Setelah Ibunya pergi, Zara hanya tinggal berdua dengan Ran di dapur. Sehingga membuat susana menjadi sepi dan canggung. Akhirnya Ran memutuskan untuk membuka suara.
"Hari ini jangan keluar rumah, aku tak mengizinkanmu!" tegas lelaki itu pada Zara sambil melangkah meninggalkan dapur.
Zara kembali geram dengan sikap Ran yang seperti itu. Ia tidak suka diperintah namun ia juga tak bisa melawan Ran. Tatapannya begitu sinis ketika memandang ke arah Ran yang sudah berada di lantai dua.
'Kenapa makhluk itu sangat menyebalkan. Apa yang ku lakukan selalu dimarahi olehnya. Memangnya aku salah apa?' gerutu Zara dalam hati sambil menghabiskan suapan terakhirnya.
Setelah membereskan piring yang telah digunakannya sarapan, Zara beranjak ke kamar dan mengunci diri. Karena Ran melarangnya keluar, maka ia memutuskan untuk menonton film Jepang tokusatsu berjudul Kamen Rider Decade.
Zara memandang wajah bernama Tsukasa Kadoya sebagai tokoh utama dalam film tersebut. Ketika Tsukasa memegang kartu untuk berubah menjadi Decade, Zara berteriak histeris.
"Oh My God.. Masahiro, kau tampan sekali."
Suara Zara melengking hingga terdengar sampai ke kamar Ran. Lelaki itu seketika terperanjat mendengar suara melengking Zara sehingga membuatnya merasa terusik. Akhirnya ia berdiri lalu berjalan menghampiri kamar Zara. Begitu sampai ia langsung mengetuk pintu kamar gadis itu dengan keras.
Zara yang sedang histeris tiba-tiba berhenti sebab mendengar ketukan pintu yang keras. Ia tahu ketukan pintu itu dari Ran dan dengan santainya ia mengabaikan ketukan tersebut. Ran kembali mengetuk hingga membuat Zara menghentikan tontonannya. Zara membuka pintu kamar lalu memasang wajah datar tanpa rasa berdosa.
"Apa yang kau lakukan di dalam sana, tidak kah kau sadar suaramu telah menembus langit?" sergah Ran.
Seketika Zara merasa tertusuk belati. Ia tak ingin membalas ucapan lelaki itu. Zara menunduk dengan mata berkaca-kaca. Saat ini gadis itu tak bisa mendengar kalimat negatif yang bisa menyayat hatinya, atau bisa dibilang Zara sedang dalam masa sensitif.
"Haruskah aku selalu memberitahumu seperti anak kecil?" tambah Ran.
Zara semakin geram medengar perkataan lelaki itu. Akhirnya Zara lepas kendali, semua yang ingin ia keluarkan telah berkumpul di ubun-ubunnya. Dan akhirnya pecah.
"Haruskah aku selalu kena marah? Kenapa? Karna aku seorang anak yatim? Tidak pantaskah aku mendapatkan kasih sayang walau sedikit saja? Atau jangan-jangan kau tak ingin aku bahagia, hah? Apa itu yang Ayahku perintahkan padamu? Jika itu yang kau inginkan, maka baiklah! Aku akan melakukannya! Aku akan diam dan menderita!." teriak gadis itu sambil meneteskan air mata.
Ran kembali terperanjat. Akhirnya Zara menutup pintu kamarnya dengan kasar.
"Zara, maafkan aku. Aku tak bermaksud.." ucap Ran berusaha menjelaskan kepada Zara dari balik pintu namun tak jadi.
Suara isakan tangis Zara terdengar dan membuat Ran semakin merasa bersalah. Lelaki itu membalikkan tubuh hendak beranjak, lalu kembali ke kamarnya dengan membawa perasaan bersalah. Ran duduk di meja kerjanya memikirkan kejadian tadi. Ia merasa ucapan Zara itu memang benar.
'Maafkan aku Zara, aku tak bermaksud melukai hatimu. Aku juga tak paham mengapa ucapanku seperti itu, aku belum paham bagaimana cara menjagamu dengan baik.' ucapnya dalam hati.
Ran mengusap kasar wajahnya dan menghela napas panjang. Ia mulai menstabilkan pikiran agar tidak diselimuti emosi. Akhirnya ia memberanikan diri kembali ke kamar Zara untuk meminta maaf.
Ran perlahan membuka pintu kamar gadis itu yang memang lebih sering dalam keadaan tidak terkunci. Ia melihat di atas ranjang terduduk Zara yang masih meneteskan air mata.
Langsung saja Ran duduk di tepi ranjang Zara, gadis itu mengalihkan wajahnya. Ran mengumpulkan keberanian untuk menyentuh Zara. Perlahan tangannya meraih tangan mungil gadis itu. Ketika merasa tersentuh, Zara spontan berbalik menatap Ran. Tatapan mereka bertemu beberapa saat, Ran menundukkan pandangannya sembari berucap.
"Zara, maafkan aku. Tak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu, aku sadar sikapku terlalu kasar hingga membuatmu sakit hati." sambil menggenggam erat tangan Zara.
Melihat hal itu membuat Zara meleburkan egonya, ia juga sadar jika sikapnya salah. Tidak seharusnya ia memprotes Ran yang sudah menjadi penanggung jawab hidupnya.
"Aku tak tahu harus berucap apa, tapi aku juga merasa ini adalah salahku." balas Zara.
"Tidak Zara, ini adalah salahku. Harusnya aku menyayangimu sebagaimana yang dilakukan Ayahmu. Aku berjanji akan menjagamu dengan baik." setelah mengutarakan permintaan maafnya, lelaki itu dengan perlahan memeluk tubuh Zara lalu memejamkan matanya.
Zara tersentak oleh sikap Ran yang tiba-tiba menjadi lembut dan penyayang. Ia membalas pelukan Ran karena merasa rindu pada sebuah pelukan. Rasa kagumnya pada Ran semakin membesar, kejengkelannya seketika menguap setelah permintaan maaf yang dilontarkan oleh lelaki yang berstatus sepupunya itu.
Di lubuk hati Ran yang paling dalam, lelaki itu mengakui perasaan yang timbul ketika ia memandang wajah Zara. Perasaan itu adalah ketertarikan, yang tak pernah dirasakannya pada orang lain. Ia mengakui bahwa dirinya telah jatuh cinta pada seorang gadis bernama Zara yang juga merupakan sepupunya sendiri.
Pelukan itu sebagai tanda permintaan maafnya dan juga sebagai tanda ia mengakui rasa cintanya pada Zara. Walaupun gadis itu tidak mengetahui maksud dari pelukan mereka. Tak lama kemudian Zara melepaskan pelukannya diikuti oleh Ran. Suasana seketika terasa kaku karena pelukan pertama yang diawali dengan konflik. Zara menghapus air mata yang masih tersisa di pipinya, Ran tersenyum.
"Sekali lagi aku minta maaf. Mulai sekarang kau kuanggap sebagai adikku. Dan aku berjanji untuk sebisa mungkin tak marah lagi padamu. Kau boleh memanggilku Kakak, bahkan kau boleh meminta seluruh hakmu sebagai adik. Karena aku telah berjanji pada Ayahmu untuk menjagamu." ucap Ran menjelaskan.
Lelaki itu kemudian bangkit dan mengelus pucuk kepala Zara. Setelah itu ia pun berlalu. Zara menatap kepergian Ran dengan mata berbinar, kini ia tak lagi mengeluhkan sikap lelaki itu karena merasa Ran telah berubah. Perubahannya dalam waktu singkat menaruh nilai tersendiri di hati Zara. Ia sadar bahwa ternyata dirinya memang menaruh perasaan pada Ran.
'Aku tak tahu kenapa, tapi aku merasa telah jatuh hati padanya.' ucap Zara dalam hati.
Ada rasa syukur yang timbul dalam benaknya tatkala merasakan kehangatan yang perlahan menyeruak ke dalam relung hatinya. Siapa sangka jika dirinya bisa terjatuh dalam pesona lelaki bermata sipit bernama Ran itu. Bahka jika bisa, Zara ingin terus bersama lelaki itu. Seutas senyuman terlihat menghiasi wajah gadis berumur 17 tahun itu, dengan sekejap mata perasaannya bisa berubah. Yang tadinya kesal sekarang menjadi tenang hanya karena satu kata, Maaf.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mely Sianturi
semangat Zara...
tidak dilarang jatuh cinta🤣🤣🤣🤣
2021-05-28
1