Hari berganti tanpa terasa, Raka masih berada di Italia. Sementara Raya beraktivitas seperti biasanya.
Menjelang acara amal, semua siswa mulai sibuk dengan persiapannya. Masing-masing kelas ekstrakulikuler sibuk menyiapkan apa yang akan mereka tampilkan.
Acara amal ini diadakan dengan tujuan agar siswa dapat berbagi dengan sesama, maka dari itu seluruh kebutuhan dan persiapan acara tersebut diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Para guru hanya bertugas mendampingi, tanpa bisa mengintervensi acara tersebut. Hal ini dilakukan untuk melatih siswa bekerja sama dalam sebuah tim.
Acara amal ini diadakan seharian penuh, disiang hari siswa akan sibuk mencari dan mengumpulkan sumber dana yang akan mereka sumbangkan. Sedangkan di malam hari mereka akan berkumpul bersama menikmati acara penutupan dengan berbagai acara yang menghibur. Biasanya bagian kelas menari dan drama lah yang mengisi acara penutupan ini. Mereka akan membentuk panggung konser mini untuk menghibur siswa yang hadir di penutupan acara amal.
Kelas memasak seperti tahun-tahun yang lalu, akan menjajakan masakannya untuk dijual kepada semua orang yang hadir.
" Praaaang!"
Terdengar beberapa piring yang pecah di ruang memasak. Anastasia lah pelakunya, dia sengaja menyenggol piring-piring masakan yang sudah Raya buat sebagai contoh untuk masakan yang akan ia jual nanti.
" Apa kau tak punya mata, Anastasia?!" tanya Raya sinis melihat kearah Anastasia yang berdiri pura pura tidak tahu.
" Ops! Sorry Raya, aku tak sengaja" ucapnya setengah mencemooh masakan Raya yang sudah berserakan bercampur pecahan piring di lantai.
Raya menghela nafasnya panjang, dia terlalu lelah untuk meladeni tingkah Ana.
" Jika kau hanya ingin mengacau, lebih baik kau keluar Ana." pinta Raya
" Kenapa tidak kau saja yang keluar? Aku muak melihatmu! " Ana tidak bisa menutupi kebenciannya kepada Raya.
Sekali lagi Raya menghela nafas panjangnya.
" Masakan apa yang kau buat?" Raya berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia berjalan menuju meja Ana, seketika Ana langsung mengejar Raya dan menarik lengannya kasar, namun sayang Raya sudah melihat apa yang ada di meja Ana.
Seketika Raya tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. Raya tertawa sambil sesekali melirik meja Ana dan wajah Ana bergantian.
Ana geram melihat itu. Dengan kasar dia melangkah menghampiri meja masaknya, kemudian dia membuang apa yang ada di meja itu ke dalam tong sampah yang ada tak jauh dari meja masaknya.
Setelah membuang masakannya, dia kembali menatap Raya tajam. Bara api seolah menyala di kedua bola matanya. Raya tidak peduli, dia terus saja menertawakan masakan Ana.
Masakan yang Ana buang itu adalah toast bread yang gosong. Ana berencana membuat toast bread untuk dia jual, karna mudah untuk dibuat. Namun ternyata, untuk makanan yang mudah dibuat pun dia gagal melakukannya. Toast bread nya gosong, isiannya berhamburan keluar. Alhasil toast bread buatan Ana berakhir di tong sampah.
" Ana Ana, untuk masakan yang mudah saja, kau masih saja gagal." ujar Raya tak tahan untuk tidak meledek Ana.
Anastasia yang semula angkuh, mendadak diam tak berkutik. Hanya sorot matanya saja yang menatap tajam Raya seolah memancarkan kebencian akan apa yang Raya ucapkan. Dia benar-benar dipermalukan oleh perbuatannya sendiri.
" Diam kau! Masakanmu pun belum tentu laku terjual nanti." cemooh Ana
" Kau pikir, siapa yang sudi memakan masakan rakyat jelata sepertimu." Lanjut Ana sambil mencebik makanan yang Raya buat.
Makanan yang Raya buat, memang makanan tradisional dari kota asalnya Bandung. Itu adalah colenak dan batagor.
Colenak sendiri terbuat dari singkong fermentasi yang dibakar lalu disajikan dengan parutan kelapa yang dicampur dalam larutan gula jawa. Rasanya manis dan gurih. Sedangkan batagor, camilan yang terdiri dari baso, tahu dan pangsit yang digoreng kemudian disiram dengan bumbu kacang. Kedua-duanya adalah camilan favorit Raya.
" Aku rasa tidak masalah jika makananku tak laku, toh akan tetap berakhir di dalam perutku. Daripada makanan buatanmu, harus berakhir ditempat sampah sebelum terjual." Balas Raya tersenyum puas
Ana geram melihat Raya, tempo hari dia kalah dari Raya, sekarang dia tidak ingin kalah. Dijambaknya rambut panjang Raya seketika, Raya mengaduh sambil memegangi tangan Ana yang berada di kepalanya.
" Kau.. Dasar orang miskin! Tempatmu itu bukan disini." Ana merancau sambil terus berusaha menarik rambut Raya.
Raya tak tinggal diam, tangannya berusaha menggapai rambut Ana. Dia tarik sekuat tenaga hingga Ana menjerit merasakan sakit dikepalanya.
" Kau pikir sekolah hanya untuk orang kaya saja, hah?!" balas Raya sambil menarik Ana ketengah ruangan. Beberapa alat masak sudah berserakan dibawah lantai terkena senggolan dari Ana dan Raya ketika sedang saling menjambak.
" Aaarrgghh.. " Ana berteriak menahan sakit ketika Raya dengan kerasnya menginjak kaki Ana.
Ana berusaha untuk membalas dengan mencoba mencakar wajah Raya, satu cakaran berhasil mendarat di pipi Raya. Raya meringis merasakan perih di pipinya. Dia menarik baju Ana hingga sobek di sekitar dadanya, Ana membelalakan matanya ketika melihat dadanya mulai terekspos karna tarikan tangan Raya. Dia menjadi lengah, karna dada terbukanya. Hal itu dimanfaatkan Raya untuk menarik rambut Ana ke bawah, hingga kepalanya tersungkur dilantai.
" Kurang ajar!!" pekik Ana mencoba bangkit. Namun sebelum dia akan menyerang Raya kembali, tiba-tiba pak Mamat datang dan langsung melerai mereka.
Saat itu ternyata dapur tempat Ana dan Raya berkelahi, sudah penuh dengan siswa-siswa lain. Mereka sibuk melihat dan berbisik mencari tahu penyebab perkelahian Ana dan Raya. Beberapa siswa bahkan memvideokan adegan Raya ketika merobek baju Ana.
" Sudah-sudah, kalian berhenti atau bapak skors kalian agar tidak ikut acara ini?!" ucap pak Mamat yang berada ditengah-tengah mereka.
" Raya!" Berlian berlari menghampiri Raya, dia kaget melihat pipi Raya yang memerah dan terdapat bekas cakaran. Rambutnya pun sudah tidak berbentuk lagi.
" Kau tidak apa-apa?" ucap Berlian, khawatir melihat kondisi Raya.
" Aku tak apa-apa" Raya menjawab tanpa memutus tatapannya pada Ana yang berdiri tak jauh darinya.
Sementara Ana sedang sibuk memperbaiki bajunya yang robek dibantu oleh kedua temannya yang sedari tadi takut untuk mendekat, bahkan ketika perkelahian itu terjadi mereka berdua hanya bisa terdiam ngeri melihat Raya dan Ana saling menjambak.
Meskipun sudah dilerai, pandangan Raya dan Ana masih menunjukan sikap permusuhan yang sangat jelas. Mereka saling memandang dengan tajam.
" Ayo, kita obati dulu lukamu." ajak Berlian sambil menarik lengan Raya melangkah keluar kelas memasak.
" Liat saja, kau tidak akan berhasil Raya. Aku pastikan tidak akan ada yang mau membeli makananmu besok!" gumam Ana dalam hati.
Senyum licik mulai terukir di bibirnya ketika ia memandang kepergian Raya dan Berlian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Iiq Rahmawaty
bar bar juga ya raya😅
2022-01-12
0
Rosmawati Intan
bgus Raya jgn mau di pijak walau tak.berhatta..jgn mau di hina hanya keran.kekurangan yg kit miliki..hidup bukn untuk di hina..
2021-07-28
0
Fitria Ria
jd keinget pas di sekolah dulu aq juga sering berantem tp bukan adu jambak tp adu pukul😅 jd gregetan sendiri baca nya karna aq juga pernah ngerasain berantem kegitu😥
2021-04-24
0