Pagi itu Zara, Ibunya dan juga Ran sedang sarapan di meja makan yang terletak di bagian dapur. Zara menyuap makanannya dengan mata yang sesekali melirik ke arah Ran. Kejadian semalam membuat gadis itu sedikit penasaran terhadap tanggapan lelaki itu, pasalnya ia merasa begitu malu.
Ran merasakan sinyal dari tatapan gadis itu, dengan spontan ia menoleh. Zara tertangkap oleh tatapan Ran, kemudian dengan cepat gadis itu menarik pandangannya.
Karena merasa sedikit malu Zara mempercepat suapan ke dalam mulut hingga piring di hadapannya kosong melompong. Lalu berdiri sambil meraih tas yang tergantung di kursi. Ia meraih tangan Tamara dan mencium punggung tangannya seraya pamit untuk pergi ke sekolah. Gadis itu masih sempat melirik sekilas ke arah Ran yang dari tadi hanya diam.
Tanpa membuang masa lagi, gadis itu langsung beranjak menuju teras lalu memakai sepatu sekolahnya. Ketika selesai memasang sepatu tiba-tiba Ran keluar dengan mengenakan seragam kantoran. Ia baru sadar, ternyata lelaki itu sudah rapi sejak di dapur tadi.
Seketika Zara merasa percaya diri akan diajak berangkat bersama. Ia menunggu lelaki itu selesai mengenakan sepatunya, namun setelah selesai ternyata Ran langsung masuk kedalam mobil tanpa menoleh barang sedikit ke arah Zara.
Masih melongo, Zara menatap Ran yang mengemudikan mobil sedan hitamnya keluar dari pagar dan berlalu begitu saja. Sontak Zara merasa kikuk sekaligus kesal dengan sikap Ran yang tiba-tiba dingin dan cuek.
Gadis itu bangkit sambil mengerutkan kening. Bibirnya menggerutu tanpa henti hinggga kakinya sudah menapaki gerbang sekolah. Sebelum masuk ia menatap kakinya, lalu teringak kejadian kemarin lagi. Gadis itu menutup wajahnya lalu meringis pelan.
"Aku malu, Ya Tuhan." ucapnya lirih sambil terus berjalan.
Saat di kelas, ia terus saja berceloteh panjang lebar mengenai sosok Ran yang begitu mengusik pagi harinya. Bahkan Faykah sahabat gadis itu menutup telinga ketika mendengar gerutuan yang terdengar seperti protesan.
"Zanzaraaaa... Sudah!. Aku lelah mendengarmu berceloteh." Ujar Faykah sambil menutup kupingnya.
"Iihhh Fay, kau menjengkelkan sekali sih. Aku sedang kesal pada seseorang, kenapa malah menyuruhku dia....." ucapan Zara terpotong karena tangan Faykah telah membungkam mulutnya.
"Cukup Zara, cukup! Aku lelah mendengarkan celotehanmu. Nanti terdengar samapai ke kelas lain, apa kata mereka nanti?" Perlahan Faykah menarik tangannya dari mulut Zara.
Gadis itu terlihat cemberut setelah mulutnya dibungkam, Faykah paham bahwa sahabatnya itu mulai merajuk. Akhirnya sebagai sahabat yang baik dan pengertian Faykah berusaha membujuk Zara dengan sebuah pujian.
"Zara cantik, jangan merajuk yah. Oke, Aku minta maaf kalau begitu. Kau yang paling cantik, jadi jangan merajuk yah. Nanti kecantikanmu luntur, loh."
Zara seketika mengubah ekspresi wajahnya saat mendengar pujian Faykah, sontak hal itu membuatnya kembali tersenyum.
"Nah begitu lebih baik. Jangan cemberut lagi yah." Ucap Faykah. Zara mengangguk.
Tak lama berselang Raka yang juga merupakan teman kelas Zara datang menghampiri dengan senyum manis di bibirnya. Melangkah dengan angkuh seperti pejabat negara.
"Pagi Zara, Faykah." Sapanya ramah tentu saja dibuat-buat.
"Pagi.." Jawab Faykah mewakili Zara. Gadis itu bungkam.
Tentu saja Zara hanya diam, dia sedang tidak ingin berbicara pada siapapun di situasinya sekarang. Apalagi jika lawan bicaranya adalah Raka, lelaki mesum yang sangat menyebalkan itu yang setiap harinya hanya bisa berbuat onar untuk mencuri perharian Zara.
Lelaki itu menatap wajah cemberut Zara yang tak menjawab sapaanya. Sejenak dahi Raka berkerut. Lelaki itu beralih menatap Faykah meminta penjelasan.
Sementara orang yang ditatap hanya mengendikkan bahu. Bukannya tidak tahu, Faykah juga sama malasnya dengan Zara untuk hanya sekedar menjawab pertanyaan dari Raka.
Tak lama Raka memutuskan untuk menyuruh Faykah meninggakkan mereka berdua di dalam kelas yang kebetulan hanya ada mereka bertiga. Dengan cepat Faykah berdiri lalu beranjak dari hadapan keduanya. Bukan tega, tetapi Faykah benar-benar malas meladeni lelaki itu.
Setelah kepergian Faykah, lelaki bernama Raka Adijaya itu mulai duduk di samping Zara yang terlihat menekuk wajahnya. Ia mendekat seraya memiringkan kepala untuk melihat wajah gadis itu dengan sempurna.
"Zara, kau kenapa?" Tanya Raka sok peduli.
"Tidak apa-apa." Jawab Zara singkat dengan nada jutek.
Raka kurang puas dengan jawaban singkat Zara, ia kemudian beralih menarik bahu gadis itu hingga wajah mereka saling berhadapan. Zara sedikit kesal dengan sikap Raka, ia memutar kedua bola matanya lalu menampakkan raut wajah tak suka. Karena memang gadis itu tak pernah nyaman dengan kehadiran Raka.
"Jangan begitu Zara!" Tegur Raka pada Zara yang memperlakukannya tidak enak.
Zara berdecak kesal. "Ada apa kau, kenapa menggangguku?"
"Aku tidak mengganggumu. Justru aku ingin menanyakan keadaanmu, sebab sejak tadi kau terus saja menekuk wajah." balas Raka.
Gadis itu bukannya senang tapi malah dibuat kesal dua kali lipat, "Ada apa denganmu? Bukannya dari dulu aku sudah pernah bilang kalau aku tak suka berada di dekatmu?" Ucap Zara yang sontak menusuk hati Raka.
Seketika wajah lelaki itu berubah saat mendengar ucapan pedas yang keluar dari mulut Zara. Tadinya ia berniat menghibur gadis itu agar bisa jatuh hati padanya tapi rencana itu seketika buyar.
Raka membangkitkan tubuhnya kemudian pergi meninggalkan gadis itu tanpa kata dan dengan raut wajah yang sengaja dibuat kecewa. Melihat raut wajah lelaki berambut acak-acakan itu yang langsung berubah seketika, membuat Zara merasa bersalah.
Ia pun berdiri hendak mengejar lelaki itu bersama dengan langkah kaki Faykah yang sudah kembali masuk ke kelas bersama beberapa siswa lainnya. Faykah menyampaikan pesan yang dititip Raka padanya.
"Raka berkata padaku jika dia meminta maaf karena sudah mengganggumu." Ucap Faykah.
"Tidak Fay, aku yang salah. Aku harus kejar dia." kata Zara lalu pergi mengejar Raka.
Gadis itu berlari dengan nafas yang tidak teratur hingga ia melihat sosok yang ia cari. Lelaki itu ternyata sedang berdiri di pinggir lapangan. Zara menghampirinya sambil mengatur napas. Raka menoleh hingga mereka berdiri saling berhadapan.
"Raka, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak enak." Ucap Zara dengan nada bersalah.
Raka menatap gadis itu tanpa kata. Dan sekali lagi Zara meminta maaf padanya sampai akhirnya Raka memaafkannya tapi dengan satu syarat.
"Apa? Aku harus menjadi kekasihmu?" tanya Zara memastikan. Lelaki itu mengangguk.
"Oh, tidak-tidak, Kau pasti bercanda kan?" Zara menggeleng pelan.
"Apa Kau menolak hm? Oh ya sudah, aku tidak akan memaafkanmu." Ucap Raka mengancam.
Zara menimbang-nimbang persyaratan lelaki itu. Menurutnya mungkin tidak buruk jika sehari atau dua hari kedepan ia menjalin hubungan sebagai kekasih Raka, toh hanya sebentar saja, pikirnya.
Karena rasa bersalah yang terus menghantui akhirnya ia setuju dengan persyaratan tersebut. Karena sejujurnya, Zara tak bisa membiarkan seseorang menaruh amarah padanya. Raka pun tersenyum hingga membuat Zara lega.
'Ini hanya sebentar. Begitu hari telah berganti maka aku akan mengakhirinya.' Zara membatin.
"Nah seperti itu lebih baik, Kan aku jadi senang." Ucap Raka lagi-lagi tersenyum. Zara mengangguk sekilas dan merutuki kebodohannya dalam hati ketika senyum mesum yang menyebalkan itu tersungging di bibir Raka.
'Sial! Sepertinya hidupku akan berubah setelah ini, huft.' ucap Zara dalam hati untuk kedua kalinya.
.
.
.
.
.
bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mely Sianturi
seruuu.... setiap visual cocok dengan adegannya😂😂
2021-05-28
1
Seirioss
kalok aku yg merajuk sama temanku beda lgi critanya🤣bukanny dibujuk malah dijahili🤣🤣
2021-05-26
2
👑Natasy👑
zara nya udh ke gr an duluan ehh tau taunya malah di tinggal gk diajak bareng😂
2021-05-26
1