"Tadinya mau mengerjai tapi jadi kesal sendiri." Ucap Zara membangunkan tubuhnya dari ranjang.
Gadis itu memandang jam weker yang ada di atas nakas telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ia baru menyadari bahwa matanya telah kelelahan.
"Hoaa.. Astaga sudah jam begini. Aku sangat jengkel pada makhluk menyebalkan itu. Ku rasa jika seperti ini penderitaan untuk mengerjainya, maka mulai sekarang aku akan menyerah. Percuma saja, lagian manusia sepertinya hanya perlu didiamkan. Yah mulai besok aku tak akan bicara padanya." ucap Zara panjang lebar.
Lalu lima belas detik kemudian pikirannya berubah "Tapi aku memang jarang berbicara padanya kan? Huh, dasar Zara, bodoh."
Ia kembali membaringkan tubuhnya ke atas ranjang dan mematikan lampu dan tidur. Lalu teringat sesuatu olehnya bahwa besok adalah hari minggu, hari bersantai karena libur sekolah. Senyum seketika mengembang di wajahnya.
"Senangnya, aku tak perlu bertemu dengan Raka hahaha."
Ran masih belum bisa tidur setelah satu jam berbaring di atas ranjang. Lelaki itu terus menerus terbayang oleh wajah Zara yang ia tatap dengan penuh rasa kesejukan. Sesekali ia tersenyum namun ketika sadar ia kembali melunturkan senyumannya.
"Astaga, ada apa denganmu Ran. Mengapa kau tidak berhenti memikirkan gadis itu." gumamnya dalam hati. Lalu tiba-tiba matanya terbelalak.
'Ah, jangan-jangan aku.. Tidak.. Tidak.. Ini tidak boleh terjadi. Bagaimana bisa aku.. Tidak.. Tidak Ran.. Jangan berpikir macam-macam.'
Ran mulai menghilangkan wajah Zara dari pikirannya dan berusaha untuk memejamkan mata. Dan akhirnya lima belas menit kemudian ia pun terlelap.
Pagi hari yang dingin, Tamara sedang mempersiapkan sarapan di dapur setelah memasak selama satu setengah jam. Ran turun dari tangga menuju dapur. Dilihatnya sang Bibi yang sedang sibuk ia berinisiatif untuk membantunya. Segera saja ia melangkah lalu mengambil mangkuk sup yang dipegang oleh Tamara.
"Bibi, Biar aku saja." pintanya.
"Ah, tidak usah." tolak Tamara, sembari menjauhkan mangkuk sup.
"Tidak apa-apa Bibi." Ran meraih mangkuk sup yang telah dijauhkan darinya.
Karena tak bisa lagi menolak, akhirnya Tamara menyerahkan mangkuk sup tersebut sambil tersenyum pada Ran. "Ya sudah, terima kasih."
Setelah selesai menata piring dan makanan di atas meja makan, Tamara hendak pergi membangunkan Zara di kamarnya. Namun Ran mencegah Bibinya itu dan meminta agar dirinya saja yang membangunkan Zara.
"Baiklah Ran. Bibi akan tunggu disini." ucap Tamara lalu kembali duduk di kursinya.
Ran beranjak dengan santai menuju kamar Zara. Ketika sampai di depan kamar gadis itu, ia pun mulai mengetuk pintu. Namun tak ada jawaban, lalu ia kembali mengetuk hingga tiga kali. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka sendiri pintu kamar gadis itu yang beruntungnya tak terkunci.
Perlahan ujung ranjangnya mulai terlihat. Ran terus mendorong pintu dengan perlahan lalu tampaklah sebuah selimut yang mungkin di bawahnya sedang terbaring sosok Zara.
Lelaki itu mencoba mendeka ke tepi ranjang gadis itu dan menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Perlahan rambut Zara terlihat, lalu turun ke wajahnya yang sangat putih. Lelaki itu terperanjat melihat kecantikan wajah Zara namun ia berusaha untuk tidak tergoda.
Lalu ia kembali menarik selimut Zara hingga ke bahunya, Ran mulai ragu. Ia melihat pakaian yang dikenakan Zara yang mungkin adalah pakaian terbuka. Ran menelan ludah. Sebenarnya ia ingin berhenti membuka selimut gadis itu tapi entah mengapa tangannya terus menarik turun selimut tersebut.
Perlahan Zara merasakan seperti ada sesuatu yang menarik turun selimutnya. Dengan spontan gadis itu membuka mata dan terkejut melihat Ran berada di kamarnya.
"Kakak!" ucapnya terengah.
Ran juga spontan terkejut mendengar gadis itu lalu ia sontak menarik tangannya. Karena ketakutan Zara duduk lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju dalam terbuka.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Zara dengan air mata yang mulai mengalir dan suara yang bergetar. Perasaannya belum stabil.
Ran tersentak melihat air mata gadis itu, pandangannya mematung pada air mata tersebut. Apa yang telah ia lakukan?
"Aku.. Aku.." ucap Ran terbata. Seketika lidahnya tak bisa berkata apa-apa.
Zara kembali melayangkan pertanyaan "Apa yang mau kau lakukan di sini?"
Ran tetap tidak bisa menjelaskan bahwasanya ia hanya ingin membangunkan gadis itu untuk sarapan. Lelaki itu teridiam.
"Apa yang ingin kakak lakukan disini? Tidak cukupkah kemarin-kemarin kau memarahiku? Sekarang kau ingin melakukan sesuatu padaku? Kau jahat sekali!" suara Zara bergetar hebat.
Mendengar hal itu membuat Ran semakin terperanjat. Ia menatap gadis di hadapannya dengan bingung.
"Aku hanya ingin membangunkanmu untuk sarapan. Aku tak bermaksud membuatmu merasa takut. Maafkan aku." ucap Ran dengan nada bersalah kemudian pergi dari kamar tersebut.
Di koridor ia bersandar pada tembok. 'Apa itu tadi, kenapa aku tiba-tiba melakukan hal itu? Harusnya aku membangunkannya dengan benar, astaga aku bodoh sekali, sepertinya dia sangat marah padaku.' gumam Ran lalu kemudian berjalan menuruni tangga.
Zara masih terdiam menatap pintu setelah kepergian lelaki itu. Entah apa yang dirasakannya sekarang, hatinya mulai bergemuruh tetapi juga merasa bersalah karena bertindak tidak sopan pada Ran.
"Harusnya aku tidak berteriak-teriak di depannya." gumam gadis itu.
Ran telah menuruni tangga hingga langkah kakinya menapaki dapur.
"Ran kau sudah kembali, mana Zara?" tanya Ibu Tamara yang sudah mulai sarapan.
"Anu.. Dia baru saja terbangun dan mungkin sekarang sudah bersiap-siap untuk turun." jawab Ran sambil menarik kursi lalu duduk.
"Oh begitu. Dasar gadis itu." celetuk Tamara, memaklumi.
Di sela-sela suapannya, Tamara mulai bercerita. "Kau tahu, Zara tak pernah seperti ini sebelum ayahnya tiada. Dulu dia adalah anak yang sangat rajin dan berbakti. Namun duka karena kepergian ayahnya menjadikan ia seperti manusia yang bejalan tanpa tujuan. Bahkan Bibi sendiri tak bisa membuatnya kembali seperti dahulu."
Ran mengangguk seolah paham, ia baru mencerna setengah dari ucapan Bibinya. Tak lama berselang Zara turun ke dapur dengan wajah sembap. Ibunya menoleh dan bertanya.
"Kau kenapa sayang?"
"Tidak apa-apa Ibu. Aku hanya terlalu banyak tidur." jawab Zara berusaha menutupi yang telah terjadi.
'Dasar anak ini, pada ibunya pun dia bisa berbohong. Ini salahku.' ucap Ran dalam hati.
"Hari ini Ibu mau pergi ke rumah Bibi Yumna. Kalian berdua tetaplah di rumah. Dan Ran, kau jagalah adikmu selama aku pergi." ucap Tamara kemudian.
Zara terkejut sehingga membuatnya tersedak. "Ohhok.. Ohhok.."
Spontan Ran langsung memberinya segelas air putih. Tanpa berpikir panjang Zara mengambil air itu tanpa menatap wajah Ran karena tak sempat lagi. Akhirnya ia meminum setengah dari gelas tersebut.
"Kenapa ibu kesana? Apakah aku tidak boleh ikut? Aku ingin bertemu Tahira dan Saga." tanya Zara pada ibunya berturut-turut.
"Ibu hanya akan membantu pekerjaan Bibimu di sana, lagi pula tidak ada Saga dan Tahira. Mereka mungkin sedang sibuk bersekolah. Kau tidak perlu ikut."
"Tapi Ibu, tidakkah kau kasihan padaku, aku sendiri dan tak ada yang menjagaku?" ucap Zara memelas.
Ran tersentak, "Tak ada yang mejaga katanya? lalu aku ini apa?"
"Tidak sayang. Bukan seperti itu seharusnya kau bertanya. Itu seperti kau tidak menghargai Ran sebagai kakakmu. Kau harus ingat, dia ke sini untuk mejaga dan merawatmu." sekilas Tamara menatap wajah Ran yang terlihat sedikit berubah, mungkin tersinggung.
Mendengar ucapan Ibunya, Zara hanya bisa mengangguk pasrah. Karena sebenarnya ia tidak ingin tinggal hanya berdua dengan Ran. Apalagi setelah kejadian tadi pagi dan beberapa waktu lalu. Gadis itu sedikit canggung.
"Ran, jaga Zara baik-baik." pinta Ibu Zara sambil berlalu.
"Baik Bibi." jawab Ran lirih.
Beberapa waktu berselang, Tamara melangkah keluar bersama barang-banrangnya. Melihat itu Zara memicingkan matanya.
"Apa ibu akan pergi lama? Kenapa membawa banyak sekali barang-barang?" celetuk Zara.
"Iya, ibu akan tinggal di sana lebih lama. Tenang saja, Ran akan menjagamu."
Setelah mengatakan hal itu Tamara pun mengilang dari pandangan putrinya. Zara menatap nanar kepergian sang ibu.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mely Sianturi
mulai merasakan love tuh😍🤣
2021-05-28
1