Chapter 17 - Pelantikan

Isi kepala Arya terasa kosong, ia tidak mengingat apa yang sudah ia lakukan. Yang dia tahu saat ini dia sedang terbaring di suatu tempat yang langit-langitnya berwarna putih, mungkinkah ini surga? Itulah kata-kata yang terlintas dikepalanya. Matanya masih berkunang-kunang dan saat ia berusaha mengangkat kepalanya. Itu terasa sangat berat, sambil masih menyesuaikan diri dengan cahaya yang ada di ruangan itu ia juga berusaha menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk melihat situasi disekitarnya.

Saat telinga dan matanya sudah mulai berfungsi dengan semestinya, dia mendengar seseorang bersenandung pelan tepat disebelah kanan tempat ia berbaring. Disitu seorang perempuan dengan rambut hitam dan mata merah seperti buah apel yang matang pada pohonnya sedang duduk sambil membaca buku dan bersenandung pelan, ia tidak menyadari bahwa Arya sedang menatapnya dengan bola mata yang semakin melebar.

Arya terus menatapnya untuk beberapa saat dengan mata terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat, tiba-tiba senandung Asuna berhenti dan ia pun tertawa kecil. Sepertinya ada sesuatu yang lucu dari buku tersebut sehingga membuat ia tertawa dan tersenyum, Arya terus menatapnya tanpat berkedip. Entah kenapa hatinya terasa hangat melihat perempuan itu tersenyum dan tertawa dengan sepenuh hati, sejujurnya jika bisa ia ingin waktu berhenti disitu untuk selamanya. Tapi itu hal yang mustahil bukan.

Tak lama kemudian barulah Asuna menyadari pandangan dari Arya, ia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga sambil balik menatap Arya dengan matanya yang berwarna merah itu. Mata mereka berdua pun bertemu, tatapan mata berwarna merah dan mata berwarna biru itu bertemu diudara. Kemudian Asuna memiringkan kepalanya sambil berkata.

"Kau....sudah bangun?" tanyanya pelan seakan masih ragu dengan apa yang sedang ia lihat.

Setelah mendengar suara Asuna itu tiba-tiba tubuh Arya terasa ringan, dia bangun dari posisi tidurnya lalu menarik tangan Asuna dan memeluk Asuna dengan erat. Karena gerakan yang tiba-tiba itu Asun berteriak kecil.

"Kyaa....tu....tunggu Arya apa maksudnya...." katanya dengan terbata-bata.

"Syukurlah.......syukurlah kau baik-baik saja" jawab Arya sebelum Asuna menyelesaikan kata-katanya.

Lalu Asuna yang awalnya kaget dan memberontak, setelah mendengar kata-kata Arya itu ia pun mulai berhenti untuk berusaha mendorong tubuh Arya yang sedang memeluknya. Kemudian ia berbicara dengan suara yang terdengar sedikit aneh.

"Hey....bukankah peran kita tertukar disini? Bukankah harusnya aku yang mengatakan itu padamu?

"Tidak juga, kau kan lebih lama tak sadarkan diri dari pada aku. Kenapa suaramu jadi aneh begitu?"

"A..a..apanya? Suaraku normal seperti biasanya kok. Dasar, memangnya kau tahu berapa lama kau sudah tak sadarkan diri?" tanyanya dengan suara yang sudah kembali normal.

"Memangnya berapa lama?" tanya Arya.

"Satu minggu"

"Sungguh? Sudah selama itukah? Yah......tapi tetap saja kaulah yang lebih lama bukan? Jadi tidak apa kalau aku berkata seperti itu"

"Duhh terserah kau sajalah, dan mau sampai kapan kau seperti ini?" tanya Asuna sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Arya.

"Kumohon...tetaplah seperti ini untuk sebentar saja" bisik Arya ditelinga Asuna.

Arya merasa tubuh Asuna bergidik pelan setelah mendengar bisikan dari Arya, Asuna pun berhenti memberontak. Setelah puas, Arya melepaskan dekapannya pada Asuna dan menatap wajahnya. Asuna balik menatapnya dengan wajah merah padam, setelah pandangan mereka bertemu ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Ia mengenakan sweater yang biasa dikenakannya saat bersantai, sweater itu berwarna merah dengan corak hitam. Ia juga menggunakan rok dengan warna yang sama.

"Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Aku tidak akan heran kalau sebentar lagi telingamu akan mengeluarkan asap" ujar Arya sambil tertawa pelan.

"Dasar bodoh!!! kau kira ini gara-gara siapa hah? Menjauh sana dasar mesum!!!" teriak Asuna sambil mendorong Arya.

"Mesum? Memangnya aku sudah melakukan apa padamu?" tanya Arya heran.

"Terserah! Pokoknya kau mesum!" bentak Asuna.

"Hah?"

"Tapi apa tubuhmu baik-baik saja bergerak sebanyak itu? Padahal kau baru saja sadar bukan?"

Baru saja Asuna selesai mengatakan hal itu Arya merasakan nyeri pada seluruh tubuhnya, rasa nyeri itu membuatnya terpaksa berbaring kembali ditempat tidurnya. Ia baru menyadari kalau tubuhnya penuh dibalut oleh perban, mulai dari kepala, punggung, tangan, dan juga kakinya. Ia merasa tulang-tulangnya seperti ditusuk oleh ribuan jarum.

"Aw....kenapa tiba-tiba seperti ini? Tadi aku tidak merasakan apa-apa" katanya sambil meringis pelan.

"Duh....dasar kau ini" ujar Asuna sambil segera membantu Arya membenarkan posisi tidurnya.

Setelah Arya sudah berbaring dengan benar Asuna memasangkan selimut padanya dan kembali duduk disebelah tempat tidurnya sambil menatapnya dengan tatapan khawatir, Arya berusaha menggerakan kedua tangannya. Tapi, kedua tangannya hanya bergerak kaku seakan menolak untuk digerakan jadi ia pun menyerah untuk menggerakan kedua tangannya.

"Lihatkan? Kondisimu itu tidak lebih baik dari pada aku" ucap Asuna ketus sambil mengembungkan pipinya.

"Hahaha sepertinya tadi aku terbawa suasana" kata Arya sambil tertawa hampa.

Lalu ia mengingatnya, ada sesuatu yang ingin dia perlihatkan kepada Asuna saat dia bangun, lalu ia menoleh kepada Asuna dan bertanya.

"Hey dimana pakaian-pakaianku?"

"Beberapa pakaian bersih sudah diambil dari kamarmu oleh Pengawas Astral" jawab Asuna sambil menunjuk ke arah lemari yang ada disudut ruangan.

"Bisakah kau melihatnya untukku?

"Untuk apa? Jangan bilang kau ingin berjalan-jalan keluar dengan kondisi tubuh seperti itu" jawab Asuna dengan tatapan mengancam.

"Aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu, kumohon Asuna tolong" pinta Arya.

Setelah berdebat beberapa saat, Asuna akhirnya mengalah dan segera menuju lemari tempat pakaian bersih Arya ditaruh.

"Apakah jaket ku ada disana?" tanya Arya.

"Maksudmu jaket biru kumal ini?" jawab Asuna sambil mengangkat jaket Arya.

"Apa maksudmu dengan kumal? Itu jaket kesayanganku"

"Iya-iya terserah apa katamu, tapi menurutku ini hanya sebuah jaket kumal"

"Berisik! Tolong ambilkan aku apa yang ada dikantung jaket itu"

Lalu Asuna melakukan seperti yang Arya katakan, ia merogoh kantung jaket Arya dan mengambil sebuah aksesoris kecil yang berbentuk dua buah bola kecil berwarna jingga dengan beberapa helai rambut berwarna merah menggelantung pada bagian bawahnya. Setelah mengambilkan gantungan tersebut Asuna pun menyodorkan benda itu pada Arya, tapi Arya tidak mengambilnya.

"Itu untukmu" kata Arya dengan tenang.

"HAH?! Untuk apa benda ini? dan kenapa kau memberikannya padaku?"tanya Asuna dengan wajah kesal.

"Itu gantungan kunci" jawab Arya santai.

"Aku juga tahu kalau ini gantungan kunci! Tapi maksudku lihat bentuk yang aneh ini dan untuk apa kau memberikannya padaku?"

"Itu hadiah atas kesembuhan mu, aku membuatnya sendiri"

"Eh? Hadiah? Untukku? Kau yang membuatnya?" tanya Asuna sambil melihat Arya dan gantungan itu secara bergantian.

"Iyap, aku membuatnya saat kau masih tidak sadarkan diri. Sebenarnya aku berencana memberikannya padamu saat kau bangun tapi sepertinya gagal karena aku sendiri juga mengalami hal yang sama sepertimu" ujar Arya sambil berusaha menjawab tatapan bertanya Asuna.

Asuna terdiam beberapa saat sambil terus memandangi gantungan tersebut.

"Aku sama sekali tidak mengerti dengan bentuk aneh benda ini" ucap Asuna akhirnya.

"Dua bola kecil itu melambangkan aku dan kau, dan rambut merah itu berasal dari rambut minotaur yang kita kalahkan pada Ujian tahap pertama"

"Jadi rambut merah ini berasal dari minotaur waktu itu?" tanya Asuna.

"Benar sekali, jadi aku membuatkan itu untuk mu sebagai kenang-kenangan agar kau bisa mengingat bagaimana cara kita berdua bekerja sama untuk mengatasi sebuah masalah. Dalam hal ini ya minotaur tersebut" jelas Arya.

"Tapi benda ini tetap saja aneh, dan kenapa kau bisa sempat-sempatnya mengambil rambut minotaur ini?" ujar Asuna sambil menatap benda itu dengan tatapan kosong.

"Ahh berisik! Waktu itu tidak sengaja ada beberapa helai yang menempel pada perlegkapanku, kalau kau tidak suka sini kembalikan" kata Arya sambil menyodorkan tangannya.

Dengan cepat Asuna menjauhkan gantungan tersebut dari tangan Arya dan menyembunyikan gantungan itu didalam genggamannya.

"Kau tidak boleh mengambil lagi barang yang telah kau berikan pada orang lain, walaupun benda ini aneh akan aku ambil. Aku senang, terimakasih" kata Asuna sambil memalingkan wajahnya dari Arya.

"Hah.....apa susahnya sih mengatakan itu sejak awal?" celetuk Arya sambil menghela nafas.

"A...a...aku tidak ingin mengatakan itu sejak awal! Benda ini memang benar-benar aneh kok" protes Asuna.

"Iya-iya terserah kau sajalah, aku lelah sekali jadi ingin tidur. Tolong jaga aku ya Hime-sama" kata Arya sambil tersenyum dan menutup matanya.

Setelah Arya terlelap, Asuna mengusap rambut putih milik Arya dengan punggung tangan kananya. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga Arya dan berbisik.

"Selamat tidur, terimakasih atas hadiahnya"

-----------------------------<<>>-----------------------------

Keesokan harinya setelah mengetahui bahwa Arya telah siuman Pengawas Allucia melakukan pemeriksaan terakhir padanya lalu mengizinkannya untuk meninggalkan ruang perawatan, Arya meninggalkan ruang perawatan saat pagi-pagi buta. Dia tidak bertemu dengan orang lain saat berjalan menuju asrama, tapi saat sampai dipersimpangan untuk menuju asrama tiba-tiba ia berbelok ke arah sebaliknya.

"Untuk apa kembali ke asrama? Bukankah sebentar lagi sudah waktunya sarapan?" ucap Arya sambil bergumam sendiri.

Dia berjalan menuju kantin dengan langkah yang mantap, tapi seperti yang sudah ia duga kantin masih kosong pada pagi-pagi buta seperti ini. Jadi ia segera duduk kursi yang sudah disediakan sambil menunggu para pengurus kantin memasak sarapan pagi itu, beberapa lama kemudian muncullah Pengawas Gustav sambil membawa beberapa bahan masakan dari gudang.

Dia terlihat terkejut melihat sudah ada orang yang menunggu sarapan sepagi itu, setelah mengetahui bahwa itu adalah Arya ia segera mendekatinnya dan mengajaknya berbicara sebentar. Kemudian ia segera menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk Arya dan yang lainnya, para pengurus kantin pun sudah mulai berdatangan, hanya dalam beberapa menit saja ruangan itu sudah dipenuhi oleh aroma sedap dari makanan yang sedang dimasak.

Para pekerja di Pusat Penelitian juga sudah berdatangan, mereka semua terlihat sibuk dengan membawa dokumen miliknya masing-masing. Tepat setelah makanan Arya disajikan barulah para Elementalist lainnya mulai berdatangan, para Elementalist laki-laki segera mendekatinya dan mennyapa dengan gembira. Timothy yang terlalu bersemangat menepuk punggung Arya dengan keras (yang ia balas dengan tendangan keras ke tulang kering Timothy).

Beberapa menit kemudian para Elementalist perempuan datang menyusul mereka, para gadis itu menyapa Arya dan menanyakan keadaannya, kecuali Asuna dan Elizabeth. Asuna sudah mengetahui keadaanya kemarin sehingga ia tidak perlu menanyakannya lagi, tapi Elizabeth dengan bersemangat langsung saja merangkul Arya dari belakang sehingga membuatnya mengernyit kesakitan akibat luka-lukanya yang terasa terbuka akibat pelukan tersebut.

"Mmm Elizabeth bisakah kau melepaskan Arya? Kau bisa membuat luka-lukanya terbuka kembali" protes Asuna dengan ekspresi kesal.

"Sungguh? Maafkan aku Kak Arya, aku tidak bermaksud seperti itu kok. Aku hanya senang kakak sudah baikan" jawab Elizabeth sambil semakin mendekatkan wajahnya kepada Arya.

"Kakak?! Sejak kapan dia memanggilmu......." ulang Asuna sambil melemparkan pandangan tidak percaya pada Arya.

Perdebatan keduanya pun mulai terjadi, Kevin dan Timothy yang pada awalnya duduk mengapit Arya pun disingkirkan oleh Asuna dan Elizabeth. Mereka berdua berlomba-lomba untuk membantu Arya memakan sarapannya, dan Arya berani bersumpah melihat sedikit percikan listrik saat tatapan Asuna dan Elizabeth bertemu diudara. Arya hanya bisa menghela nafas panjang, ia lalu melihat Zayn yang duduk diseberang mejanya.

Kondisinya hampir sama seperti Arya, tubuhnya dipenuhi oleh perban. Tapi dari yang Arya dengar hari ini ia akan melepaskan perban-perban itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Arya akhirnya.

"Seperti yang kau lihat" jawab Zayn sambil menggerakan kedua lengannya.

"Seingatku kau juga pingsan waktu itu, kapan kau sadar?"

"Dua hari sebelum kau sadar" jawabnya enteng.

"Mmm aku penasaran kenapa aku bisa lebih lama pingsan ya? Apa mungkin karena teknik itu?" ucap Arya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Ngomong-ngomong soal teknik itu, bagaimana caramu melakukanya?" tanya Zayn penasaran.

"Benar, aku juga penasaran" timpal Kevin.

"Teknik itu sangat hebat tapi juga mengerikan" sahut Rena.

"Huuh benar sekali, seperti wussh dan boom......." kata Lexa sambil memperagakannya dengan tangan.

"Ahh...kalian terlalu berlebihan, teknik itu.......belum sempurna" jawab Arya.

"Belum sempurna? Teknik sehebat itu belum sempurna?" tanya Selena sambil memiringkan kepalanya.

"Benar, teknik itu bukanlah milikku. Waktu itu aku hanya berusaha membuatnya semirip mungkin dengan aslinya, dan seperti yang kalian lihat? Tubuhku terbebani karena teknik itu" jelas Arya.

"Jadi teknik itu bukan milikmu? Lalu bagaimana kalau teknik itu dilakukan dengan sempurna?" tanya Timothy sambil mengunyah sarapan miliknya.

"Kalau teknik itu dilakukan dengan sempurna, dampak dari serangannya tidak akan menyebar ke segala arah seperti yang aku lakukan. Dampaknya hanya akan berdampak pada target dan tebasannya bisa lebih cepat lagi, bahkan saking cepatnya suara tebasan itu pun tidak akan terdengar"

"Apa sih yang sedang kalian bicarakan?" tanya Asuna akhirnya.

"Orang yang tidak tahu apa-apa sebaiknya jangan ikut bicara" balas Arya.

"Hahaha benar sekali, kau dengar itu Asuna sebaiknya kau diam saja" ucap Elizabeth gembira.

"Hah?! Apa katamu? Sebaiknya kau juga diam dan memakan sarapan milikmu agar pertumbuhan mu tidak terhambat" ejek Asuna.

"Pertumbuhan ku tidak terhambat!!!" bentak Elizabeth.

"Oh iya Arya apa kau sudah tahu" tanya Selena ditengah-tengah perdebatan Asuna dan Elizabeth.

"Mmm? Tentang apa?"

"Upacara pelantikan akan dilakukan seminggu lagi"

"Upacara pelantikan? Pelantikan apa?" tanya Arya bingung.

"Tentu saja pelantikan dirimu untuk menjadi ketua dari Elementalist generasi ini" jawab Selena sambil tersenyum.

Dia hampir lupa kalau itulah alasan ia bertarung melawan Zayn di final, dia menang dan dia akan menjadi ketua dari Elementalist yang lainnya. Semoga hal itu tidak merepotkan seperti yang terdengar.

-----------------------------<<>>-----------------------------

Satu minggu kemudian pagi-pagi sekali mereka semua bersiap-siap untuk upacara pelantikan, Arya dan para Elementalist laki-laki lainnya turun dari asrama bersama-sama. Mereka bergabung dengan para Elementalist perempuan yang sedang menunggu mereka dibawah tangga, pakian mereka semua terlihat berbeda kali ini.

Semuanya menggunakan sebuah seragam (sebuah "setelan ketat" begitulah Arya menyebutnya) yang terbuat dari sebuah bahan yang sangat nyaman digunakan dan dapat menyesuaikan diri dengan ukuran tubuh penggunanya, seragam tersebut dilengkapi dengan sebuah pengait dibagian pundak untuk mengaitkan jubah. Para Elementalist lainnya selain Arya sudah menggunakan jubah mereka masing-masing, jubah itu berwarna sesuai dengan elemen yang mereka miliki dan juga memiliki lambang dari elemen tersebut tepat ditengah-tengahnya.

Arya bukan kehilangan jubahnya atau bagaimana tapi dari yang ia dengar-dengar sih, dia akan dipasangkan jubahnya oleh Pemimpin Pengawas Ujian yaitu Pengawas Astral. Itulah yang akan dilakukan untuk melantiknya menjadi Ketua Elementalist, mereka pun berjalan menuju salah satu ruangan yang berada tepat ditengah-tengah Pusat Penelitian.

Arya tidak pernah mendatangi ruangan tersebut sebelumnya, ruangan itu sangat luas dan memiliki langit-langit yang sangat tinggi. Dari yang terlihat ruangan itu biasanya digunakan untuk acara-acara yang bersifat formal, saat mereka sampai ternyata tempat itu sudah sangat ramai. Semua orang disana juga menggunakan pakaian yang seragam yang melambangkan dari mana mereka berasal, seperti para penyihir yang menggunakan jubah berwarna hitam dengan topi tinggi dan juga para peneliti yang menggunakan jas berwarna putih.

Banyak orang yang mendekat dan menyelamatinya karena berhasil menjadi Ketua Elementalist, Arya tidak tahu harus merespon bagaimana sehingga ia hanya berterimakasih sambil terus tersenyum pada mereka semua. Akhirnya Arya menemukan para Pengawas Ujian yang sedang menunggu mereka, kesepuluh orang itu berada tepat ditengah-tengah ruangan, mereka semua menggunakan setelan terbaik mereka(menurut Arya).

Akhirnya acara pun dimulai, semua orang yang hadir mengelilingi para Elementalist beserta para Pengawas Ujian. Arya dan yang lainnya berbaris membentuk sebuah ujung anak panah, Arya berdiri tepat ditengah. Mereka berjalan mendekati mimbar tempat para Pengawas berdiri, semakin mendekat para Elementalist lainnya mulai melepaskan diri dari barisan dan mengambil tempat di kiri dan kanan jalan yang Arya lewati.

Saat Arya sampai dihadapan Astral, ia segera menekut lututnya. Dengan segera Astral memasangkan sebuah jubah berwarna putih di punggung Arya, setelah memasangkan jubah itu Astral mempersilahkan Arya untuk menggantikan posisinya berdiri pada mimbar tersebut. Saat Arya menaiki mimbar itu kesembilan teman-temanya mengambil posisi dan menekukan lutut mereka pada Arya sambil menunduk.

"Hormat kami pada Ketua Elementalist yang baru, kami berjanji akan bertarung bersamamu dan akan selalu mengingatkan bahwa tujuan kita hanyalah satu. Menjaga perdamaian dan kebebasan umat manusia" kata mereka serempak.

Jujur saja mendengar kata-kata itu Arya merinding, ia yakin para hadirin upacara itu juga merinding dibuatnya. Setelah para Elementalist memberikan sambutan pada ketua mereka, para hadirin pun bertepuk tangan dengan meriah. Arya membungkukan badan pada mereka semua dan memberikan isyarat pada teman-temannya untuk berdiri. Pesta pun dimulai, makanan yang telah disiapkan oleh para pengurus kantin dikeluarkan dan disuguhkan pada para hadirin.

Tapi Arya dan yang lainnya segera berjalan keluar dari ruangan.

"Akhirnya upacaranya selesai" ujar Arya sambil menghela nafas lega.

"Bagaimana perasaan mu sekarang Kapten?" kata Timothy sambil menggodanya.

"Berisik, seperti yang kalian katakan tadi. Kita mempunyai sebuah tujuan yang harus kita capai, dan untuk mencapai tujuan itu, perjalanan kita masih panjang"

 

Arc 1: "Ujian Pertama" Selesai

Terpopuler

Comments

tokito muichiro

tokito muichiro

sumpah sosweet/Drool//Awkward//Facepalm/

2023-11-19

0

John Singgih

John Singgih

pelantikan Arya & kisah petualangan Arya yang masih panjang

2021-07-23

1

🌴ᷤ͢ ᷤ ᷞ⃟𝒏𝒉𝒂ᚐ֟፝𝒗𝒊𝒏𝒂ᙇ͢៷⃑

🌴ᷤ͢ ᷤ ᷞ⃟𝒏𝒉𝒂ᚐ֟፝𝒗𝒊𝒏𝒂ᙇ͢៷⃑

uhukk pasangan fav Q 😍 👉👈,, AA Arya-Asuna

2021-03-04

4

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!