Setelah kelelahan menangisi nasibnya, Zara akhirnya tertidur pulas tanpa mengganti baju seragam terlebih dahulu.
Sementara Ran yang sedang berada di kamar sebelah sibuk dengan pekerjaan kantor. Selain kuliah ia juga memegang salah satu perusahaan kecil milik ayah Zara. Ditambah lagi ia juga di beri tanggung jawab oleh pamannya untuk mengurus gadis bernama Zara yang merupakan sepupunya tersebut, membuat Ran menjadi sibuk tiga kali lipat. Lelaki itu terus saja menatap layar PC di hadapannya dengan begitu fokus hingga larut malam.
Waktu menunjukkan pukul 00.25, Zara terbangun dari tidurnya karena tidak nyaman disebabkan oleh badan yang lengket dan baju seragam yang belum terlepas dari tubuhnya.
"Hoaaaam.." gadis itu menguap.
Kemudian ia menurunkan kaki mungilnya dari ranjang dan berusaha melirik jam yang berada di atas nakas.
"Astaga.. Masih dini hari.. Ohhok..ohhok.." gumamnya sambil terbatuk-batuk.
Karna merasa ada yang gatal di lehernya ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur. Ketika ia membuka pintu, kepalanya lebih dahulu keluar untuk melihat keadaan. Di koridor depan kamar begitu gelap, hanya ada seberkas cahaya dari kamar Ran. Gadis itu spontan terlonjak sekaligus heran.
"Hah, dia belum tidur?" Batinnya.
Akhirnya karena merasa sangat haus ia pun memutuskan untuk berjalan perlahan menuju tangga dengan mengendap-endap, takut jika Ran melihat dirinya.
Satu anak tangga berhasil dilaluinya. Langkah selanjutnya ia mulai merasakan jantungnya berdebar. Hingga ia tiba di penghujung anak tangga yang terakhir, gadis itu menarik napas lega. Setelah melalui tangga ia pun dengan cepat berjalan menuju dapur.
Tanpa menyalakan lampu dapur Zara langsung saja menuju kulkas, membukanya dan mengambil sebotol air dingin untuk melepas dahaga.
Setelah menghabiskan setengah dari botol tersebut ia menyimpannya kembali lalu menutup pintu kulkas. Ia berdiri dan sontak memandang ke penjuru dapur, anehnya dia malah perasaan tapi juga sedikit takut. Matanya tertuju pada jendela yang terdapat di dapur itu seperti ada yang memanggil.
Karena penasaran ia mulai melangkah mendekati jendela. Semakin dekat hingga membuat bulu-bulunya berdiri sendiri. Ketakutan pun langsung menyelimutinya dan membuatnya ingin segera pergi dari sana.
Ia mulai membalikkan badan hendak pergi dari dapur namun pandangannya masih tertuju ke arah jendela, gadis itu terus berjalan mundur. Kemudian langit memperlihatkan kilatnya yang membuat Zara terkejut bukan main hingga dengan spontan ia berbalik memeluk seseorang.
"Kyaaaa..." Teriaknya sangat kencang.
Rupanya sejak gadis itu mulai berjalan mengendap-endap menuju dapur, Ran ikut keluar dari kamarnya untuk memeriksa karena tadi ia sempat mendengar suara aneh. Dan tanpa disangka ternyata ia menemukan Zara. Merasa penasaran, jadi terpaksa ia membuntuti dari belakang. Bahkan saat gadis itu menatap kearah jendela ia sengaja berdiri di belakangnya memerhatikan.
Karena merasa kesal tiba-tiba di peluk oleh gadis itu, Ran dengan cepat mendorongnya menjauh hingga terjatuh ke lantai. Spontan Zara meringis kesakitan.
"Aaaaaahhkkk."
Ran yang melihat ekspresi Zara kesakitan seketika mendekat. "Maafkan aku, aku tidak sengaja." ucap Ran sambil meraih tubuh Zara dan membantunya berdiri.
Sambil memegangi pinggangnya, Zara menatap wajah yang terlihat tampan itu meski dalam kegelapan dan membuatnya terpanah. Lelaki yang baru saja bersikap hangat padanya itu menimbulkan rasa kagum yang berlipat di hatinya.
Ia pun berusaha memanfaatkan moment tersebut. Zara berpura-pura kembali merintih dengan suara yang dibuat-buat agar Ran semakin mengkhawatirkannya walaupun memang ia merasa sakit.
"Aduuh.. Aduuh.. Sakit Kak.." Rintihnya bersandiwara sembari mulai berjalan dengan dipapah oleh lelaki itu.
Ran, lelaki itu hanya berjalan sambil membopongnya tanpa menggubris rintihan sandiwara yang dibuat gadis itu. Karena merasa tak digubris Zara kembali melanjutkan sandiwaranya.
"Ya Tuhan, sakit sekali." berharap lelaki itu meladeninya.
Namun ketika sampai di depan tangga Ran mulai membantunya melangkah namun Zara dengan sengaja membuat tubuhnya lemah berharap lelaki itu menangkapnya lalu menggendongnya melewati tangga. Karena belum siap dengan rubuhan tubuh Zara yang tiba-tiba akhirnya Ran ikut terjatuh ke lantai bersama gadis itu.
"Aauh.." rintih Zara yang kini benar-benar merasa kesakitan tiga kali lipat.
Untung saja Ran seorang lelaki hingga ekspresinya tak selebay Zara. Ia hanya menahan rasa sakit yang ditimbulkan akibat terjatuh, lengannya ditindih oleh gadis itu.
Zara berbalik ke arah wajah Ran dengan posisi tangan lelaki itu ditindih oleh lehernya. Hal yang sama dilakukan oleh Ran. Sedetik mereka saling menatap, Zara menikmati tatapan mata Ran yang terasa sejuk.
'Aaaa.. Apa yang sedang kurasakan ini. Matanya sangat memukau. Astaga, apa aku mulai menyukainya yah? haha.' Celetuk Zara dalam hati.
Ran menatap Zara dengan tatapan yang begitu kesal, segera ia membangkitkan tubuhnya dan duduk di anak tangga pertama berusaha menahan rasa sakit. Zara terlihat salah tingkah tapi sedetik kemudian dengan percaya dirinya ia memegang lutut lelaki itu.
"Kak, kau baik-baik saja?" tanya Zara yang membuat lelaki itu sontak meliriknya tajam.
Tanpa kata Ran langsung berdiri dan pergi menaiki tangga meninggalkan Zara. Sementara gadis itu merasa takut dan malu atas tindakannya, membuat ia bergegas bangkit dan menyusul langkah Ran yang telah melangkah masuk terlebih dahulu ke dalam kamarnya.
"Ya Tuhan,, apa yang ku lakukan tadi? Kenapa aku bertindak seolah mencari perhatian padanya? Duh, apa kata Kak Ran, yah? Astaga, aku malu sekali. Bagaimana jika dia marah dan jijik padaku? Mati aku, aku bakal diapakan yah?" gerutu Zara panjang lebar.
Kembali ia membaringkan tubuhnya ke atas ranjang. Seketika ia mencium aroma tak sedap, dengan cepat ia mengangkat ketiaknya. Sontak raut wajah gadis itu berubah karena bau kecut badannya. Ia baru teringat ternyata seragam sekolah yang ia kenakan hari ini masih menempel di tubuhnya.
"Iyyuww.. Bau sekali. Apa tadi kak Ran mencium aroma busuk ini yah? Aaaah aku jadi semakin malu. Aduh Zara apa-apaan kau malam ini." gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil membangkitkan tubuhnya dari ranjang.
Langsung saja ia melangkah ke kamar mandi yang terdapat di dalam kamarnya. Segera ia memutar shower dan berdiri di bawah air yang di pancarkan shower tersebut.
"Kenapa setelah bertemu lelaki itu, aku menjadi seketika menjadi gadis yang begitu memalukan. Terhitung mulai hari pertama hingga hari ini. Semua perbuatanku super memalukan! hiiih." batinnya sambil mengusap rambutnya dengan shampo.
Setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi yang berukuran dua kali dua itu akhirnya ia mengambil handuk yang tergantung di sebuah gantungan tak jauh dari tempatnya berdiri.
Ia pun berjalan keluar dari kamar mandi setelah handuknya terlilit. Lalu mengambil baju di dalam lemari dan kembali berjalan ke ranjang untuk segera menutup mata.
Namun sebelum itu Zara kembali teringat oleh kejadian tadi, akibat sandiwara murahannya, Ia telah mempermalukan diri sendiri dihadapan Ran. Bahkan ia tak menyangka akan separah itu sebab ternyata ia berdekatan dengan Ran dalam keadaan belum mandi. Sontak ia tersenyum kecut.
"Zara, kau memecahkan rekor gadis paling memalukan sepanjang sejarah. Ya Tuhan, wajahku harus kusimpan dimana?"
Berbeda dengan Ran yang sedang duduk di meja kerjanya, yang ada di pikirkan lelaki itu adalah seragam Zara yang masih melekat pada tubuh gadis itu. Benaknya menerka, apakah Zara tidak mengganti pakaian hingga larut malam ia masih mendapatinya berseragam.
"Dasar anak itu.." Ucapnya sambil mematikan layar PCnya.
Kemudian Ran berjalan ke arah ranjangnya dengan rasa lelah yang menyelimutinya. Melesat ke bawah selimut lalu berusaha untuk tidur. Namun lagi-lagi insomnianya kambuh akibat beban pikiran yang berputar di kepalanya. Lelaki 23 tahun itu menarik napas panjang lalu merilekskan pikirannya, namun tetap saja ia belum bisa tidur sepenuhnya.
"Huuuffftt, Zara. Andai kau tahu, setiap malam aku tak bisa tidur dengan tenang karena terus memikirkan mu. Aku tak tahu bagaimana cara menghadapi dirimu dengan baik, aku takut aku terlalu berlebihan dan akan membutmu benci padaku. Tapi aku akan berusaha menjadi Kakak yang baik." gumam Ran dengan mata yang terpejam.
Antara ia dan Zara tidak begitu tahu persoalan mengapa mereka dipertemukan dalam suatu permintaan lelaki bernama Albar, mendiang Ayah Zara. Hari itu ia hanya diminta untuk menjaga Zara dua tahun sebelum Albar meninggal. Itupun jika dirinya sudah siap. Mengapa harus ia yang menjaga? Sebab Zara tak punya saudara laki-laki, gadis itu anak tunggal. Dirinya pun sama, anak tunggal. Tapi Ran lelaki jadi sebagai sepupu yang baik ia mengindahkan permintaan sang paman.
Sampai saat ini dia masih saja berpikir untuk apa menjaga Zara dan untuk apa menjadi CEO perusahaan Albar? Jika untuk dijodohkan dengan Zara, rasanya tidak mungkin. Ran bukan tipe orang yang suka berpikir tentang hal itu. Lalu untuk apa? Masalah itu masih menjadi misteri.
.
.
.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
aiih si zara pura² sakit segala😂
2021-06-30
1
Mely Sianturi
jangan main gelap gelapan heiii
2021-05-28
1
⭐writer
zara cari kesempatan dalam kesempitan banget yah
2021-05-26
1