Keesokan harinya kepala sekolah menghubungi Ran untuk datang ke sekolah sebab mereka akan menyelesaikan masalah Zara hari itu juga. Tidak menunggu lama Ran bergegas membawa gadis itu bersamanya menuju sekolah, setelah sampai mereka langsung masuk ke ruang kepala sekolah yang rupanya sudah ada Raka dan orang tuanya di sana. Ketegangan terpancar dari wajah Raka setelah melihat Zara datang bersama seorang pria dewasa, ia tak bisa berpikir lagi siapa orang tersebut dan membuatnya hanya bisa tertunduk.
Ran duduk tepat di hadapan Raka dan orang tuanya sedangkan kepala sekolah juga berada di antara mereka.
Tanpa membuang masa Ran langsung mengintrogasi Raka dengan nada dan tampang yang membuat Raka ketakutan dan akhirnya Raka mengakui bahwa memang benar ia telah melakukan hal tersebut kepada Zara.
"Maafkan saya, hari itu saya sedang khilaf." Ucap Raka seadanya.
Ran sudah membaca gelagat Raka yang berkata sedang khilaf, ia tahu Raka sengaja melakukan hal itu karena sudah terlihat sangat jelas bagi Ran namun ia tak ingin memperkarakannya lebih jauh dan memutuskan untuk menyudahinya.
Akhirnya orang tua Raka pun meminta maaf atas perbuatan anak mereka dan dilanjutkan oleh pemberian sanksi dari kepala sekolah. Raka diberi sanksi skorsing selama dua pekan, dan akhirnya kasus ditutup tanpa ada yang membeberkan ke lingkungan sekolah.
...
"Ada apa?" tanya Ran ketika mereka telah sampai di rumah.
Zara terus saja menangis sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kamar bernuansa ungu cerah itu terlihat terang benderang karena cahaya matahari siang yang menyusup masuk. Ran masih berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Ia menatap pilu gadis itu.
Dengan tenang Ran menghampiri gadis itu lalu duduk di sampingnya. Tak lama Ran membuka jas hitam yang ia kenakan lalu menyimpannya di kaki ranjang. Lelaki itu lalu meraih kedua pundak Zara dan mendorongnya hingga tubuh gadis itu terbaring sempurna di ranjang. Zara terkejut kemudian berusaha menahan Ran yang terlihat ingin menindih tubuhnya.
"Kak?" tanya gadis itu heran dengan air mata yang masih senantiasa mengalir.
Tatapan mata Ran menembus kedua bola mata indah milik Zara. Gadis itu seolah terpana hingga tubuhnya mematung. Perlahan-lahan Ran memosisikan tubuhnya berada di atas Zara. Kemudian lelaki itu merapatkan tubuhnya menutupi seluruh tubuh Zara.
"Bagian mana yang lelaki itu sentuh darimu, katakan?" ucap Ran dingin.
Zara terlihat membulatkan mata. Pandangan mereka bertemu lagi untuk beberapa detik sebelum Zara akhirnya mengedarkan arah pandangnya menghindari tatapan Ran.
"Apa yang akan Kakak lakukan?" tanya Zara lirih sembari meremas seprei ranjangnya.
"Arahkan tangannku ke tempat lelaki itu memberikan rasa sakit pada tubuhmu." tegas Ran sekali lagi. Nadanya begitu dingin hingga Zara tak tahu harus berbuat apa.
Zara meraih tangan Ran lalu membawanya perlahan menuju ke bagian dadanya. Gadis itu meletakkan tangan Ran tepat di tempat Raka meremasnya kemarin. Dengan tidak rela ia menahan tangan Ran agar tidak meremasnya ketika lelaki itu mulai meremas.
"Jangan, hiks." lirih Zara.
"Tenanglah, aku hanya berusaha menghilangkan jejak lelaki bejat itu dari tubuhmu. Aku tidak akan melakukan hal lain lebih dari pada ini." balas Ran yang kemudian kembali meremas pelan dada gadis itu.
Terlihat Zara mulai pasrah, tangan yang tadinya menahan gerakan Ran akhirnya mengalah dan kembali meremas seprei. Pelan-pelan ia menutup mata dan merasakan remasan tangan Ran di dadanya. Rasanya sedikit sakit tapi terkesan nikmat. Gadis itu merasa sedikit lebih baik. Daripada terus menyisakan trauma dari pelecehan yang Raka lakukan, mungkin lebih baik jika ia mengenang perbuatan Ran padanya saat ini saja. Pikirnya.
Lelaki itu terus saja meremas dada yang ukurannya kecil itu dengan hati-hati. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Ran.
"Sedikit membaik." jawab gadis itu lirih.
"Maaf karena harus melakukan ini padamu," ucap Ran yang kemudian mengarahkan tangannya untuk membuka kancing seragam Zara.
Sementara gadis itu terlihat mengangguk pasrah. Semoga dengan perlakuan Ran saat ini bisa menghilangkan bayang-bayang wajah mesum Raka yang begitu menyayat hatinya serta begitu melukai harga dirinya.
Zara merasakan tangan lelaki itu menyusup masuk ke balik seragamnya. Meraup dada kecilnya dengan pelan hingga menimbulkan sensasi asing di bagian perutnya. Aneh, remasan itu di dada namun rasanya menjalar ke perut. Zara tak bisa lagi menyimpulkan apapun. Ia terus saja menghela napasnya pelan-pelan akibat sensasi aneh itu.
Setelah merasa cukup, Ran menarik tangannya dari balik seragam Zara. Lelaki itu juga langsung bangkit setelah mengancing kembali seragam gadis itu. Sejenak mereka saling menatap yang kemudian membuat Zara berkata, "Terima kasih, kak." Ran mengangguk seraya tersenyum hangat.
"Apa kau sungguh sudah merasa lebih baik?" tanya Ran.
"Ya sepertinya." jawab Zara ragu.
"Pastikan kau merasa lebih baik, jika tidak maka apa yang kulakukan tadi hanya sia-sia saja." Ucap Ran.
"Beristirahatlah! Wajahmu sangat pucat." Ucap Ran lagi yang kemudian beralih memegang kening Zara. "Sepertinya kau demam Zara." lanjutnya dengan nada yang terdengar sedikit panik.
"Banarkah?" Tanya Zara lemah.
"Berbaringlah! Aku akan mengompres dahimu."
Zara pun berbaring sementara Ran beranjak ke dapur mengambil sebaskom air dingin dan sapu tangan. Kemudian mengompres dahi gadis itu dengan penuh kecemasan.
"Zara, jangan terlalu dipikirkan." Ucap Ran sambil memeras sapu tangan yang telah dicelupnya ke baskom berisi air dingin.
"Maafkan aku telah merepotkanmu kak." Ucap Zara.
"Ya sudah. Istirahatlah dengan baik, jangan berpikir macam-macam lagi." perintah Ran. Zara mengangguk.
"Setelah ini tidur dan jangan melakukan apapun, kau hanya butuh istirahat." ucap Ran lalu bangkit meninggalkan gadis itu.
...
Setelah merasa Zara telah terlelap begitu lama, Ran yang sedang bekerja di kamarnya kembali mengecek keadaan gadis itu. Ketika melihat ke arah tubuh gadis yang terkulai lemah itu seketika ia terkejut, ada darah di bagian bawah Zara yang merembes ke seprei putihnya.
"Kenapa bisa ada darah disini?" Tanya Ran pada dirinya sendiri sembari mulai panik.
Kemudian ia langsung membangunkan Zara dan dengan cepat gadis itu mulai mengerjap. Begitu sadar gadis itu langsung menegangi perutnya, hingga tak lama ia pun merintih.
"Aaahh, sakit."
"Ada apa?" Tanya Ran seketika dan semakin panik.
"Perutku sakit." Jawab Zara singkat.
"Ada darah di bagian bawahmu." Ucap Ran sambil menunjuk di bagian yang ada darahnya dengan panik.
Zara melihat warnah merah itu, lalu ia teringat bahwa sekarang ini adalah akhir bulan dan waktunya untuk datang bulan. Ia menatap Ran dengan kepucatan yang masih menyelimuti wajahnya.
"Sepertinya Aku sedang datang bulan." Ucap Zara santai.
Ran terkejut bukan main, ia mengira sesuatu telah terjadi pada gadis itu hingga mengeluarka darah dari tubuhnya.
"O.. Oh seperti itu, aku kira kau kenapa-napa." Ucap Ran salah tingkah.
"Dan.. Apa yang kakak tunggu di sana? Aku harus mengganti pakaianku." Ucap Zara sambil melirik badannya.
"Ah, ti.. Tidak. Baiklah aku akan segera pergi." Ucap Ran gugup kemudian beranjak.
Zara masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya namun tiba-tiba ia mengingat sesuatu.
"Astaga pembalutku habis." Gumamnya.
Ia segera keluar dari kamar mandi menuju ke kamar Ran dengan melilitkan handuk ke pinggangnya agar darah yang tembus tak terlihat.
Tok.. Tok.. Tok..
"Kak, bisakah aku minta tolong?" Teriaknya dari luar.
Ran yang mendengar ketukan pintu dan teriakan Zara langsung saja bangkit lalu menghapiri pintu. "Kenapa?" Tanya Ran datar.
"Bisakah kakak pergi membelikan pembalut untukku, aku baru ingat kalau benda itu sudah habis." Jawab Zara santai.
Entah mengapa Ran merasa bingung ketika disuruh membeli pembalut, sebenarnya ia ingin menolak permintaan Zara namun melihat wajah pucatnya itu seketika Ran merasa kasihan.
"Baiklah. Aku harus membeli berapa?" Tanya Ran sembari keluar dari kamarnya.
"Belilah yang bersayap ukuran 29 cm, yang isinya 20 pcs." Tutur Zara.
"Apa, apa yang barusan kau sebut itu?" Ran semakin heran.
"Hah, kau tidak tahu? Itu adalah salah satu jenisnya." Zara mengernyitkan dahinya.
"Terserah saja lah. Aku tak paham." Ucap Ran sambil berlalu. Zara menggelengkan kepalanya.
Sambil menunggu Zara kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk terlebih dahulu membersihkan tubuhnya. Tak lama berselang ia pun keluar dengan menggunakan baju mandi lalu duduk di tepi ranjangnya.
"Aduh lama sekali dia." Ucap Zara sambil tertawa-tawa.
Di kamar mandi tadi ia sempat membayangkan bagimana Ran bisa mengenali benda yang hanya wanita saja yang paham terhadap jenisnya ketika di toko nanti. Bukankah itu akan terlihat lucu? Ketika seorang lelaki datang ke toko hanya untuk membeli sebuah pembalut. Sontak gadis itu terkikik geli.
"Maafkan aku Kak Ran, hihi."
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments