Lalu sejenak Ran berpikir kembali. "Tapi, hari ini kita akan keluar kota bukan? Bagaimana caraku mengajaknya?" Tanya Ran.
"Kau pergilah bersamanya, biarkan aku yang menggantikanmu. Bagaimana?" Usul Surya.
"Mmm, baiklah. Tapi apa kau yakin ini akan berhasil?" Ran masih ragu.
"Tentu saja Pak Bos. Aku yakin dia akan suka pergi bersamamu." Jelas Surya dengan mengedipkan mata kirinya.
"Hmm, baiklah. Apa kau tidak keberatan?" sekali lagi Ran memastikan.
"Kenapa aku harus keberatan? Sudahlah, jangan terlalu banyak berpikir. Oke?" dengan cepat Surya menjawab lelaki itu.
"Ya sudah. Aku pergi dulu." Ucap Ran sambil berdiri lalu meninggalkan ruangannya.
Setelah Ran tak terlihat lagi Surya baru keluar dari ruangan itu menuju ruangannya. Lelaki yang lebih tua tiga tahun dari Ran itu tampak sedikit mengulas senyum. Dalam hati ia berharap Ran bisa benar-benar bersatu dengan Zara sesuai isi surat wasiat ayah Zara yang pernah ia baca langsung dua tahun lalu.
...
Ran sampai dirumah sekitar 20 menit menempuh perjalanan. Ia masuk dengan penuh keyakinan. Dan semua kemungkinan pun sudah ia pikirkan sedari tadi. Jika misalkan Zara menolak untuk pergi bersamanya maka ia harus mencari cara lain agar bisa meminta maaf pada Zara. Tak butuh waktu lama, akhirnya Ran sampai di depan kamar gadis itu lalu segera mengetuk pintu kamarnya..
Tok.. Tok.. Tok..
Tak lama berselang terdengar suara pintu terbuka, Ran tiba-tiba gemetar, menunjukkan bahwa lelaki itu sedang gugup. Namun kegugupannya sontak sirna ketika melihat wajah Zara yang tak lagi masam dan datar. Hal itu membuat Ran seketika dilanda rasa heran.
'Bukankah dia sedang marah?' Batin Ran.
Kemudian gadis itu menyapa dengan riang gembira. "Hai Kak, sudah pulang?" sembari menunjukkan wajah yang begitu sumringah.
Ran seketika kembali gugup. "Eeh, yah. Se.. Sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi.. Hari ini.." Jawab Ran sambil mengelus tengkuknya yang tentu saja tidak gatal.
"Benarkah itu?" tanya Zara antusias.
"Yah, be.. Benar." Lelaki itu mengangguk pasti.
"Ah, terima kasih Kak." Ucap Zara sembari berjalan mendekat ke arah Ran dan memeluknya.
Ran tersentak. 'Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba memelukku seperti ini?'
Deg..
Jantung Ran berdebar dengan kencang. Sikap Zara di luar espektasinya. Rencananya, ia membujuk Zara dan meminta maaf. Tapi kenyataannya gadis itu sendiri yang datang memeluknya. Aneh sekali, apakah perempuan memang seperti itu. Tanpa membalas pelukan Zara, lelaki itu berucap. "Ah, aku.. Aku ingin minta maaf padamu." Zara melepaskan pelukannya.
"Untuk apa?" Tanya gadis itu. Entah dia pura-pura lupa atau memang tidak tahu.
"Aku minta maaf soal sikapku kemarin di rumah sakit, yang membuatmu marah." jelas Ran dengan nada yang masih gugup seolah tak bisa mengontrol rasa itu.
"Aa.. Ahh itu.. Tidak usah dipikirkan. Aku tak bermaksud mendiami mu kak, aku hanya malas berbicara. Mungkin itu pengaruh ketika menstruasi, emosiku tidak menentu. Jadi sebenarnya aku yang salah, maafkan aku kak." Ucap gadis itu sedikit menunduk.
'Sudah ku duga, menstruasi itu adalah penyebabnya. Pantas saja dia seperti itu.' Ran berkata dalam hati.
Suasana seketika mencair, Ran menarik napasnya merasa seperti orang yang sedang tertipu. Akhirnya lelaki itu bisa bernapas lega dan kembali ke situasi seperti biasa.
"Baiklah, kita pergi ke Bandai. Hari ini ada pameran cosplay, mau kan?" tanya Ran.
"Haaaaa, Bandai Kak? Tentu saja aku mau. Baiklah aku akan siap-siap dulu." Ucap Zara kemudian langsung meninggalkan Ran untuk berganti baju.
Ran menggelengkan kepalanya. Misi kali ini berhasil. Ran mengeluarkan ponsel dari saku celananya kemudian mengirim pesan kepada Surya.
to : Surya
Misi selesai...
Membaca pesan dari Ran membuat Surya merasa lega, ia tersenyum tipis. Surya menyandarkan tubuhnya di kursi seraya memijit pelipisnya. Lelaki itu berkata sesuatu dalam hatinya.
'Akhirnya aku bisa terlepas dari rasa bersalah. Maafkan Aku Ran, aku tidak bermaksud, tapi aku merasa tak pantas berada di sisi Zara.'
...
Selesai berganti baju Zara keluar dari kamarnya dengan memakai baju kaos branded berwarna putih dan rok selutut berwarna hitam. Ran terpana melihat sosok di hadapannya, namun karena tak ingin menunjukkan ekspresi lelaki itu memilih mengalihkan pandangannya dari Zara. Mereka kemudian melangkah turun bersama melintasi tangga menuju lantai satu.
"Hati-hati!" Ucap Ran sembari memegang tangan gadis itu yang hampir saja terkena sisi tajam pegangan tangga.
Zara terkejut, ia baru mengingat ada jahitan di tangannya. Dengan pasrah ia membiarkan Ran menuntunnya seperti anak kecil. Begitu sampai di depan teras Ran menghidupkan taftnya. Mereka pun masuk ke dalam taft tersebut secara bersamaan.
Di dalam mobil Zara terlihat begitu kesulitan memasang sabuk pengamannya. Melihat itu Ran jadi berniat membantunya. Lelaki itu mendekat lalu meraih sabuk pengaman gadis itu, otomatis jarak mereka terkikis. Zara menatap wajah tampan di hadapannya, jantungnya berdebar kencang. Baru kali ini ia melihat wajah Ran dalam jarak yang sangat dekat.
Zara terbuai, ia merasakan sebuah kehangatan membelai dadanya ketika menatap wajah tampan Ran. Timbul pikiran kotor di kepalanya namun dengan cepat ia menepis. Tanpa sengaja Ran berbalik dan terpaku juga ketika menatap wajah cantik gadis itu. Mereka saling menatap satu sama lain. Lama kelamaan tatapan mereka semakin dalam sampai tak ada yang menyadari.
Wajah Ran perlahan mendekat pada wajah Zara, karena masih terbuai gadis itu beralih menutup mata dan membiarkan wajah Ran terus mendekat. Semakin dekat, hingga Zara merasa jantungnya berhenti berdetak. Sama halnya dengan Ran, lelaki itu juga dikuasai oleh hasratnya hingga membuat ia tak sadar, bibirnya telah mendarat di bibir Zara.
Mereka berdua sama-sama terbuai. Baik Ran maupun Zara sama-sama menikmati ciuman tersebut. Hingga Ran lebih dulu menyadari.
Lelaki itu membulatkan mata lalu dengan cepat menarik bibirnya dari Zara. Menyadari hal itu Zara tersentak bukan main. Ran telah mencium bibirnya. Dengan gugup Zara capat-cepat mengalihkan wajahnya dari lelaki itu. Bersamaan dengan Ran yang menarik tubuhnya kembali ke belakang kemudi.
Terdengar degupan jantung dari keduanya membuat susasana menjadi hening dan canggung. Zara menutup mata dengan napas terengah-engah. Ia tak habis pikir mengapa Ran bisa menciumnya dan bodohnya ia tak menolak sama sekali. Gadis itu merasa sangat malu.
"Maaf," ucap Ran.
Lelaki itu akhirnya kembali menyalakan mesin taftnya. Beberapa saat berselang taft itu pun melaju membelah jalan kecil sebelum akhirnya berbelok menuju jalan raya di luar kompleks pemukiman tempat tinggal mereka. Suasana perjalanan diambil alih oleh keheningan. Baik Ran maunpun Zara tak mampu berkata apapun setelah kejadian tadi.
'Ciuman kedua, orang yang berbeda. Aku merasa hampir gila!' cetus Zara dalam hati.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Miftahul Jannah
OMG🤣
2021-06-22
1