Zara menutup laptopnya yang sedari tadi terbuka kemudian beranjak menuju kamar Ran dengan perasaan yang sudah sedikit tenang. Lelaki bermata sipit itu membuka pintu lalu mempersilahkan Zara masuk ke dalam kamarnya setelah gadis itu mengutarakan keinginannya untuk berbicara padanya.
Zara duduk di sofa bersama Ran dengan posisi berdampingan namun saling menatap. Zara hendak berbicara tapi seketika ia merasa gugup sebab baru pertama kali ini ia mengajak lelaki itu berbicara dengan situasi yang sudah damai. Tapi ia menepis perasaan gugupnya kemudian memberanikan diri untuk memulai.
"Aku minta maaf atas perkataanku tadi, ku rasa itu sangat tidak sopan." ucap Zara sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak masalah, aku yakin kau seperti itu karena sikapku." balas Ran lalu tersenyum.
"Aku tak ingin membuatmu repot, jadi aku berpikir bagaimana jika kau beritahu apa kewajibanku agar kita bisa sama-sama saling membantu." ucap Zara mencoba berdamai.
"Kewajibanmu hanyalah menuruti semua perintahku karena aku yang bertanggung jawab atas dirimu."
"Baiklah, aku akan mencoba menuruti semua perintahmu." ucap Zara hendak mengakhiri. Namun sesuatu terlintas di kepalanya yang membuatnya kembali bersuara.
"Apa aku boleh meminta bantuanmu?"
"Tentu, kenapa tidak." Ran menaikkan bahunya.
"Kau tahu aku akan melaksanakan ujian akhir beberapa waktu lagi, maka dari itu aku memintamu untuk membantuku belajar prifat di malam hari setelah kau pulang bekerja." Zara mengutarakan permintaannya.
"Baiklah tidak masalah." jawab Ran menerima.
"Apa itu tidak merepotkanmu?" tanya Zara memastikan.
"Tidak Zara. Justru itu adalah kewajibanku, dan kapan lagi aku bisa berbagi waktu denganmu jika bukan saat itu. Kau juga punya hak untuk meminta waktu padaku, apalagi ini menyangkut pendidikanmu." ucap Ran meyakinkan Zara.
Zara menganggukkan kepalanya pertada ia paham, lalu situasi mendadak hening. Ia pun merasa lega dengan keadaan sekarang ini, kekesalannya pada Ran kini berubah menjadi kepercayaan dan rasa sayang. Ia berharap Ran bisa menjadi penanggung jawab yang baik bagi hidupnya.
"Apa kau ingin jalan-jalan?" tanya Ran memecah keheningan.
Zara menimbang sejenak ajakan Ran, sebenarnya ada beberapa hal yang harus ia kerjakan hari ini salah satunya adalah menonton film kesukaannya, namun ia juga berpikir bahwa ini adalah pertama kalinya ia pergi bersama Ran dan juga ini adalah moment yang sangat langka. Akhirnya ia memutuskan untuk mengindahkan ajakan Ran walaupun harus mengorbankan waktunya untuk tidak menonton.
"Yah tentu." jawab Zara singkat sambil menampakkan senyum yang dihiasi lesung pipi di kedua sisi pipinya.
"Pergilah bersiap, kita akan segera berangkat." ujar Ran.
"Baiklah. Tunggu aku dalam lima menit." ucap Zara sambil bangkit lalu pergi manuju kamarnya.
Lima menit kemudian mereka sudah berada di teras, Ran berjalan menuju mobilnya sedangkan Zara duduk di kursi sedang memakai sepatunya. Setelah selesai memasang sepatu ia bangkit lalu mengunci pintu rumah kemudian masuk ke mobil dengan Ran yang sudah duduk di balik kemudi.
Mereka melesat menuju ke sebuah pusat perbelanjaan yang terkenal di kota itu. Perlahan Ran berjalan memasuki pusat perbelanjaan dengan diikuti Zara di belakangnya. Karena merasa aneh melihat Zara berjalan di belakangnya Ran langsung menarik tangan gadis itu agar berjalan sejajar dengannya.
"Ah Hei, apa yang.." ucap Zara terpotong karena terlanjur paham setelah mereka berjalan dengan sejajar.
"Aku hanya tidak ingin kau berjalan di belakang, kau tahu itu rasanya aneh sekali bagiku." Ran menjekaskan alasannya yang membuat Zara semakin paham.
Ran menatap lurus kedepan sambil berjalan memegangi tangan Zara. Sedangkan Zara melepaskan pandangannya ke sekitar karena ingin melihat-lihat. Setelah sampai di lantai dua Ran langsung mengarahkan langkahnya ke bioskop, Zara yang menyadari hal itu sontak berteriak kegirangan dalam hati.
'Haaa Ya Tuhan, Dia mau menonton film.' celetuk Zara dalam hati.
Ran kemudian berhenti di tempat pembelian tiket, Zara menengok tiket yang dibeli Ran dan ternyata lelaki itu membeli tiket untuk menonton drama Jepang terbaru. Sekali lagi Zara berteriak kegirangan dalam hati.
Kemudian Ran mengajaknya untuk duduk sejenak di salah satu sisi pusat perbelanjaan karna film yang akan mereka tonton setengah jam lagi baru akan ditayangkan. Mereka menunggu sambil menjamah cemilan yang telah dibeli oleh Ran. Zara menatap dengan tatapan berbinar ke arah tiket yang dipegangnya.
'Aku tak menyangka bisa menonton film ini, aah aku sudah menantikannya sejak diumumkan keluar. Senangnyaaaa..' Gumamnya dalam hati.
Setelah tiga puluh menit kemudian mereka pun sudah berada di tempat duduk bioskop tepatnya di kursi barisan tengah paling kiri dan mentok oleh tembok. Ran menyuruh Zara duduk di sisi bagian yang ada temboknya. Namun Zara memprotes.
"Kenapa aku disini?"
"Apa kau mau pria disampingku menjamahmu? Ini bioskop Zara, orang biasanya datang hanya untuk berbuat jahat." Ran menjelaskan.
Akhirnya Zara paham dan menerima keputusan Ran, ia pun duduk dengan perasaan tenang karna Ran melindunginya dari mara bahaya. Tak lama Film pun dimulai, Zara mulai tegang karna ini adalah pertama kalinya ia menonton film Jepang di bioskop sebab biasanya ia menonton di laptop setelah di download dari internet itupun ia bisa menonton filmnya setelah dua tahun dari waktu keluarnya.
Di tengah berjalannya film, ada sebuah adegan dewasa yang menurut Ran Zara belum boleh melihatnya. Dengan cepat Ran menutup mata Zara dengan tangannya, Zara tersentak. Kemudian Ran berbisik.
"Jangan dilihat, itu tidak baik."
"Bukannya aku sudah besar?" tanya Zara merasa dirinya sudah pantas.
"Tidak Zara. Aku tidak akan membiarkanmu melihatnya sebelum waktunya tiba." jawab Ran yang tetap menutup mata Zara.
"Bagaimana denganmu?" tanya Zara lagi yang berusaha membuat Ran bersalah.
"Apa kau tak merasakan hembusan nafasku yang menerpa keningmu?" Ran balik bertanya karna ketidak sadaran Zara akan posisi mereka.
"Ah apa?"
Awalnya Zara tak paham maksud dari pertanyaan Ran namun akhirnya ia menyadari ketika ia merasakan hembusan nafas Ran yang membelai keningnya.
'Apakah dia sedang.. Oh tidak, posisi macam apa ini. Rasanya jantungku ingin copot. Ayolah Ran berhenti melakukan ini.' Ucapnya dalam hati.
Setelah adegan dewasa selesai Ran mengembalikan posisi duduknya sambil melepaskan tangannya dari mata Zara. Zara kembali melihat ke arah layar, ia mencoba untuk kembali fokus pada film.
Namun tangan Ran yang menindih tangannya di pegangan kursi membuat jantungnya tak bisa berhenti berdetak kencang. Seketika ia merasa dilema, sebenarnya ia ingin menarik tangannya namun ia tidak enak pada Ran. Tapi jika tidak di tarik maka debaran jantungnya yang kencang tak akan berhenti karna ia merasa nyaman.
Ran tentu merasakan tangan Zara berada di bawah tangannya namun karna ia juga merasa nyaman ketika bersentuhan dengan Zara maka ia tak ingin menyingkirkan tangannya dari Zara. Dalam waktu yang singkat, tangan yang tadinya hanya mematung kini sudah saling terjalin.
Entah siapa yang memulai, mereka sama-sama tak sadar karna telah tenggelam dalam keasikan menonton film dihadapan mereka. Tak lama kemudian Zara yang masih dalam mode belum sadar langsung menyandarkan kepalanya di bahu Ran karna melihat adegan romantis sekaligus menyedihkan di layar bioskop. Ran menyadarinya tetapi membiarkannya.
Setengah jam berlalu akhirnya film pun selesai. Satu persatu para penonton meninggalkan kursi, namun tidak dengan Ran dan Zara. Ran memilih untuk tetap di tempatnya menunggu semuanya keluar agar jalan mereka tidak terhalangi. Sementara menunggu, Zara bersandar di kursinya karna sudah merasa kelelahan.
Setelah kurang lebih tiga menit, bioskop pun telah kosong melompong hanya sisa mereka berdua dan seorang pegawai bioskop yang sedang mengecek ruangan. Ran pun mengajak Zara keluar dari ruangan tersebut untuk pulang.
Di perjalanan tak satupun dari mereka bersuara, Zara memilih untuk diam karna ia merasa malu setelah mengingat kejadian di bioskop tadi saat adegan dewasa muncul. Ia tak habis pikir dengan gaya Ran yang berbalik ke arahnya. Namun pikirannya dibuyarkan oleh suara tanya Ran.
"Ada apa denganmu?"
"Ah tidak. Memangnya aku terlihat bagaimana?" Zara balik bertanya.
"Apa kau kurang senang?" Ran juga balik bertanya.
"Ah maafkan aku membuatmu merasa aku tak senang. Tapi sebenarnya aku sangat senang." Jawab Zara yang terasa tidak masuk akal. Namun Ran mengerti. Akhirnya ia tak meneruskan pembicaraan karna mereka sudah sampai di rumah.
Zara buru-buru turun karna masih merasa malu-malu, Ran menyadari sikap Zara dan membuatnya tersenyum.
'Aku menyukai senyum dan tingkah lakunya, sepertinya aku memang benar-benar menyukai gadis itu.' gumamnya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya.
.
.
.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments