Zara menatap kepergian Surya dari ruang inapnya sembari melemparkan senyuman manis, malihat itu Ran semakin cemburu. Buru-buru Ran menyuruh Surya segera pergi dari situ.
"Hei cepatlah!" Perintah Ran yang terdengar sedikit gusar.
"Ada apa denganmu? Kenapa mengusirku?" Tanya Surya tak paham dengan sikap bosnya tersebut.
"Tidak ada. Cepatlah pergi dari sini!" Perintah Ran sekali lagi.
Akhirnya Surya pun beralalu meninggalkan ruangan tersebut. Ran kembali duduk di kursi dekat ranjang Zara.
"Kalian ada hubungan apa? Dan sejak kapan saling kenal?" Ran menatap gadis di hadapannya dengan tatapan tak jelas.
"Aku dan dia? Tidak ada." Jawab Zara dengan ekspresi yang mulai berubah.
"Lalu kenapa kalian seperti sepasang kekasih?" Ran kembali bertanya dengan kesal.
"Apa masalahmu? Kenapa kau jadi begitu marah?"
"Karena.." Ran ragu melanjutkan ucapannya.
'Tidak Ran! Jangan kau katakan padanya isi hatimu. Itu hanya akan membuatmu sakit, toh dia sudah punya yang lain.' Ucap Ran dalam hati. Zara menatap Ran dengan kekesalan dan penuh kebingungan.
"Karena aku kakakmu! Yah karena aku kakakmu. Aku berhak tahu." Jawab Ran dengan sedikit gugup.
"Hah, yang benar saja. Jika ingin memastikan tidak usah marah-marah. Aku tidak begitu suka, jika kau terus bersikap seperti itu maka berhentilah menyebut dirimu sebagai kakakku!" Zara kesal dan akhirnya berbalik membelakangi Ran sambil berbaring manarik selimutnya.
Ran tertegun melihat sikap Zara yang kesal padanya, rasa bersalah mulai mengetuk perasaannya. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Ucapan Zara membuatnya lemah seperti seorang pengecut, ia tak berani meminta maaf. 'Berhentilah menjadi kakakku.' Ucapan Zara terngiang-ngiang di kepalanya.
Ran yang sedang duduk bersandar di sofa dengan tangan yang diletakkan di atas kepalanya merasa menyesal. Perlahan ia menutup matanya dan mulai terlelap.
...
Tiga hari berlalu akhirnya Zara bisa kembali pulang ke rumah setelah sakit dan lukannya telah sembuh namun dalam waktu tiga hari kedepan ia harus kembali ke rumah sakit untuk kontrol, lebih tepatnya membuka benang jahitan di tangannya. Selama tiga hari itu pula Zara tak pernah berbicara dengan Ran walaupun lelaki itu berusaha mengajaknya bicara.
Kini Ran mulai muak dan akhirnya kembali bersikap dingin pada Zara. Anak itu sangat membuatnya kesal, Zara tak ingin melihat wajahnya dan juga tak ingin makan jika ada dia di dalam ruangan. Terpaksa Ran pergi meninggalkan rumah sakit pagi-pagi buta dan kembali tengah malam.
Jadi ia tak perlu menyaksikan perlakuan Zara yang membuatnya sakit hati dan muak. Sebenarnya dia juga sangat bingung kenapa sikap Zara seperti itu, Ran memikirkan begitu banyak kemungkinan. Salah satunya adalah pengaruh datang bulan.
Zara berjalan menaiki tangga diikuti Ran yang membawa barangnya dari rumah sakit. Zara sama sekali tidak manatap dan menghiraukan lelaki itu, Ran masih menyabarinya. Ia merasa tak bisa melepas tanggung jawab pada Zara hingga akhirnya ia pasrah.
"Jangan lupa makan teratur dan minum oba.." Ucapan Ran terpotong karena Zara sudah menutup pintunya.
Seketika Ran emosi hingga membuat tangannya melayang ke udara hendak memukul pintu kamar gadis itu. Namun gerakannya terhenti ketika mengingat ucapan pamannya.
'Kau harus sabar Nak dalam mengahadapi anak gadis, dia bisa saja membuatmu emosimu naik turun, atau seperti singa kelaparan tapi di situlah kau harus sadar akan peranmu sebagai pelindung baginya.'
Perlahan Ran menurunkan kembali tangannya dan memutuskan untuk pergi ke kamarnya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya.
'Bertanggung jawab atas anak gadis memang berat, seberat mengemban status sebagai dewa laut alias poseidon haha..' Gumam Ran sambil memejamkan matanya. Dan menikmati setiap tetes air membasahi tubuhnya.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments