Matahari masih terasa menyilaukan saat itu, waktu sudah menunjukan pukul 14.30, itu menandakan jam pelajaran akan berakhir. Dan ya, tak lama terdengar bel berbunyi nyaring masuk kesetiap pendengaran para siswa. Waktu pulang telah tiba.
Raya dengan senyuman merekah berusaha untuk segera merapikan segala peralatan tulisnya. Dia masih terlalu senang dengan kabar bahwa ia bisa membawa ibunya berobat. Sudah lama sekali dia ingin membawa ibunya untuk berobat, dia merasa begitu sedih jika mendapati ibunya sedang bersusah parah menahan nyeri di dadanya, ditambah dengan sesak nafas yang menyakitkan. Tidak ada yang bisa dia perbuat ketika rasa sakit itu muncul tiba-tiba. Namun kini, setelah kesepakatan menjijikan itu dibuat, akhirnya dia bisa membawa ibunya untuk berobat. Setidaknya, jika penyakitnya kambuh, dia sudah bisa memberikannya obat. Sehingga rasa nyeri itu tidak akan terlalu menyakitkan.
" Ya, ada apa denganmu? " tanya Berlian yang memperhatikan wajah Raya yang tersenyum
" Oh.. Tidak ada apa-apa Lian" jawab Raya sambil siap siap untuk berdiri
" Raya kau tahu tidak.. "
" Tidak" potong Raya sebelum Berlian melanjutkan perkataannya.
" Aish, aku belum melanjutkan yang aku ingin katakan Rayaaa" sambung Berlian sambil mendengus sebal
" Hehehe.. Becanda Lian" ucap Raya sambil mengajak Berlian untuk keluar kelas
" Memang apa yang ingin kau katakan? " tanga Raya kemudian
" Hari ini kau selalu membuatku bertanya-tanya, ada apa denganmu, raut wajahmu cepat sekali berubah. Tadi pagi kau seperti orang bingung, tadi siang saat ingin makan kau malah pergi entah kemana, lalu tadi selama jam belajar sampai saat ini, wajahmu tanpa cerah seperti orang yang baru menang lotre" Berlian menjelaskan panjang lebar pada Raya. " Sebenarnya kau kenapa? Apa ada cerita yang aku lewatkan hari ini? Tanyanya kemudian menatap Raya menyelidik.
Raya tentu tahu arah pembicaraan Berlian, memang sedari tadi pagi sampai jam pelajaran telah usai, sudah banyak hal yang terjadi pada Raya.
Tidak. Lebih tepatnya sejak kedatangan pak Raka, banyak hal yang terjadi pada Raya. Namun dia tidak bisa menceritakannya pada siapapun. Sekalipun itu adalah Berlian, sahabatnya. Bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa dia dan pak Raka saling mengenal, terlebih saat ini dia terjerat dalam kesepakatan menjijikan dengan guru itu.
Alhasil Raya hanya cengengesan menjawab semua perkataan Berlian. Hal itu membuat Berlian gemas, dia mencubit kecil lengan Raya.
" Kita sudah berjanji untuk saling terbuka dan saling melindungi bersama, awas saja jika aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku" ancam Berlian sambil menatap tajam Raya.
" Jika waktunya sudah tepat, aku pasti akan menceritakan semuanya padamu. Kau tenang saja, lagi pun temanku hanya kau satu satunya, jadi kaulah yang pasti akan tahu apapun itu tentangku" ucap Raya sambil menggandeng lengan Berlian untuk segera melangkah ke pintu sekolah.
" Raya, berarti benarkan?! Ada yang sedang kau rahasiakan" tanyanya sambil menghentikan langkah sejenak. Ditatapnya Raya lekat, kemudian dengan menyimpan rasa kesal pada tingkah temannya ini. Berlian melanjutkan kembali langkahnya.
" Terserah lah, kau mau memberitahuku atau tidak. Aku tidak perduli" Berlian merajuk
" Ibuku akan berobat sore ini" ucap Raya yang diikuti oleh tatapan takjub Berlian.
" Benarkah? Bagaimana bisa? Kau mendapatkan uang dari mana? Maaf Raya, tapi kau tahu kan maksudku itu.." Berlian gugup ketika menyadari sendiri perkataannya.
" Iya, aku mengerti, tenang saja"
" Lalu bagaimana bisa Ya"
" Nanti akan aku ceritakan padamu bagaimana ibuku bisa mendapatkan pengobatan. Tapi tidak sekarang, karna aku harus segera pulang untuk membawa ibu ke rumah sakit" ucap Raya
" Baiklah, aku mengerti" ujar Berlian sedikit kecewa. " Segeralah kau pulang Raya, nanti kita lanjutkan lagi cerita ini. Kau berhutang cerita padaku yah" sambungnya yang langsung mendapat anggukan kecil dari Raya.
***
Setelah pembicaraan yang cukup panjang dengan ibunya di rumah, Raya bergegas membawa ibunya ke rumah sakit. Ibu Raya tadinya tidak yakin dengan apa yang diucapkan Raya. Raya mengatakan dia mengajukan bantuan sosial untuk warga tidak mampu agar dapat berobat kepada ibunya, dan bantuan sosial itu sudah bisa segera dipakai. Semula ibunya tidak percaya, karna setahu ibunya, Raya tidak pernah sekalipun terlihat sedang mengurusi berkas berkas permohonan untuk bantuan berobat. Namun setelah beberapa kali diyakinkan, akhirnya Raya berhasil membuat ibunya percaya dan ikut untuk pergi ke rumah sakit.
Raya dan ibunya berjalan memasuki rumah sakit, mereka langsung melangkahkan kakinya kepada salah satu resepsionis yang bertugas disana.
Rumah sakit ini termasuk rumah sakit besar terbaik di Indonesia, hal itu terlihat dari besarnya bangunan rumah sakit dengan interior indah yang dapat memanjakan mata siapapun yang datang.
Bukan hanya dari segi bangunan atau interiornya saja yang indah. Rumah sakit ini juga memiliki lebih dari 100 dokter mumpuni dan ahli bedah lulusan terbaik dari penjuru negeri, hal inilah yang kemudian menjadikan rumah sakit ini termasuk rumah sakit yang banyak sekali di datangi. Apalagi rumah sakit ini juga menyediakan layanan bantuan kesehatan bagi warga tak mampu, maka dari itu setiap hari rumah sakit swasta ini selalu ramai oleh orang-orang dari berbagai kelas sosial. Ini adalah hal yang patut ditiru oleh rumah sakit lainnya.
" Ada yang bisa saya bantu? " tanya resepsionis tersebut melihat kebingungan Raya serta ibunya.
Sejenak Raya bingung perihal bagaimana ia harus menyampaikan bahwa ia ingin mengobati penyakit ibunya, karna memang Raka lah yang memintanya datang ke rumah sakit ini, tanpa memberi tahu prosedur apa yang harus Raya lakukan.
" Ibu saya ingin berobat ke spesialis jantung" ucap Raya ragu sambil menatap kearah resepsionis itu
" Baik, atas nama siapa? " tanya resepsionis itu lagi sambil mulai mengetik di layar komputernya.
" Tania Sandjaya"
Resepsionis itu mulai mengetikkan nama ibu Raya.
" Ibu Tania Sandjaya, dengan walinya Raya Talita Zarra, bukan? " tanya resepsionis itu memastikan.
" iya betul"
" Nona Raya bisa langsung masuk ke ruang dokter spesialis di lorong kedua dari arah kanan ini. Disana sudah ada dokter yang menunggu" ujar resepsionis menjelaskan pada Raya sambil menunjuk lorong yang dimaksud.
" Ah, baiklah..terima kasih" ucap Raya sambil tersenyum ramah, lalu berbalik menghampiri ibunya.
" Ayo bu" ajak Raya pada ibunya yang sedari tadi berdiri dibelakang Raya
Melewati lorong rumah sakit, Raya dan ibunya disuguhi berbagai macam poster kesehatan di dinding kiri dan kanan lorong. Hingga tiba di satu ruangan yang diyakini Raya sebagai tempat dokter jantung itu berada. Jika biasanya aroma obat-obatan menyengat di sepanjang lorong rumah sakit kebanyakan, berbeda dengan di rumah sakit ini. Lorong yang rapi, bersih dan juga wangi terasa nyaman bagi siapapun yang datang untuk berobat disini. Tidak salah jika rumah sakit ini digadang gadang menjadi salah satu rumah sakit bertaraf internasional.
" Permisi" ucap Raya sambil mengetuk pintu ruangan yang sedikit terbuka.
" Ya, silahkan masuk nona Raya"
Dokter lelaki berusia paruh baya dengan ramah mempersilahkan Raya untuk masuk. Dokter yang biasa dipanggil Dokter Gunawan itu sudah diintruksikan sebelumnya oleh asisten Raka untuk melakukan pemeriksaan pada ibu Raya.
Raya dan ibunya memasuki ruangan pemeriksaan yang ternyata disana sudah ada satu perawat sebagai asisten dari dokter gunawan sendiri.
" Silahkan duduk nona." dokter tersebut mempersilahkan Raya dan ibunya untuk duduk dikursi yang telah disediakan, Raya dan ibunya pun mengikuti.
" Saya sudah diberi perintah oleh tuan Raka melalui asistennya untuk melakukan pemeriksaan. Jadi bagaimana jika kita langsung periksa saja ibu nona. " ucap dokter Gunawan
" iya dok." Raya hanya bisa mengatakan itu sambil mempersilahkan ibunya untuk diperiksa.
Ibunya Raya menceritakan kepada dokter Gunawan bahwa dadanya sering mengalami nyeri, kemudian nafasnya pun sering sesak ketika ia merasa kecapean. Sekitar 3 tahun yang lalu ibu Raya memeriksakan sakitnya ini di rumah sakit Bandung. Namun karna ketiadaan biaya pengobatan membuat ibu Raya tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Terlebih lagi saat itu, mereka harus pindah ke ibukota karna Raya mendapat beasiswa sekolah disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Rosmawati Intan
demi ibu..apa pun untuk nya
2021-07-28
0
Nailil Ilma
ayo Thor tetep semangat!!
Salam dari Cinta Anak Pesantren
2021-07-08
0
kirana
upppppp👈✌️✌️
2021-06-03
6