Besoknya Intan benar benar mulai bekerja,dia di antar kembali oleh Dendi dan sang kakak berpesan untuk terus mengabarinya,karena hari ini mobil akan berpindah tangan dan setelah jam kerja Gia berakhir Dendi akan menjemputnya dan mengajaknya membeli motor.
"semangat ya de..."
"kakak juga ya... Semangat ka..."
di tempat Intan bekerja dia sama sekali tidak melihat sang sepupu,padahal dilubuk hati yang paling dalam dia sangat ingin berbincang denga sepupunya itu,dia tahu apa yang telah di lakukan keluarganya tidak akan bisa dimaafkan,namun tidak ada salahnya jika dia ingin meminta maaf secara langsung.
Semenjak Intan bergabung dengan Yuli,Gia belum saman sekali menginjakkan kakinya di kedai,dia hanya memonitor dari ponsel melalui Yuli yang benar benar dia percaya,sampai akhirnya hari ini dia kembali menginjakkan lagi kakinya di sana,itu pun setelah Yuli menelpon dirinya dengan nada khawatir memintanya datang.
"ada apa mba?"
"ka maaf ya... Kakak lagi sibuk banget ya?"
"ga kok aman... Ada apa?" Gia penasaran dengan kecemasan dari wajah Yuli.
"itu mba... Orang yang di meja sana" ucap nya sambil menunjuk, "dari pagi nanyain kakak terus,kita udah bilang kalau kakak lagi ada urusan lain,tapi dia ngotot nunggu."
"mau apa katanya?"
"ga ada yang berani tanya ka... Soalnya ganggu banget."
"coba ya,aku tanya dulu baik baik kalau emang terlalu ganggu aku kasih kode,nanti kamu hub pak buntoro." ucap Gia tidak ingin customer lain ikut terganggu,selain itu dia bisa melihat dari ekor matanya,Intan ingin menghampirinya.
"halo mas.."
"eh.. Mba Gia akhirnya dateng juga,saya nunggu mba dari pagi lho.... Biasa saya liat di sebelah,yang tempat online tapi hari ini malah ga liat sama sekali"
"hehehe iya nih mas,kebetulan ada proyek baru" Gia tetap ramah sambil tersenyum.
"MasyaAllah.... Saya sehari gak liat senyum mba Gia,kaya waktu berjalan dengan lambat mba,kaya siang tanpa matahar...."
Bbrruukk....
belum selesai orang tersebut bicara tahu tahu ada suara orang jatuh cukup keras membuat semua orang menoleh ke asal suara,ternyata Intan jatuh pingsan.
"siapa sih tuh ganggu gw mau nembak aja....."
"saya ke sana ya" ucap Gia masih ramah.
Gia meminta membawa beberapa laki laki untuk mengendong Intan ke ruangannya,Yuli menyusul setelah memohon maaf pada pelangan lain yang juga terganggu.
Setelah semua orang keluar Gia mencoba menghubungi Rayen yang sudah beberapa waktu ini tidak dia hubungi.
*ya??* tanpa halo atau basa basi apapun.
*om..aku ganggu kah??*
*gak gak... Ada apa?*
*om ada kenalan dokter yang bisa dipanggil ke kedai?"
*hah?* terdengar nada khawatir,namun dia berusaha tenang, *ada ada... Kenapa?* Rayen berusaha tenang dengan caranya.
*aku bisa minta no nya aku urgent banget*
*oke* Rayen menyerah karena tahu seperti apa tertutup sang lawan.
Setelah mendapat no itu Gia minta Yuli menghubungi dan dokter itu datang secepat mungkin apalagi sahabatnya Rayen sempat menelpon dan mengatakan kalau orang penting dalam hidupnya akan meneleponnya.
"halo selamat siang... Saya dengan dokter bayu"
"siang dok... Mari saya antar"
Sampai di ruangan Gia dokter Bayu langsung memeriksa orang yang terbaring dan yang dia pikir orang yang di bilang sangat berarti,setelah lima belas menit bolak balik periksa,akhirnya dokter Bayu bertanya.
"siapa penanggung jawab nya?"
"saya" Gia dengan tegas.
"anda dengan siapa?"
"saya bos nya,pemilik tempat ini"
"baiklah... Begini ka... " dokter tersebut sempat melirik Yuli tak jauh dari mereka.
",tidak masalah,dia tangan kanan saya"
lega mendengar itu membuat dokter bayu menjelaskan keadaan pasien yang kelelahan dan dokter bayu merasa ada yang lain,seperti ada terdengar detak lain namun samar,pasien harus di bawa ke dokter obgyn.
"obgyn?" Gia heran.
"maksud dokter dia hamil?" kali ini Yuli bereaksi
Dokter hanya menganggukkan kepalanya lalu memberikan beberapa resep vitmin dan tetap menyarankan ke dokter kandungan,dokter Bayu pergi sambil berusaha menghubungi Rayen sahabatnya.
*bro.... apa kau menikah tidak memberi tahu ku?*
*apa maksudmu? Aku belum menikah!*
*WTF... Jadi kau menghamili nya?*
*what? Hamil? Dia hamil?*
*ya... Selamat bro!" ucapnya dan langsung di tutup.
Gia meminta Yuli menghubungi kerabat dekatnya karena intan tidak sadarkan diri juga dan Yuli berhasil menghubungi Dendi,sepupu Gia yang lain,tidak sampai 30 menit dia sampai dan dia terlihat cukup terkejut melihat sepupunya yang hadir juga di ruangan tersebut.
Yuli menjelaskan kronologi hingga diagnosa dokter yang membuat Dendi lansung tidak sanggup berdiri,dia berlutut disamping adiknya dia bingung harus berbuat apa.
'Tuhan,cepat sekali karma Mu ini terjadi... aku yang gagal merawatnya Tuhan... kenapa tidak turunkan karma ini untuk ku saja!' ucap Dendi dalam hati.
"ka maaf,mungkin ada baiknya Intan di bawa pulang dulu" Yuli melihat bos nya yang sudah pucat.
"apa boleh saya tunggu ade saya bangun? karena saya pake motor,takutnya malah jatuh"
Yuli sempat menoleh ke arah Gia sebelum akhirnya dia mengangguk,namun tanpa melihat bos nya dia keluar dari ruangan itu untuk mengambil minum untuk kakak rekan kerjanya.
"apa kabar?" Dendi bertanya pada sepupunya,namun Gia tak menjawab badannya semakin dingin dan membeku di tempat,Dendi menghampiri dengan maksud ingin minta maaf, dengan cepat Gia berdiri.
"tetap di tempat mu..."
"aku hanya ingin minta maaf!"
"tetaplah disana dan jangan mendekat"
"aku minta maaf untuk semua nya!" dia mendekat membuat tubuh Gia bergetar hebat dan hingga akhir nya Gia pingsan bertepatan dengan Yuli masuk.
"ka.." Yuli berlari
Dendi menangkap tubuh sepupunya agar tidak menyentuh lantai,Yuli dengan cepat membantu membaringkan Gia di kursi satu nya lagi.
*halo...iya pak! ka Gia nya pingsan* Yuli menjawab telpon Gia yang berbunyi.
*kok bisa?*
*ga tahu pak! dari pagi memang sudah pucat*
*oke saya ke sana! jaga dia baik baik!*
*baik pak*
tak lama Intan bangun dan terkejut dengan keberadaan kakak nya dan sepupunya yang tergeletak begitu saja,dia sempat bertanya tentang sepupunya, Yuli menjawab kalau Gia baik baik saja hanya mungkin terlalu lelah saja. Yuli juga meminta mereka berdua pulang agar Intan bisa istirahat dan Dendi bisa bicarakan tentang itu semua pada Intan.
"aku nunggu ka Gia saja"
"kamu pulang aja tan,kamu harus istirahat total kata dokter!"
"tapi mba,ka Gia gimana?"
"gak apa apa, ada saya kok ! Lagi pula pak Devan mau datang"
"om Devan..." guman Dendi. "oke kalau gitu kita pulang saja! terima kasih atas semuanya"
"sama sama... Intan kamu besok tidak usah datang dulu..."
"hah? saya di pecat mba?" Intan terkejut dan langsung menoleh arah sang kakak, "kakak abis apain ka Gia? jawab ka!"Intan memukuli Dendi.
"ini tidak ada hubungannya dengan ka Gia" Yuli menengahi
Dendi menggeret adik nya pulang karena dia tidak ingin berdebat disana,terlebih om nya akan datang,mereka pasti akan tertawa dengan keadaan saat ini.
"ka... ka tunggu ka...mba Yuli aku masih mau kerja mba..." Intan berusaha bicara namun Dendi membawanya.
*****
Devan langsung menuju kedai saat tiba Jakarta,dengan wajah khawatir dia memasuki ruangan itu,namun Gia telah bangun dan dia juga terkejut Devan di sana.
"are you okay?" tanyanya lembut.
"I'm good... what are you doing here?"
"kamu kenapa pingsan?" tanya Devan yang membuat Gia menoleh ke arah Yuli.
"itu ka,tadi mas Devan telpon jadi Yuli angkat!"
"kamu itu...bikin orang khawatir,mba Yuli kan tahu mereka jauh! kalau hal kecil gini jangan bilang sama mereka! paham ya mba...? kecuali aku mati tuh,baru deh..." kata kata itu langsung membuat Deva reflek memukul mulut ponakan dari sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments