Ran menunggu dengan cemas di kursi koridor ruang gawat darurat, seketika ia dihantam oleh perasaan syok. Teringat olehnya pesan sang Bibi yang merupakan ibu Zara, membuatnya semakin merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Zara dengan baik.
'Ran, kamu jaga Zara yah.' Ucapan Tamara terus terngiang di kepalanya.
"Maafkan aku Bibi, aku tidak bisa menjaga Zara dengan baik." Ucap Ran sambil menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang menjambak rambutnya.
Sesaat ia memandang pintu ruang Emergency membuatnya merasa tertusuk, dengan segera ia meraih ponselnya berniat untuk menghubungi Ibu Zara namun seketika ia merasa takut.
"Tapi jika aku tak memberitahu Bibi, dia pasti akan lebih marah dari pada ini." Gumam Ran seorang diri.
Akhirnya ia kembali menatap layar ponselnya walaupun dengan perasaan takut, tak lama berselang panggilan suara pun tersambung dan terdengarlah suara sang Bibi dari seberang telfon.
"Ada apa nak?" Tanya Tamara.
"Anu Bibi, sebelumnya aku ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya. Ada berita duka yang mungkin akan membuatmu syok." Jawab Ran yang mulai keringat dingin.
"Kabar duka apa itu nak?" Tanya Ibu Zara mulai cemas.
"Zara masuk rumah sakit." Jawab Ran dengan nada pelan.
Ibu Zara yang mendengar ucapan Ran sontak meneteskan air mata.
"Ada apa dengannya, mengapa bisa samapai masuk rumah sakit?" Tanya Ibu Zara disertai suara isakan.
"Aku tidak tahu pasti Bibi tapi tadi aku menemukanya telah terbaring di lantai bawah dengan lengannya yang berlumur darah, dan sebelumnya Zara memang sudah sakit. Kemungkinan besar ia terjatuh dari tangga." Jelas Ran.
"Baiklah kalau begitu, Bibi akan segera pulang." Ucap Tamara.
"Iya Bibi." Balas Ran lalu panggilan suara pun terputus.
Ran menyandarkan kepalanya pada tembok dengan rasa bersalah yang menyelimuti, ia menarik napas panjang untuk menenangkan pikirannya. Tak lama berselang keluarlah seorang dokter yang menangani Zara dari ruang gawat darurat berjalan menghampirinya. Ran baru sadar ketika dokter tersebut memanggil dirinya.
"Ah iya Dok?" Tanya Ran dan langsung membangkitkan tubuhnya dari kursi.
"Zara sedang mengalami tifoid disebabkan karena kelelahan, dan luka sobek di tangannya sudah dijahit, sobekan tersebut mengeluarkan banyak darah namun tidak memerlukan transfusi. Sekarang keadaanya dalam proses pemulihan dan kami pastikan tidak terjadi hal serius pada pasien. Saya sudah menyuntikkan penghilang rasa sakit untuk luka jahitannya dan pengaruhnya akan hilang setelah beberapa jam." Jelas Dokter tersebut yang membuat hati Ran menjadi lebih tenang.
"Apa saya bisa masuk dok?" Tanya Ran.
"Sementara pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap, silahkan anda tunggu di sana agar tidak repot." Jawab Dokter tersebut.
"Baiklah kalau begitu terima kasih banyak dokter." Ucap Ran sembari menjabat tangan dokter kemudian kembali duduk di kursi tunggu setelah dokter berlalu.
"Syukurlah Zara, kau tak apa-apa." Ucap Ran dengan perasaan yang mulai tenang.
Beberapa jam berlalu Zara telah dipindahkan ke ruang rawat, Ran duduk di kursi yang berada di samping ranjang gadis itu, ia terus memandangi wajah mulus Zara dengan lekat. Kini hatinya terselimuti oleh perasaan berbunga, melihat kecantikan dan keluguan Zara membuatnya dengan mudah jatuh cinta pada sepupunya tersebut.
"Paman, apakah ini yang kau inginkan di antara kami?" Gumamnya tanpa mengalihkan pandangan dari Zara. Ran tersenyum tipis, kali ini ia merasa benar-benar jatuh cinta.
"Zara.. Aku mencintaimu!" Ucapnya dalam hati.
Ran mengelus lembut kepala Zara, lalu perlahan bangkit dari duduknya dan mencium kening gadis itu.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments