengan wajah sembap. Ibunya menoleh dan bertanya.

"Kau kenapa sayang?"

"Tidak apa-apa Ibu. Aku hanya terlalu banyak tidur." jawab Zara berusaha menutupi yang telah terjadi.

'Dasar anak ini, pada ibunya pun dia bisa berbohong. Ini salahku.' ucap Ran dalam hati.

"Hari ini Ibu mau pergi ke rumah Bibi Yumna. Kalian berdua tetaplah di rumah. Dan Ran, kau jagalah adikmu selama aku pergi." ucap Tamara kemudian.

Zara terkejut sehingga membuatnya tersedak. "Ohhok.. Ohhok.."

Spontan Ran langsung memberinya segelas air putih. Tanpa berpikir panjang Zara mengambil air itu tanpa menatap wajah Ran karena tak sempat lagi. Akhirnya ia meminum setengah dari gelas tersebut.

"Kenapa ibu kesana? Apakah aku tidak boleh ikut? Aku ingin bertemu Tahira dan Saga." tanya Zara pada ibunya berturut-turut.

"Ibu hanya akan membantu pekerjaan Bibimu di sana, lagi pula tidak ada Saga dan Tahira. Mereka mungkin sedang sibuk bersekolah. Kau tidak perlu ikut."

"Tapi Ibu, tidakkah kau kasihan padaku, aku sendiri dan tak ada yang menjagaku?" ucap Zara memelas.

Ran tersentak, "Tak ada yang mejaga katanya? lalu aku ini apa?"

"Tidak sayang. Bukan seperti itu seharusnya kau bertanya. Itu seperti kau tidak menghargai Ran sebagai kakakmu. Kau harus ingat, dia ke sini untuk mejaga dan merawatmu." sekilas Tamara menatap wajah Ran yang terlihat sedikit berubah, mungkin tersinggung.

Mendengar ucapan Ibunya, Zara hanya bisa mengangguk pasrah. Karena sebenarnya ia tidak ingin tinggal hanya berdua dengan Ran. Apalagi setelah kejadian tadi pagi dan beberapa waktu lalu. Gadis itu sedikit canggung.

"Ran, jaga Zara baik-baik." pinta Ibu Zara sambil berlalu.

"Baik Bibi." jawab Ran lirih.

Beberapa waktu berselang, Tamara melangkah keluar bersama barang-banrangnya. Melihat itu Zara memicingkan matanya.

"Apa ibu akan pergi lama? Kenapa membawa banyak sekali barang-barang?" celetuk Zara.

"Iya, ibu akan tinggal di sana lebih lama. Tenang saja, Ran akan menjagamu."

Setelah mengatakan hal itu Tamara pun mengilang dari pandangan putrinya. Zara menatap nanar kepergian sang ibu.

.

.

.

bersambung....

Terpopuler

Comments

Mely Sianturi

Mely Sianturi

mulai merasakan love tuh😍🤣

2021-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Kedatangan Ran
2 Chapter 2 : Insiden Tangga
3 Chapter 3 : Kesal
4 Chapter 4 : Pacaran Dengan Raka
5 Chapter 5 : Tengah Malam
6 Chapter 6 : Rencana
7 Chapter 7 : Gagal
8 Chapter 8 : Apa yang Kau lakukan disini?
9 Chapter 9 : Maaf
10 Chapter 10 : Berdamai
11 Chapter 11 : Kejahatan Raka
12 Chapter 12 : Dilaporkan
13 Chapter 13 : Selesai
14 Chapter 14 : Apa Yang Terjadi (?)
15 Chapter 15 : Hospital
16 Chapter 16 : Surya
17 Chapter 17 : Flash Back (Zara's First Love)
18 Chapter 18 : Pengaruh 'M'
19 Chapter 19 : Sensitif
20 Chapter 20 : Nah kan, Gara-gara 'M'
21 Chapter 21 : Akiyoshi Kanako
22 Chapter 22 : Kalian Sangat Serasi
23 Chapter 23 : Jadilah Kekasihku (!)
24 Chapter 24 : Datang Dan Pergi
25 Chapter 25 : Nara Aizuko Genpo
26 Chapter 26 : Salah Sangka
27 Chapter 27 : Apartemen
28 Chapter 28 : Last Day
29 Chapter 29 : Surat Wasiat
30 Chapter 30 : Ran
31 Chapter 31 : Dua Hati Yang Patah
32 Chapter 32 : Menikah (?)
33 Chapter 33 : Kenyataan Pahit
34 Chapter 34 : Belajar Menerima
35 Chapter 35 : Wasurenaide
36 Chapter 36 : Lubang Di Hati
37 Chapter 37 : Another Cousin
38 Chapter 38 : Cinta Sedarah
39 Chapter 39 : Salah kah Kita?
40 Chapter 40 : Kembali
41 Chapter 41 : Couple
42 Chapter 42 : Prasangka
43 Chapter 43 : Pengakuan
44 Chapter 44 : Menerima
45 Chapter 45 : Senyumanmu Membayangiku
46 Chapter 46 : Bagaimana denganku?
47 Chapter 47 : Hanya Ran Seorang
48 Chapter 48 : Permintaan Terakhir
49 Chapter 49 : Empat Hati Yang Terluka
50 Chapter 50 : Kepergian
51 Chapter 51 : Dua Peristiwa
52 Chapter 52 : Jangan Mencariku
53 Chapter 53 : Sesal
54 Chapter 54 : 1 Bulan Kemudian
55 Chapter 55 : Find You
56 Chapter 56 : Curahan Hati
57 Chapter 57 : Back to Me, Zara
58 Chapter 58 : Akan ada yang Berubah
59 Chapter 59 : Kimino Kotoba Tsuki dakara
60 Chapter 60 : About Tahira & Saga
61 Chapter 61 : Roda Kehidupan
62 Chapter 62 : Kunci dari Belenggu
63 Chapter 63 : H - 2
64 Chapter 64 : H - 1
65 Chapter 65 : No Ran No Life
66 Chapter 66 : Today is THE DAY
67 Chapter 67 : Bukan Malam Pertama tapi Subuh Pertama
68 Chapter 68 : Rinai Hujan
69 Chapter 69 : Kesepakatan
70 Chapter 70 : Rumah Impian
71 Chapter 71 : Kehamilan Pertama
72 Chapter 72 : Kehamilan Kedua
73 Chapter 73 : 15 Tahun Berlalu
74 Chapter 74 : Antara Naura dan Kira
75 Chapter 75 : Antara Naura dan Kira 2
76 Chapter 76 : Perasaan, Kebenaran, Perubahan
77 Chapter 77 : Kelakuan Kira dan Bara
78 Chapter 78 : Kehangatan Keluarga
79 Chapter 79 : Anatra Bara dan Saga
80 Chapter 80 : Waktu
81 Chapter 81 : Perdebatan
82 Chapter 82 : Pertemuan Keluarga
83 Chapter 83 : Cast
84 Chapter 84 : Tidur Bersama
85 Chapter 85 : Akhir Pekan
86 Chapter 86 : Terungkap?
87 Chapter 87 : Panik
88 Chapter 88 : Kembali Terbuka
89 Chapter 89 : Maaf dan Selamat Tinggal
90 Chapter 90 : Keputusan Kira
91 Chapter 91 : Antara Kira dan Noah
92 Chapter 92 : Alasan yang Terungkap
93 Chapter 93 : Ada yang sedang Frustasi
94 Chapter 94 : Kita tidak lagi saling mengenal!
95 Chapter 95 : Kekuatan Poseidon
96 Chapter 96 : Tanjoubu Omedeto
97 Chapter 97 : Wasurenaide 2
98 Chapter 98 : Ayah
99 Chapter 99 : Nothing Last Forever
100 Chapter 100 : I Adore You
101 Pengumuman
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Chapter 1 : Kedatangan Ran
2
Chapter 2 : Insiden Tangga
3
Chapter 3 : Kesal
4
Chapter 4 : Pacaran Dengan Raka
5
Chapter 5 : Tengah Malam
6
Chapter 6 : Rencana
7
Chapter 7 : Gagal
8
Chapter 8 : Apa yang Kau lakukan disini?
9
Chapter 9 : Maaf
10
Chapter 10 : Berdamai
11
Chapter 11 : Kejahatan Raka
12
Chapter 12 : Dilaporkan
13
Chapter 13 : Selesai
14
Chapter 14 : Apa Yang Terjadi (?)
15
Chapter 15 : Hospital
16
Chapter 16 : Surya
17
Chapter 17 : Flash Back (Zara's First Love)
18
Chapter 18 : Pengaruh 'M'
19
Chapter 19 : Sensitif
20
Chapter 20 : Nah kan, Gara-gara 'M'
21
Chapter 21 : Akiyoshi Kanako
22
Chapter 22 : Kalian Sangat Serasi
23
Chapter 23 : Jadilah Kekasihku (!)
24
Chapter 24 : Datang Dan Pergi
25
Chapter 25 : Nara Aizuko Genpo
26
Chapter 26 : Salah Sangka
27
Chapter 27 : Apartemen
28
Chapter 28 : Last Day
29
Chapter 29 : Surat Wasiat
30
Chapter 30 : Ran
31
Chapter 31 : Dua Hati Yang Patah
32
Chapter 32 : Menikah (?)
33
Chapter 33 : Kenyataan Pahit
34
Chapter 34 : Belajar Menerima
35
Chapter 35 : Wasurenaide
36
Chapter 36 : Lubang Di Hati
37
Chapter 37 : Another Cousin
38
Chapter 38 : Cinta Sedarah
39
Chapter 39 : Salah kah Kita?
40
Chapter 40 : Kembali
41
Chapter 41 : Couple
42
Chapter 42 : Prasangka
43
Chapter 43 : Pengakuan
44
Chapter 44 : Menerima
45
Chapter 45 : Senyumanmu Membayangiku
46
Chapter 46 : Bagaimana denganku?
47
Chapter 47 : Hanya Ran Seorang
48
Chapter 48 : Permintaan Terakhir
49
Chapter 49 : Empat Hati Yang Terluka
50
Chapter 50 : Kepergian
51
Chapter 51 : Dua Peristiwa
52
Chapter 52 : Jangan Mencariku
53
Chapter 53 : Sesal
54
Chapter 54 : 1 Bulan Kemudian
55
Chapter 55 : Find You
56
Chapter 56 : Curahan Hati
57
Chapter 57 : Back to Me, Zara
58
Chapter 58 : Akan ada yang Berubah
59
Chapter 59 : Kimino Kotoba Tsuki dakara
60
Chapter 60 : About Tahira & Saga
61
Chapter 61 : Roda Kehidupan
62
Chapter 62 : Kunci dari Belenggu
63
Chapter 63 : H - 2
64
Chapter 64 : H - 1
65
Chapter 65 : No Ran No Life
66
Chapter 66 : Today is THE DAY
67
Chapter 67 : Bukan Malam Pertama tapi Subuh Pertama
68
Chapter 68 : Rinai Hujan
69
Chapter 69 : Kesepakatan
70
Chapter 70 : Rumah Impian
71
Chapter 71 : Kehamilan Pertama
72
Chapter 72 : Kehamilan Kedua
73
Chapter 73 : 15 Tahun Berlalu
74
Chapter 74 : Antara Naura dan Kira
75
Chapter 75 : Antara Naura dan Kira 2
76
Chapter 76 : Perasaan, Kebenaran, Perubahan
77
Chapter 77 : Kelakuan Kira dan Bara
78
Chapter 78 : Kehangatan Keluarga
79
Chapter 79 : Anatra Bara dan Saga
80
Chapter 80 : Waktu
81
Chapter 81 : Perdebatan
82
Chapter 82 : Pertemuan Keluarga
83
Chapter 83 : Cast
84
Chapter 84 : Tidur Bersama
85
Chapter 85 : Akhir Pekan
86
Chapter 86 : Terungkap?
87
Chapter 87 : Panik
88
Chapter 88 : Kembali Terbuka
89
Chapter 89 : Maaf dan Selamat Tinggal
90
Chapter 90 : Keputusan Kira
91
Chapter 91 : Antara Kira dan Noah
92
Chapter 92 : Alasan yang Terungkap
93
Chapter 93 : Ada yang sedang Frustasi
94
Chapter 94 : Kita tidak lagi saling mengenal!
95
Chapter 95 : Kekuatan Poseidon
96
Chapter 96 : Tanjoubu Omedeto
97
Chapter 97 : Wasurenaide 2
98
Chapter 98 : Ayah
99
Chapter 99 : Nothing Last Forever
100
Chapter 100 : I Adore You
101
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!