Raya berlari tergesa-gesa meninggalkan kelasnya yang mulai kosong karna bel pulang sudah berbunyi.
"Raya! Tunggu.. "teriak berlian.
Berlian sebenarnya ingin bicara dengan Raya, dia tahu betul bahwa pasti ada yang sedang mengusik pikiran sahabatnya itu. Sedari pelajaran sastra tadi hingga pelajaran terakhir, Raya tampak gelisah. Dia tidak bisa diam, selalu melirik berulang kali pada jam tangannya.
" Raya! Astaga, itu orang kenapa sih dari tadi aneh begitu.. " ucap berlian kesal melihat tingkah Raya
" Raya!.." panggil berlian lagi
" Oh sorry sorry lian, aku sedang buru-buru.." jawab Raya setelah sadar sedari tadi berlian memanggilnya.
" Kenapa? Ada masalahkah?.. " tanya Berlian sambil menghampiri Raya
" Engga, aku cuma baru ingat harus antar pesanan ibuku.. " Raya berbohong.
" Kamu yakin? Kamu sadar ga, wajah kamu itu pucat daritadi. Apa kamu sakit?.. " tanya berlian sedikit khawatir
" Engga, engga apa-apa, kecapean aja mungkin.." timpal Raya " ya udh aku pulang duluan ya, sampe ketemu besok lagi.. " pamit Raya bergegas menghampiri mess pak Yadi, untuk mengambil sepedanya.
" Ya udah, hati hati Ya! " ucap berlian sedikit berteriak yang mendapat balasan acungan jempol dari Raya.
Sesampainya di mess pak Yadi, Raya segera mengambil sepedanya.
" Eh Raya cantik mau pulang ya?.. " ucap pak Yadi. "ko buru-buru amat sih... " lanjutnya lagi ketika melihat Raya seperti tak sabar melepas rantai yang melingkari sepedanya.
" Iya nih pak, ada perlu soalnya.. " balas Raya sambil terus membuka rantai
" Ya sudah, hati-hati Ya.. Salam buat ibumu.. " ucap pak Yadi sambil tersenyum
" Ya pak.. Raya pamit dulu pak.. " Raya mulai membawa sepedanya melewati gerbang sekolah untuk kemudian bergegas pulang. Hatinya tidak tenang, ingin sampai ke rumahnya.
Tanpa Raya sadari, mobil mewah berwarna hitam mengkilat sedang menunggunya dibalik pohon rindang.
" Ikuti gadis itu, bawa padaku... " perintah seorang lelaki tampan pada salah satu anak buahnya
" Baik tuan muda.. "
Raya terus saja mengayuh sepeda, sesekali ia harus berhenti di perempatan jalan, begitupun mobil yang mengikutinya. Ketika berjalan lagi, dan tiba di jalanan yang cukup sepi, tiba tiba sepeda Raya dihadang oleh 2 orang lelaki bertubuh kekar dengan pakaian hitam. Sontak Raya kaget dan menghentikan sepeda nya. Firasatnya semakin tidak enak.
" Siapa kalian?.. " tanya Raya mulai ketakutan
" Anda harus ikut dengan kami, bos kami ingin bertemu anda.." ucap salah satu lelaki itu
" Siapa bos kalian..?" tanya Raya lagi " Hei! Tunggu! Aku tidak mau ikut, lepaskan! Lepaskan aku.." Raya berontak saat kedua lelaki itu menarik tangannya dengan paksa.
Raya semakin takut ketika menyadari kedua orang itu membawa Raya ke dalam mobil hitam yang ternyata sudah terparkir tak jauh dari posisi sepeda Raya.
" Lepaskan aku.. Tolong.. Tolong.. " Raya mulai berteriak meminta pertolongan. Sontak kedua lelaki itu segera membekap mulut Raya dengan kain yang telah diberi obat bius sebelumnya. Raya mulai lunglai, kesadarannya perlahan hilang, dan tanpa bisa berontak lagi Raya di masukan kedalam mobil hitam.
" Bagus, antarkan aku ke apartemen.." ucap lelaki yang telah berhasil meraih Raya kembali dalam dekapnya. Senyuman licik tidak bisa lepas dari wajahnya ketika ia dengan tatapan tajam menyusuri wajah Raya. Memperhatikan sambil bergumam.
" Akhirnya, kau kembali dalam pelukanku... gadis kecil.."
Mobil hitam mewah itu berhenti di depan sebuah apartemen mewah di salah satu wilayah jakarta. Dengan menggendong Raya yang masih tak sadarkan diri, Raka melangkah memasuki aparatemen nya. Sedangkan kedua bodyguardnya, dengan sigap langsung berjaga di depan apartemen.
Nuansa minimalis dengan warna dominan putih menghiasi ruangan apartemen tersebut, begitu Raka memasukinya. Barang-barang mewah menghiasi dekorasi di sepanjang mata memandang.
Sebenarnya apartemen ini hanyalah salah satu dari beberapa apartemen yang Raka miliki di Indonesia, kesibukan Raka yang tinggi karna harus berkeliling indonesia mengurusi perusahaan perusahaan milik keluarganya membuat Ia harus memiliki beberapa apartemen di beberapa wilayah perusahaan nya.
Sedangkan orang tua Raka tinggal di sebuah mansion di Italia, tempat Raka dilahirkan. Memang sedari kecil, karna Raka adalah anak satu satunya di keluarganya maka dari itu ayah Raka sudah mulai melibatkan Raya dalam mengurusi perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia, inilah penyebab pertemuan pertama Raka dengan Raya.
Raka membawa Raya yang tak sadarkan diri karna obat bius ke dalam kamarnya, meletakkannya hati hati di ranjang king size nya. Perlahan Raka bangkit, kemudian mengambil posisi duduk disamping Raya. Sambil menatap wajah polos Raya, ingatan Raka berkelana kembali ke beberapa tahun silam. Saat pertama kalinya ia bertemu dan mulai menyukai Raya..
Saat itu Raka sedang mengikuti ayahnya untuk melihat perusahaan di Bandung, dan tinggal beberapa lama disana, Raka yang pada saat itu berusia 24 tahun melihat gadis kecil yang sedang sibuk dengan uang hasil penjualan kuenya di sekitaran apartemen Raka. Gadis kecil itu begitu menggemaskan di mata Raka, hingga Raka secara impulsif mencoba mendekatinya.
" Hey, siapa namamu gadis kecil..? " tanya Raka sambil sedikit membungkuk mensejajarkan diri dengan tinggi badan gadis kecil tersebut.
" Raya om.. " jawab Raya sambil tersenyum khas anak kecil pada Raka.
" Oh ayolah, jangan panggil om... Panggil saja kaka, aku belum cukup tua untuk dipanggil om.. " pinta Raka sambil mengelus kepala Raya.
" Kaka.. " ucap Raya mengikuti permintaan Raka
" Nah, itu baru bagus. Panggil aku kaka Raka.. " sambung Raka sambil menepuk halus dadanya
Raka memperhatikan wajah Raya, meskipun tampilannya biasa, Raka tahu bahwa Raya gadis yang cantik. Hidungnya mancung, bibirnya mungil, dengan bulu mata yang lentik, sudah menjadi faktor penunjang kecantikan Raya. Ditambah kulit Raya yang putih bersih, sehingga panasnya matahari membuat rona merah merambat melingkupi permukaan kulit Raya. Raka menyukainya.
Saat itu Raka belum menyadari akan sifat obsesi nya terhadap gadis kecil tersebut. Sampai setelah beberapa saat, hubungan Raka dan Raya kecil tersebut mulai dekat, karna setiap Raya berjalan melewati apartemen Raka. Raka selalu membeli barang dagangannya, sambil kemudian mencuri waktu untuk bercengkrama dengan Raya.
Hingga perkenalan itu akhirnya membawa Raka pada keberaniannya untuk mengajak Raya ke apartemen nya. Awalnya Raya menolak, karna takut ibunya akan mencarinya. Namun dengan segala bujuk rayu Raka, akhirnya Raya mau.
" Tapi sebentar saja ya ka.. " ucap Raya pada Raka yang mengajaknya masuk
" Ok. Ayo ikut kaka.. " ajak Raka
Raya pun di ajaknya untuk melihat lihat isi apartemennya, ruangan ruangan mewah dengan segala dekorasinya membuat Raya tercengang. Betapa mewahnya apartemen ini, semuanya begitu bersih dan wangi..
" Ayo sini duduk.." perintah Raka sambil menepuk sofa disebelahnya, yang disusul oleh Raya yang mulai menghampiri sofa tersebut.
Keduanya sama sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Raya lebih banyak memikirkan betapa mewahnya tempat Raka, matanya terus saja menyusuri setiap inci ruangan di apartemen itu. Sedangkan Raka, pikirannya sibuk memikirkan gejolak aneh di dadanya saat melihat setiap lekukan lekukan wajah dan tubuh Raya. Matanya menyusuri keseluruhan tubuh Raya, seperti sedang mengabsen memastikan bahwa wajah dan tubuh Raya tak memiliki cacat apapun.
Tiba-tiba hasrat kuat muncul ketika dia memperhatikan area dada Raya. Ingin rasanya ia menjamahnya, mengelus dan meremas dada kecil itu. Pikiran pikiran itu datang begitu saja. Hingga akhirnya pikiran itu terputus karna ucapan Raya.
" Kaka.. Sepertinya Raya harus pulang, Ini sudah cukup lama.. " ucap Raya mengaburkan pikiran kotor Raka.
" Ingin pulang? " tanya Raka yang dijawab anggukan oleh Raya. " oke, kaka antar ya.. " sambung Raka
" Iya"
Mereka berdiri meninggalkan sofa, menuju ke pintu depan apartemen. Namun sebelum mencapai pintu apartemen, Raka tiba tiba menahan tangan Raya. Seketika Raya menoleh dan mendapati Raka sudah membungkuk untuk mensejajarkan diri dengannya.
" Kak? Ada ap.. " Raya tidak bisa melanjutkan ucapannya karna Raka sudah membungkam bibir Raya dengan bibirnya.
Raya kaget bukan kepalang, matanya melotot melihat Raka yang terpejam sambil menciumi bibirnya.
Seketika ketakutan dirasakan oleh Raya, badannya lemas seperti tulangnya telah dilolosi. Pikirannya berkabut tak mengerti apa yang harus dilakukan.
Menyadari tubuh Raya melemas, Raka meraih belakang kepala Raya sambil menekan kearahnya, untuk memperdalam ciumannya. Raka menikmati bibir lembut Raya dengan rakus. Menggoda dengan lidahnya yang menyusuri bibir mungil Raya.
Hingga perlahan Raya tersadar dari keterkejutannya, dan berusaha mendorong dada Raka agar menjauh dari nya.
" Kaka berhenti.. " Raya mulai terisak disela sela ciuman yang Raka lancarkan.
Raka yang sudah bernafsu tidak mengindahkan isakan Raya, dia mencium kembali Raya dengan buas, sambil tangan tangannya mulai bergeriliya menyusuri tubuh mungil Raya.
Raya ketakutan. Dia mendorong lagi dada Raka, namun tidak juga membuat Raka berhenti.
Raka begitu hanyut dalam gejolak kelelakian yang muncul akibat gadis kecilnya itu, dalam hasrat yang tak kunjung surut samar terdengar isakan Raya semakin mengeras, ketika Raka melepaskan ciumannya untuk kemudian melancarkan serangan jilid kedua pada leher dan tengkuk Raya...
" Oh shit!.. " Raka mengumpat melihat Raya menangis histeris " Hey hey, Raya.. Tenang sayang, tidak apa-apa. Ini hal biasa yang dilakukan oleh lelaki dan wanita.. " sambung Raka membujuk Raya agar tidak menangis
Meskipun Raya masih gadis kecil, namun dia mengerti akan apa yang telah Raka lakukan kepadanya, itu adalah sesuatu yang tidak boleh ia lakukan di usianya yang masih terbilang belia. Namun ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Raka, yang ia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana caranya agar ia lekas pulang menemui ibunya.
Disaat tangisannya mulai mereda, Raka merapikan kembali pakaian dan penampilan Raya yang berantakan karna ulahnya. Sambil kemudian berucap pada Raya.
" Raya, ingat.. Apa yang terjadi hari ini, jangan sampai siapapun tahu.." Raka menerangkan "jika sampai aku tahu, kau bercerita pada orang lain. Apalagi pada ibumu. Aku bisa pastikan kau akan menerima akibatnya.. " sambung Raka mengancam sambil menatap tajam Raya yang berdiri menahan rasa takutnya.
Sejak saat itu Raya tidak pernah lagi terlihat melewati apartemen Raka, sehari, dua hari, tiga hari, Raya semakin tidak terlihat. Raka gusar dibuatnya, rasa obsesi dalam dirinya muncul seiring menghilangnya Raya.
Hingga akhirnya ia bisa menemukan kembali Raya secara tidak terduga, jiwa obsesi yang sempat tenggelam seolah kembali kepermukaan. Seolah menjadi bukti bahwa obsesinya pada Raya kecil bukanlah sekedar obsesi biasa yang akan hilang seiring berjalannya waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ayuna
ini novel 3tahun yg lalu
2023-01-29
0
dapurnya tinah
pedofil dong😱
2022-07-11
0
Wakhidah Dani
sakit jiwa si raka baru kenal lsg main sosor aja. dasar angsa
2022-01-11
0