Isi kepala Arya terasa kosong, ia tidak mengingat apa yang sudah ia lakukan. Yang dia tahu saat ini dia sedang terbaring di suatu tempat yang langit-langitnya berwarna putih, mungkinkah ini surga? Itulah kata-kata yang terlintas dikepalanya. Matanya masih berkunang-kunang dan saat ia berusaha mengangkat kepalanya. Itu terasa sangat berat, sambil masih menyesuaikan diri dengan cahaya yang ada di ruangan itu ia juga berusaha menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk melihat situasi disekitarnya.
Saat telinga dan matanya sudah mulai berfungsi dengan semestinya, dia mendengar seseorang bersenandung pelan tepat disebelah kanan tempat ia berbaring. Disitu seorang perempuan dengan rambut hitam dan mata merah seperti buah apel yang matang pada pohonnya sedang duduk sambil membaca buku dan bersenandung pelan, ia tidak menyadari bahwa Arya sedang menatapnya dengan bola mata yang semakin melebar.
Arya terus menatapnya untuk beberapa saat dengan mata terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat, tiba-tiba senandung Asuna berhenti dan ia pun tertawa kecil. Sepertinya ada sesuatu yang lucu dari buku tersebut sehingga membuat ia tertawa dan tersenyum, Arya terus menatapnya tanpat berkedip. Entah kenapa hatinya terasa hangat melihat perempuan itu tersenyum dan tertawa dengan sepenuh hati, sejujurnya jika bisa ia ingin waktu berhenti disitu untuk selamanya. Tapi itu hal yang mustahil bukan.
Tak lama kemudian barulah Asuna menyadari pandangan dari Arya, ia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga sambil balik menatap Arya dengan matanya yang berwarna merah itu. Mata mereka berdua pun bertemu, tatapan mata berwarna merah dan mata berwarna biru itu bertemu diudara. Kemudian Asuna memiringkan kepalanya sambil berkata.
"Kau....sudah bangun?" tanyanya pelan seakan masih ragu dengan apa yang sedang ia lihat.
Setelah mendengar suara Asuna itu tiba-tiba tubuh Arya terasa ringan, dia bangun dari posisi tidurnya lalu menarik tangan Asuna dan memeluk Asuna dengan erat. Karena gerakan yang tiba-tiba itu Asun berteriak kecil.
"Kyaa....tu....tunggu Arya apa maksudnya...." katanya dengan terbata-bata.
"Syukurlah.......syukurlah kau baik-baik saja" jawab Arya sebelum Asuna menyelesaikan kata-katanya.
Lalu Asuna yang awalnya kaget dan memberontak, setelah mendengar kata-kata Arya itu ia pun mulai berhenti untuk berusaha mendorong tubuh Arya yang sedang memeluknya. Kemudian ia berbicara dengan suara yang terdengar sedikit aneh.
"Hey....bukankah peran kita tertukar disini? Bukankah harusnya aku yang mengatakan itu padamu?
"Tidak juga, kau kan lebih lama tak sadarkan diri dari pada aku. Kenapa suaramu jadi aneh begitu?"
"A..a..apanya? Suaraku normal seperti biasanya kok. Dasar, memangnya kau tahu berapa lama kau sudah tak sadarkan diri?" tanyanya dengan suara yang sudah kembali normal.
"Memangnya berapa lama?" tanya Arya.
"Satu minggu"
"Sungguh? Sudah selama itukah? Yah......tapi tetap saja kaulah yang lebih lama bukan? Jadi tidak apa kalau aku berkata seperti itu"
"Duhh terserah kau sajalah, dan mau sampai kapan kau seperti ini?" tanya Asuna sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Arya.
"Kumohon...tetaplah seperti ini untuk sebentar saja" bisik Arya ditelinga Asuna.
Arya merasa tubuh Asuna bergidik pelan setelah mendengar bisikan dari Arya, Asuna pun berhenti memberontak. Setelah puas, Arya melepaskan dekapannya pada Asuna dan menatap wajahnya. Asuna balik menatapnya dengan wajah merah padam, setelah pandangan mereka bertemu ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Ia mengenakan sweater yang biasa dikenakannya saat bersantai, sweater itu berwarna merah dengan corak hitam. Ia juga menggunakan rok dengan warna yang sama.
"Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Aku tidak akan heran kalau sebentar lagi telingamu akan mengeluarkan asap" ujar Arya sambil tertawa pelan.
"Dasar bodoh!!! kau kira ini gara-gara siapa hah? Menjauh sana dasar mesum!!!" teriak Asuna sambil mendorong Arya.
"Mesum? Memangnya aku sudah melakukan apa padamu?" tanya Arya heran.
"Terserah! Pokoknya kau mesum!" bentak Asuna.
"Hah?"
"Tapi apa tubuhmu baik-baik saja bergerak sebanyak itu? Padahal kau baru saja sadar bukan?"
Baru saja Asuna selesai mengatakan hal itu Arya merasakan nyeri pada seluruh tubuhnya, rasa nyeri itu membuatnya terpaksa berbaring kembali ditempat tidurnya. Ia baru menyadari kalau tubuhnya penuh dibalut oleh perban, mulai dari kepala, punggung, tangan, dan juga kakinya. Ia merasa tulang-tulangnya seperti ditusuk oleh ribuan jarum.
"Aw....kenapa tiba-tiba seperti ini? Tadi aku tidak merasakan apa-apa" katanya sambil meringis pelan.
"Duh....dasar kau ini" ujar Asuna sambil segera membantu Arya membenarkan posisi tidurnya.
Setelah Arya sudah berbaring dengan benar Asuna memasangkan selimut padanya dan kembali duduk disebelah tempat tidurnya sambil menatapnya dengan tatapan khawatir, Arya berusaha menggerakan kedua tangannya. Tapi, kedua tangannya hanya bergerak kaku seakan menolak untuk digerakan jadi ia pun menyerah untuk menggerakan kedua tangannya.
"Lihatkan? Kondisimu itu tidak lebih baik dari pada aku" ucap Asuna ketus sambil mengembungkan pipinya.
"Hahaha sepertinya tadi aku terbawa suasana" kata Arya sambil tertawa hampa.
Lalu ia mengingatnya, ada sesuatu yang ingin dia perlihatkan kepada Asuna saat dia bangun, lalu ia menoleh kepada Asuna dan bertanya.
"Hey dimana pakaian-pakaianku?"
"Beberapa pakaian bersih sudah diambil dari kamarmu oleh Pengawas Astral" jawab Asuna sambil menunjuk ke arah lemari yang ada disudut ruangan.
"Bisakah kau melihatnya untukku?
"Untuk apa? Jangan bilang kau ingin berjalan-jalan keluar dengan kondisi tubuh seperti itu" jawab Asuna dengan tatapan mengancam.
"Aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu, kumohon Asuna tolong" pinta Arya.
Setelah berdebat beberapa saat, Asuna akhirnya mengalah dan segera menuju lemari tempat pakaian bersih Arya ditaruh.
"Apakah jaket ku ada disana?" tanya Arya.
"Maksudmu jaket biru kumal ini?" jawab Asuna sambil mengangkat jaket Arya.
"Apa maksudmu dengan kumal? Itu jaket kesayanganku"
"Iya-iya terserah apa katamu, tapi menurutku ini hanya sebuah jaket kumal"
"Berisik! Tolong ambilkan aku apa yang ada dikantung jaket itu"
Lalu Asuna melakukan seperti yang Arya katakan, ia merogoh kantung jaket Arya dan mengambil sebuah aksesoris kecil yang berbentuk dua buah bola kecil berwarna jingga dengan beberapa helai rambut berwarna merah menggelantung pada bagian bawahnya. Setelah mengambilkan gantungan tersebut Asuna pun menyodorkan benda itu pada Arya, tapi Arya tidak mengambilnya.
"Itu untukmu" kata Arya dengan tenang.
"HAH?! Untuk apa benda ini? dan kenapa kau memberikannya padaku?"tanya Asuna dengan wajah kesal.
"Itu gantungan kunci" jawab Arya santai.
"Aku juga tahu kalau ini gantungan kunci! Tapi maksudku lihat bentuk yang aneh ini dan untuk apa kau memberikannya padaku?"
"Itu hadiah atas kesembuhan mu, aku membuatnya sendiri"
"Eh? Hadiah? Untukku? Kau yang membuatnya?" tanya Asuna sambil melihat Arya dan gantungan itu secara bergantian.
"Iyap, aku membuatnya saat kau masih tidak sadarkan diri. Sebenarnya aku berencana memberikannya padamu saat kau bangun tapi sepertinya gagal karena aku sendiri juga mengalami hal yang sama sepertimu" ujar Arya sambil berusaha menjawab tatapan bertanya Asuna.
Asuna terdiam beberapa saat sambil terus memandangi gantungan tersebut.
"Aku sama sekali tidak mengerti dengan bentuk aneh benda ini" ucap Asuna akhirnya.
"Dua bola kecil itu melambangkan aku dan kau, dan rambut merah itu berasal dari rambut minotaur yang kita kalahkan pada Ujian tahap pertama"
"Jadi rambut merah ini berasal dari minotaur waktu itu?" tanya Asuna.
"Benar sekali, jadi aku membuatkan itu untuk mu sebagai kenang-kenangan agar kau bisa mengingat bagaimana cara kita berdua bekerja sama untuk mengatasi sebuah masalah. Dalam hal ini ya minotaur tersebut" jelas Arya.
"Tapi benda ini tetap saja aneh, dan kenapa kau bisa sempat-sempatnya mengambil rambut minotaur ini?" ujar Asuna sambil menatap benda itu dengan tatapan kosong.
"Ahh berisik! Waktu itu tidak sengaja ada beberapa helai yang menempel pada perlegkapanku, kalau kau tidak suka sini kembalikan" kata Arya sambil menyodorkan tangannya.
Dengan cepat Asuna menjauhkan gantungan tersebut dari tangan Arya dan menyembunyikan gantungan itu didalam genggamannya.
"Kau tidak boleh mengambil lagi barang yang telah kau berikan pada orang lain, walaupun benda ini aneh akan aku ambil. Aku senang, terimakasih" kata Asuna sambil memalingkan wajahnya dari Arya.
"Hah.....apa susahnya sih mengatakan itu sejak awal?" celetuk Arya sambil menghela nafas.
"A...a...aku tidak ingin mengatakan itu sejak awal! Benda ini memang benar-benar aneh kok" protes Asuna.
"Iya-iya terserah kau sajalah, aku lelah sekali jadi ingin tidur. Tolong jaga aku ya Hime-sama" kata Arya sambil tersenyum dan menutup matanya.
Setelah Arya terlelap, Asuna mengusap rambut putih milik Arya dengan punggung tangan kananya. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga Arya dan berbisik.
"Selamat tidur, terimakasih atas hadiahnya"
-----------------------------<<>>-----------------------------
Keesokan harinya setelah mengetahui bahwa Arya telah siuman Pengawas Allucia melakukan pemeriksaan terakhir padanya lalu mengizinkannya untuk meninggalkan ruang perawatan, Arya meninggalkan ruang perawatan saat pagi-pagi buta. Dia tidak bertemu dengan orang lain saat berjalan menuju asrama, tapi saat sampai dipersimpangan untuk menuju asrama tiba-tiba ia berbelok ke arah sebaliknya.
"Untuk apa kembali ke asrama? Bukankah sebentar lagi sudah waktunya sarapan?" ucap Arya sambil bergumam sendiri.
Dia berjalan menuju kantin dengan langkah yang mantap, tapi seperti yang sudah ia duga kantin masih kosong pada pagi-pagi buta seperti ini. Jadi ia segera duduk kursi yang sudah disediakan sambil menunggu para pengurus kantin memasak sarapan pagi itu, beberapa lama kemudian muncullah Pengawas Gustav sambil membawa beberapa bahan masakan dari gudang.
Dia terlihat terkejut melihat sudah ada orang yang menunggu sarapan sepagi itu, setelah mengetahui bahwa itu adalah Arya ia segera mendekatinnya dan mengajaknya berbicara sebentar. Kemudian ia segera menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk Arya dan yang lainnya, para pengurus kantin pun sudah mulai berdatangan, hanya dalam beberapa menit saja ruangan itu sudah dipenuhi oleh aroma sedap dari makanan yang sedang dimasak.
Para pekerja di Pusat Penelitian juga sudah berdatangan, mereka semua terlihat sibuk dengan membawa dokumen miliknya masing-masing. Tepat setelah makanan Arya disajikan barulah para Elementalist lainnya mulai berdatangan, para Elementalist laki-laki segera mendekatinya dan mennyapa dengan gembira. Timothy yang terlalu bersemangat menepuk punggung Arya dengan keras (yang ia balas dengan tendangan keras ke tulang kering Timothy).
Beberapa menit kemudian para Elementalist perempuan datang menyusul mereka, para gadis itu menyapa Arya dan menanyakan keadaannya, kecuali Asuna dan Elizabeth. Asuna sudah mengetahui keadaanya kemarin sehingga ia tidak perlu menanyakannya lagi, tapi Elizabeth dengan bersemangat langsung saja merangkul Arya dari belakang sehingga membuatnya mengernyit kesakitan akibat luka-lukanya yang terasa terbuka akibat pelukan tersebut.
"Mmm Elizabeth bisakah kau melepaskan Arya? Kau bisa membuat luka-lukanya terbuka kembali" protes Asuna dengan ekspresi kesal.
"Sungguh? Maafkan aku Kak Arya, aku tidak bermaksud seperti itu kok. Aku hanya senang kakak sudah baikan" jawab Elizabeth sambil semakin mendekatkan wajahnya kepada Arya.
"Kakak?! Sejak kapan dia memanggilmu......." ulang Asuna sambil melemparkan pandangan tidak percaya pada Arya.
Perdebatan keduanya pun mulai terjadi, Kevin dan Timothy yang pada awalnya duduk mengapit Arya pun disingkirkan oleh Asuna dan Elizabeth. Mereka berdua berlomba-lomba untuk membantu Arya memakan sarapannya, dan Arya berani bersumpah melihat sedikit percikan listrik saat tatapan Asuna dan Elizabeth bertemu diudara. Arya hanya bisa menghela nafas panjang, ia lalu melihat Zayn yang duduk diseberang mejanya.
Kondisinya hampir sama seperti Arya, tubuhnya dipenuhi oleh perban. Tapi dari yang Arya dengar hari ini ia akan melepaskan perban-perban itu.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Arya akhirnya.
"Seperti yang kau lihat" jawab Zayn sambil menggerakan kedua lengannya.
"Seingatku kau juga pingsan waktu itu, kapan kau sadar?"
"Dua hari sebelum kau sadar" jawabnya enteng.
"Mmm aku penasaran kenapa aku bisa lebih lama pingsan ya? Apa mungkin karena teknik itu?" ucap Arya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Ngomong-ngomong soal teknik itu, bagaimana caramu melakukanya?" tanya Zayn penasaran.
"Benar, aku juga penasaran" timpal Kevin.
"Teknik itu sangat hebat tapi juga mengerikan" sahut Rena.
"Huuh benar sekali, seperti wussh dan boom......." kata Lexa sambil memperagakannya dengan tangan.
"Ahh...kalian terlalu berlebihan, teknik itu.......belum sempurna" jawab Arya.
"Belum sempurna? Teknik sehebat itu belum sempurna?" tanya Selena sambil memiringkan kepalanya.
"Benar, teknik itu bukanlah milikku. Waktu itu aku hanya berusaha membuatnya semirip mungkin dengan aslinya, dan seperti yang kalian lihat? Tubuhku terbebani karena teknik itu" jelas Arya.
"Jadi teknik itu bukan milikmu? Lalu bagaimana kalau teknik itu dilakukan dengan sempurna?" tanya Timothy sambil mengunyah sarapan miliknya.
"Kalau teknik itu dilakukan dengan sempurna, dampak dari serangannya tidak akan menyebar ke segala arah seperti yang aku lakukan. Dampaknya hanya akan berdampak pada target dan tebasannya bisa lebih cepat lagi, bahkan saking cepatnya suara tebasan itu pun tidak akan terdengar"
"Apa sih yang sedang kalian bicarakan?" tanya Asuna akhirnya.
"Orang yang tidak tahu apa-apa sebaiknya jangan ikut bicara" balas Arya.
"Hahaha benar sekali, kau dengar itu Asuna sebaiknya kau diam saja" ucap Elizabeth gembira.
"Hah?! Apa katamu? Sebaiknya kau juga diam dan memakan sarapan milikmu agar pertumbuhan mu tidak terhambat" ejek Asuna.
"Pertumbuhan ku tidak terhambat!!!" bentak Elizabeth.
"Oh iya Arya apa kau sudah tahu" tanya Selena ditengah-tengah perdebatan Asuna dan Elizabeth.
"Mmm? Tentang apa?"
"Upacara pelantikan akan dilakukan seminggu lagi"
"Upacara pelantikan? Pelantikan apa?" tanya Arya bingung.
"Tentu saja pelantikan dirimu untuk menjadi ketua dari Elementalist generasi ini" jawab Selena sambil tersenyum.
Dia hampir lupa kalau itulah alasan ia bertarung melawan Zayn di final, dia menang dan dia akan menjadi ketua dari Elementalist yang lainnya. Semoga hal itu tidak merepotkan seperti yang terdengar.
-----------------------------<<>>-----------------------------
Satu minggu kemudian pagi-pagi sekali mereka semua bersiap-siap untuk upacara pelantikan, Arya dan para Elementalist laki-laki lainnya turun dari asrama bersama-sama. Mereka bergabung dengan para Elementalist perempuan yang sedang menunggu mereka dibawah tangga, pakian mereka semua terlihat berbeda kali ini.
Semuanya menggunakan sebuah seragam (sebuah "setelan ketat" begitulah Arya menyebutnya) yang terbuat dari sebuah bahan yang sangat nyaman digunakan dan dapat menyesuaikan diri dengan ukuran tubuh penggunanya, seragam tersebut dilengkapi dengan sebuah pengait dibagian pundak untuk mengaitkan jubah. Para Elementalist lainnya selain Arya sudah menggunakan jubah mereka masing-masing, jubah itu berwarna sesuai dengan elemen yang mereka miliki dan juga memiliki lambang dari elemen tersebut tepat ditengah-tengahnya.
Arya bukan kehilangan jubahnya atau bagaimana tapi dari yang ia dengar-dengar sih, dia akan dipasangkan jubahnya oleh Pemimpin Pengawas Ujian yaitu Pengawas Astral. Itulah yang akan dilakukan untuk melantiknya menjadi Ketua Elementalist, mereka pun berjalan menuju salah satu ruangan yang berada tepat ditengah-tengah Pusat Penelitian.
Arya tidak pernah mendatangi ruangan tersebut sebelumnya, ruangan itu sangat luas dan memiliki langit-langit yang sangat tinggi. Dari yang terlihat ruangan itu biasanya digunakan untuk acara-acara yang bersifat formal, saat mereka sampai ternyata tempat itu sudah sangat ramai. Semua orang disana juga menggunakan pakaian yang seragam yang melambangkan dari mana mereka berasal, seperti para penyihir yang menggunakan jubah berwarna hitam dengan topi tinggi dan juga para peneliti yang menggunakan jas berwarna putih.
Banyak orang yang mendekat dan menyelamatinya karena berhasil menjadi Ketua Elementalist, Arya tidak tahu harus merespon bagaimana sehingga ia hanya berterimakasih sambil terus tersenyum pada mereka semua. Akhirnya Arya menemukan para Pengawas Ujian yang sedang menunggu mereka, kesepuluh orang itu berada tepat ditengah-tengah ruangan, mereka semua menggunakan setelan terbaik mereka(menurut Arya).
Akhirnya acara pun dimulai, semua orang yang hadir mengelilingi para Elementalist beserta para Pengawas Ujian. Arya dan yang lainnya berbaris membentuk sebuah ujung anak panah, Arya berdiri tepat ditengah. Mereka berjalan mendekati mimbar tempat para Pengawas berdiri, semakin mendekat para Elementalist lainnya mulai melepaskan diri dari barisan dan mengambil tempat di kiri dan kanan jalan yang Arya lewati.
Saat Arya sampai dihadapan Astral, ia segera menekut lututnya. Dengan segera Astral memasangkan sebuah jubah berwarna putih di punggung Arya, setelah memasangkan jubah itu Astral mempersilahkan Arya untuk menggantikan posisinya berdiri pada mimbar tersebut. Saat Arya menaiki mimbar itu kesembilan teman-temanya mengambil posisi dan menekukan lutut mereka pada Arya sambil menunduk.
"Hormat kami pada Ketua Elementalist yang baru, kami berjanji akan bertarung bersamamu dan akan selalu mengingatkan bahwa tujuan kita hanyalah satu. Menjaga perdamaian dan kebebasan umat manusia" kata mereka serempak.
Jujur saja mendengar kata-kata itu Arya merinding, ia yakin para hadirin upacara itu juga merinding dibuatnya. Setelah para Elementalist memberikan sambutan pada ketua mereka, para hadirin pun bertepuk tangan dengan meriah. Arya membungkukan badan pada mereka semua dan memberikan isyarat pada teman-temannya untuk berdiri. Pesta pun dimulai, makanan yang telah disiapkan oleh para pengurus kantin dikeluarkan dan disuguhkan pada para hadirin.
Tapi Arya dan yang lainnya segera berjalan keluar dari ruangan.
"Akhirnya upacaranya selesai" ujar Arya sambil menghela nafas lega.
"Bagaimana perasaan mu sekarang Kapten?" kata Timothy sambil menggodanya.
"Berisik, seperti yang kalian katakan tadi. Kita mempunyai sebuah tujuan yang harus kita capai, dan untuk mencapai tujuan itu, perjalanan kita masih panjang"
Arc 1: "Ujian Pertama" Selesai
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
tokito muichiro
sumpah sosweet/Drool//Awkward//Facepalm/
2023-11-19
0
John Singgih
pelantikan Arya & kisah petualangan Arya yang masih panjang
2021-07-23
1
🌴ᷤ͢ ᷤ ᷞ⃟𝒏𝒉𝒂ᚐ֟፝𝒗𝒊𝒏𝒂ᙇ͢៷⃑
uhukk pasangan fav Q 😍 👉👈,, AA Arya-Asuna
2021-03-04
4