"Ukhh perutku" kata Arya meringis sambil memegang perutnya.
"Kenapa? Apa kau masih merasa mual akibat teleportasi itu?" tanya Asuna.
"Tentu saja bukan, perutku begini karena selama dua hari terakhir kita belum makan sama sekali" jawab Arya.
Walaupun harus Arya akui bahwa ia sangat tidak menikmati teleportasi yang mereka lakukan saat menuju kesini, rasanya dia terhempas ke udara dengan kecepatan tinggi. Hal itu membuat perutnya terasa tidak karuan dan ingin sekali muntah lalu tiba-tiba kakinya menginjak tanah lagi secara tiba-tiba. Bukan pengalaman berpergian yang patut dianjurkan menurutnya.
"Apa-apaan kau ini? Kau itu laki-laki kan? Masa Cuma karena tidak makan dua hari kau tidak kuat?" ejek Asuna
"Hahh?! Lihat siapa yang bicara? Kau kira aku tidak mendengar suara perutmu yang keroncongan itu tiap malam?" balas Arya.
"A..a..apa? i..i..itu bukan aku! Palingan kau hanya salah dengar, kan ditempat ini banyak hewan-hewan dengan suara aneh" kata Asuna sambil memalingkan wajah.
"Mana ada suara hewan seperti itu" ujar Arya sambil mengangkat alisnya.
Mereka memang sudah sampai dua hari yang lalu, dan selama dua hari itu mereka berhasil menemukan tempat istirahat beserta sumber mata air untuk minum. Tapi masalahnya adalah selama dua hari ini mereka hanya mengganjal perut mereka dengan air, inilah yang menyebabkan Arya belum sempat untuk berpikir tentang bagaimana cara mencari benda yang harus mereka temukan untuk lolos pada tahap ini.
"Apa kau sudah tahu dimana letak sarang Minotaur disekitar sini?" tanya Asuna.
"Dari apa yang aku baca dibuku, dikatakan mereka biasanya bersarang di gua-gua"
"Mmm bukankah saat ini kita juga menetap di gua?"
"Iya, tapi menurutku tidak ada Minoutaur yang akan tinggal di gua itu karena tidak sumber makanan disekitar sini"
"Eh ngomong-ngomong Minotaur itu makan apa ya?"
"Ukhh aku juga tidak tahu! Aku tidak pernah membaca mereka itu herbivora kah? Karnivora kah? ataupun Omnivora, aku juga tidak peduli akan hal itu saai ini! yang aku tahu saat ini aku sangat butuh makanan" jawab Arya kesal.
"Kau tidak perlu membentak ku seperti itu kan?" sahut Asuna ketus sambil cemberut.
Langkah Arya terhenti lalu ia menoleh pada Asuna dan memasang senyum terbaik yang bisa ia buat saat itu, walaupun urat saraf pada dahinya sudah berkedut-kedut kesal.
"*Hime-sama? Kau kira salah siapa kita belum dapat makan selama dua hari terakhir?" tanya Arya masih sambil tersenyum kesal.
*Himesama (ひめさま) berasal dari bahasa Jepang yang berarti : anak seorang bangsawan atau bisa juga diartikan sebagai tuan putri
Mereka tiba di Wilayah Netral dimana lokasinya adalah hutan yang dikelilingi dataran tinggi. Itulah salah satu alasan Arya memutuskan untuk mencari tempat istirahat terlebih dahulu, karena ditempat seperti ini akan sangat mudah diserang oleh berbagai macam makhluk yang tidak mereka ketahui tapi setelah mereka menemukan tempat istirahat dan sumber air sebenarnya mereka juga sudah berusaha untuk mencari makanan seperti tumbuhan yang bisa dimakan ataupun buah-buahan. Tapi hasilnya nihil, tempat itu sekan-akan hanya ada pohon-pohon yang menjulang tinggi.
Itulah sebabnya mereka memutuskan untuk berburu, dan kejadian yang membuat Arya kesal pada Asuna terjadi kemarin, mereka akhirnya menemukan kawanan rusa setelah berjalan cukup jauh dari gua tempat mereka beristirahat. Arya pun membuat rencana menangkap salah satu untuk dijadikan sebagai persediaan konsumsi mereka untuk beberapa hari kedepan.
Rencananya adalah Asuna harus memanah rusa tersebut agar ia tidak bisa berlari dengan baik dan Arya akan berusaha untuk menangkapnya, akan lebih baik kalau Asuna bisa membunuh rusa itu langsung agar Arya tidak perlu mengejarnya lagi.
Sialnya, panah Asuna meleset dan menyebabkan kawanan rusa itu berlari berhamburan ke segala arah. Tentu saja Arya tetap mengejar dan berusaha menangkap salah satu dari mereka, tapi ia gagal karena rusa-rusa itu sangat lincah. Pada akhirnya semua rusa yang ada disana telah berhasil melarikan diri, Arya hanya bisa membungkuk lesu ditanah dengan nafas terengah-engah.
"Ini pasti bohong kan? Padahal tinggal sedikit lagi" bisiknya kecewa.
"Apa kau berhasil---"
"Kalau aku berhasil apa aku akan berpose menyedihkan seperti ini?" potong Arya cepat.
"Kau memang selalu menyedihkan" ejek Asuna.
"Apa!?" teriak Arya.
Teriakan itu membuat Asuna terlihat sedikit terkejut, dia tidak menyangka Arya akan semarah itu.
"Eh? Kenapa? Harusnya kan kau bisa menangkap salah satu dari mereka tadi"
"Kalau saja anak panah mu tidak meleset tidak mungkin aku gagal menangkapnya" kata Arya dengan wajah kesal
"Jadi kau menyalahkan aku?" tanya Asuna dengan wajah tidak kalah kesal.
"Tentu saja, kalau panah mu tidak meleset mana mungkin semua rusa berlari berhamburan ke segala arah. Hey Asuna, katakan padaku kenapa panahmu bisa meleset? Bukankah saat di gudang senjata, panahmu tidak pernah meleset satu kali pun"
Asuna terdiam lalu memalingkan wajahnya dari Arya.
"Hey jawab aku Asuna" tagih Arya.
"A...a...aku------"
"Kau.........?"
"A..a...aku tidak pernah memanah hewan sebelumnya! Kau puas!?" jawabnya dengan wajah merah.
"Apuaaa??!!!" kata Arya bingung.
Asuna hanya diam dan tidak mau melihat mata Arya.
"Ahh aku lupa, kau kan seorang Hime-sama wajar saja kau tidak pernah berburu dan memanah makhluk hidup. Kau hanya memanah target panahan saja" ucap Arya sambil menutup matanya dengan tangan tidak percaya.
"Jangan panggil aku Hime-sama!" sahut Asuna kesal.
"Kenapa? Kau kan memang seorang Hime-sama, kalau tahu begini aku tidak akan memberikan tepuk tangan waktu itu. Bagaimana ini Hime-sama?" tanya Arya sambil berusaha menahan tawa.
"Mmm SUDAH KUBILANG JANGAN PANGGIL AKU SEPERTI ITU?!" teriak Asuna.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Bukankah aku sudah minta maaf? Dan berhentilah memanggilku seperti itu" jawab Asuna kesal.
Dia berjalan melewati Arya sambil menabrakan pundaknya pada Arya, aww...perempuan ini....apa mereka benar-benar makhluk yang tidak pernah salah? ujar Arya dalam hati.
Setelah mereka berjalan cukup lama Arya tiba-tiba menghentikan langkah Asuna dengan tanganya. Arya merunduk dan memberikan isyarat pada Asuna untuk melakukan hal yang sama, mereka telah sampai disebuah padang rumput luas. Arya menyadari ada seekor anak rusa yang terpisah dari kawananya berada disana.
"Bagaimana? Apa kau bisa melakukanya?" tanya Arya.
"Akan aku coba" jawab Asuna sambil memasang anak panahnya.
Jarak mereka sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh meter dari target, tapi yang membuat Arya cemas adalah jarak ini lebih jauh dari saat panah Asuna meleset sebelumnya. Asuna memasang posisi memanah sambil berjongkok, Arya memerhatikan Asuna dengan cemas. Dia terlihat lebih pucat dari biasanya dan terlihat keringat dingin bercucuran dikeningnya.
Lalu Arya pun menyadari bahwa tangan Asuna gemetar hebat sangat menarik busur panahnya, mungkin karena inilah anak panahnya meleset sebelumnya. Arya pun mendekatinya dan memegang tanganya dari belakang, Arya menopang kedua tangan Asuna. Tangan yang memegang busur dan tangan yang menarik anak panah.
"Eh? Apa yang kau------"
"Tarik nafas mu dalam-dalam dan tenangkan dirimu" bisik Arya ditelinganya.
Walaupun pada awalnya ia terlihat ingin protes karena perlakuan Arya padanya tapi pada akhirnya dia melakukan apa yang Arya katakan, Arya memegang kedua tanganya sambil berusaha untuk menenangkan dirinya. Pada akhirnya gemetar pada tangan Asuna pun menghilang.
"Sekarang!" perintah Arya.
Wushhh, suara anak panah itu membelah udara disekitarnya saat melesat dari busurnya. Anak panah itu mengarah tepat pada target dan pada akhirnya mengenai paha kaki belakang dari anak rusa tersebut, ia pun meronta-ronta kesakitan.
"Kau lihat itu Arya aku berha----eh?" kata Asuna sambil memperhatikan sekelilingnya
Arya sudah melesat dengan cepat dari tempat mereka bersembunyi sebelumnya, dia berlari menuruni bukit itu dengan seluruh tenaga yang masih ia miliki. Sebenarnya ia sudah mulai berlari sejak anak panah Asuna dilepaskan, dia percaya bahwa kali ini Asuna pasti mengenai targetnya dan kali ini dia juga harus melakukan tugasnya dengan benar. Hanya dalam sekejap mata Arya berada tepat disamping anak rusa itu, dengan satu gerakan cepat ia menggorok tenggorokan anak rusa itu dengan pedangnya. Kejadian itu terjadi sangat cepat bahkan anak rusa itu sendiri tidak menyadari bahwa nyawanya telah melayang akibat tebasan pedang Arya.
Arya mengibaskan pedangnya kearah tanah untuk membersihkan darah rusa yang mengalir pada pedangnya.
"Eee bukankah pedang ini harusnya digunakan untuk bertarung? Tapi aku malah menggunakanya untuk membunuh anak rusa, Ukhh maafkan aku rusa kecil tapi kami berdua tidak boleh mati disini. Tidak lucu jika ada berita tentang dua Elementalist yang ditemukan mati kelaparan bukan? Itu akan menjadi bahan candaan terburuk untuk umat Manusia" kata Arya sambil menyarungkan pedangnya.
"Hey? apa semuanya berjalan lancar?" tanya Asuna sambil berlari mendekati Arya.
Arya melemparkan senyum dan mengacungkan jempol tangan kananya pada Asuna. Lalu Arya mengeluarkan sebuah pisau kecil dari sakunya.
"Mmm Asuna bisakah kau mencari tanaman-tanaman yang bisa digunakan untuk menjadi bumbu masakan disekitar sini?" tanya Arya.
"Mmm tentu" jawab Asuna.
"Baiklah kalau begitu aku mengandalkan mu, aku akan memotong-motong daging rusa ini agar mudah untuk dibawa kembali ke gua kita"
"Kenapa kita tidak menetap disini saja? Sepertinya sumber makanan disini lebih banyak" tanya Asuna.
"Disini kurang aman, kita bisa menarik perhatian makhluk-makhluk yang tidak diinginkan jika menyalakan api disekitar sini"
"Ayolah Arya ku mohon, aku tidak ingin kembali ke gua itu. Disana hanya ada pohon-pohon"
Itu pertama kali Arya mendengar Asuna memohon, haruskah dia merekam kejadian ini?.
"Bisakan kau mengulanginya?"
"Mmm apa?"
"Tidak ada lupakan, baiklah kalau begitu kaulah yang harus mencari tempat istirahat. Seperti gua atau apapun itu"
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu" kata Asuna pergi dengan wajah sumeringah.
Arya melihat hasil buruan mereka, kecil sih tapi tidak terlalu buruk juga untuk tangkapan pertama yang mereka dapatkan.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Akhirnya aku bisa makan" ujar Arya dengan penuh syukur ketika Asuna memberikan daging rusa bagianya.
"Kau terlihat seperti gelandangan yang belum dapat makan dalam waktu yang sangat lama" sindir Asuna.
"Terserah apapun yang mau kau katakan Asuna, aku tidak peduli. Yang penting malam ini perutku tidak terus berbunyi menuntut untuk diisi" kata Arya sambil mengangkat suapan pertama makananya.
Asuna memukul tangan Arya sebelum suapan itu sampai ke mulut Arya.
"Aww! Apaa?!" tanya Arya.
"Mana doa sebelum makannya?" tagih Asuna.
"Hahh....iya-iya maaf aku lupa" jawab Arya sambil menghela nafas.
Makanan pertama yang mereka makan sejak dua hari terakhir terasa sangat nikmat, tapi seperti banyak kenikmatan lain yang ada di dunia. Hal itu tidak bertahan lama, hanya dalam beberapa menit piring mereka berdua sudah bersih. Walaupun belum puas makan mereka memutuskan untuk tidak memasak terlalu banyak agar persediaan makanan mereka masih bisa digunakan untuk beberapa hari kedepan.
"Nah karena sekarang perut kita telah terisi mari kita bicarakan misi kita yaitu---" kata Arya setelah menegak air dari kantung air yang ia miliki.
"Menemukan tanduk Minotaur?" sambung Asuna sambil mendekatkan tanganya pada api unggun.
"Apa kau melihat gua atau sejenisnya tadi?" tanya Arya.
"Aku melihat sekitar tiga atau lebih gua yang ada di bukit itu" jawab Asuna sambil menunjuk bukit yang berada tidak jauh dari mereka.
"Dan bagaimana cara kau menemukan tempat ini?
Asuna menemukan sebuah lubang yang cukup besar di tanah, lubang itu terlihat seperti sarang yang telah ditinggalkan walaupun Arya tidak tahu makhluk apa yang memiliki sarang seperti itu. Arya hanya berdoa agar si pemilik sarang tidak kembali kemari untuk mengambil barangnya yang tertinggal, sebenarnya tempat itu cukup aman karena tertutup oleh semak-semak yang ada disekitarnya.
"Aku terjatuh kedalam sini" jawab Asuna malu.
"Hehh" Arya menatapnya heran dengan nada suara meremehkan.
"Jangan melihatku seperti itu!" bentak Asuna.
"Lalu kapan kau ingin memeriksa gua-gua itu?" tanya Arya.
"Secepatnya, eh tapi Arya bukankah masing-masing dari kita harus memiliki tanduk Minotaur untuk lulus?"
"Mmm sepertinya begitu, kita berdua harus memilikinya untuk lolos. Tapi kalau kelompok yang lain sepertinya disuruh mencari benda yang berbeda-beda"
"Jadi bukankah kita harus mencari dua ekor Minotaur?"
"Hah? Untuk apa?"
"Bukankah tadi kau bilang masing-masing dari kita harus memiliki tanduk Minotaur?"
"Mmm Hime-sama? Minotaur itu memiliki dua tanduk, untuk apa kau mencari dua ekor Minotaur?" tanya Arya sambil membuat pose tanduk dengan tanganya diatas kepala.
"Eh?"
"Jadi yang harus kita lakukan adalah memenggal satu kepala Minotaur dan kita berdua akan lolos tahap ini, itu saja kau tidak tahu **BA-KA" kata Arya dengan sengaja menekankan dua kosa kata terakhir.
**Baka (ばか) berasal dari bahasa Jepang yang berarti : bodoh, tolol, idiot, dan sebagainya
"Apa? Kau sebut aku apa tadi?" tanya Asuna kesal.
"Tidak ada\, aku tidak pernah mengatakan apapun kok ***BAKASUNA"
***Disini Arya memplesetkan kata baka yang berarti bodoh dengan cara menggabungkanya dengan nama Asuna
"Jangan panggil aku seperti itu?!!"
"Hahaha istirahat sana"
"Jangan main perintah seenaknya, kau tidak boleh tidur didalam" ujar Asuna ketus.
"Iya-iya tidur sana Hime-sama" kata Arya sambil menyeringai nakal.
Asuna pun masuk ke dalam lubang untuk beristirahat dan membiarkan Arya istirahat diluar, sebelum masuk dia tidak lupa mendaratkan pukulan keras ke pundak Arya.
-----------------------------<<>>-----------------------------
Asuna terbangun dengan keringat dingin disekujur tubuhnya, dia baru saja mengalami mimpi buruk yang tidak ingin dia ingat. Dia bangun dari tempatnya berbaring dan berjalan keluar dari lubang tempat mereka beristirahat. Dia menyipitkan mata saat melihat api unggun mereka masih berkobar yang menandakan bahwa api tersebut masih terus diberikan pasokan kayu kering agak tidak padam.
Dia melihat Arya dengan mata terpejam dan kepala terantuk-antuk sambil memeluk katana yang ia bawa, Arya bersandar pada sebuah batu besar dekat dengan api unggun itu. Asuna mendekati pria itu, dia menatap wajah menyebalkan laki-laki yang selalu membuat ia kesal bahkan tanpa sebab sekalipun. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus rambut Arya tapi tanganya berhenti diudara secara tiba-tiba.
"Kenapa kau terbangun?"
Arya sudah membuka matanya, dia balas menatap Asuna dengan matanya yang berwarna biru seperti batu saphir itu.
"Ehh ku kira kau sudah terlelap?"
"Aku hanya memejamkan mataku saja bukanya tertidur, ada apa?"
"Mmm aku hanya ingin mencari udara segar, dan ku pikir kita bisa bergatian untuk berjaga. Aku tahu kalau kau tidak pernah sempat tidur selama tiga malam terakhir ini, jadi silahkan tidur didalam" ujar Asuna sambil duduk disebelah Arya.
"Aku tidak bisa"
"Eh? Kenapa? Tidak apa aku pasti bisa berjaga kok, jangan sok kuat begitu"
"Bukan seperti itu, aku bukanya sok kuat atau bagaimana. Tapi aku tidak bisa tidur ditempat yang membuatku tidak nyaman, hal itu pasti membuat ku terjaga semalaman"
"Mmm bagaimana kalau begini"
Asuna menarik kepala Arya kedekatnya dan menyenderkan kepala Arya pada pundaknya
"Eh? Asuna?" tanya Arya bingung.
"Bagaimana rasanya? Apakah sudah nyaman?"
"Hangat" bisik Arya pelan sambil mengangguk.
"Syukurlah" kata Asuna sambil tersenyum.
"Asuna?" panggil Arya.
"Mmm?"
"Sebaiknya kau tidur lagi, aku dengar perempuan itu lebih butuh banyak tidur dari pada laki-laki. Mereka menyebutnya tidur cantik atau apalah itu"
Tapi tidak terdengar jawaban dari Asuna, lalu Arya mengangkat kepalanya dari pundak Asuna.
"Asuna???"
-----------------------------<<>>-----------------------------
Asuna terbangun karena sinar matahari menyinari kelopak matanya, dia mengusap-usap matanya dan melihat sekeliling dengan linglung. Dia merasakan sesuatu yang lembut dan hangat menyelimuti tubuhnya, ternyata itu adalah jubah merah yang ia kenakan. Seseorang menyelimutinya dengan jubah tersebut. Matanya membelalak sangat mengingat kejadian semalam, lalu dia melemparkan pandanganya ke sekeliling tempat istirahat itu, yang ia lihat hanya bekas api unggun yang telah terbakar menjadi abu. Dia juga tidak bisa menemukan Arya didalam lubang sarang itu.
Dia berlari dan mencari disekitar tempat itu sambil bertanya-tanya kemana laki-laki itu, dia memanggil-manggil Arya tapi tidak ada jawaban. Lalu karena lelah berteriak ia berjalan menuju sungai untuk menyegarkan tenggorokanya yang kering akibat berteriak, dan akhirnya dia menemukan Arya di sungai tersebut tanpa mengenakan baju.
"Hey kemana saja kau?!" teriak Asuna
"Apa sih? Kenapa kau teriak pagi-pagi begini?" tanya Arya tanpa menoleh pada Asuna.
"Tidak ada salahnya kan kau menyahut panggilan ku? Kau ini membuatku cemas saja"
"Tidak bisa, kalau aku menyahut mereka bisa kabur"
"Apa yang kau lakukan?"
"Mencari sarapan" kata Arya sambil menerkam ke arah air didepanya.
Dia berhasil menangkap sebuah ikan sungai dengan ukuran cukup besar.
"Eh? Bukankah kita masih memiliki daging rusa kemarin?"
"Kita harus menghemat makanan bukan?"
"Ku kira apa? Ternyata kau hanya pergi untuk menangkap ikan" ujar Asuna ketus.
"Bukan hanya itu" kata Arya lalu melemparkan bajunya pada Asuna.
"Mmm? Apa ini? kenapa kau memberikan ini padaku?" tanya Asuna bingung.
"Cium baunya"
"Mmm?"
Asuna pun mencium baju itu tanpa pikir panjang, lalu tiba-tiba ia merasa mual. Baju itu memiliki bau yang sangat menyengat dan membuatnya ingin muntah karena menciumnya.
"Apa ini? kenapa kau memberikan aku baju mu yang penuh bau keringat ini?" tanya Asuna sambil melemparkan kembali baju Arya.
"Bau keringat? Jangan bercanda Asuna, itu bau air liur mu tahu" kata Arya dengan wajah kesal.
"Eh? Maksudmu?" tanya Asuna bingung.
"Aku ke sungai bukan hanya untuk mencari ikan, aku kemari untuk mencuci baju ku yang bau karena terkena air liurmu. Bergantian berjaga dari mananya? Baru saja beberapa menit kau sudah tertidur pulas kembali, dasar!"
"Ti..ti..tidak mungkin bau itu adalah bau air liur ku" ujar Asuna tidak percaya.
"Kau mau membantahnya bagaimana lagi? Baju ku sampai basah begini" kata Arya sambil memutar-mutar bajunya dengan tangan.
"Tidakkkkkk!!!" teriak Asuna.
"Hahh sudahlah, cepat kesini dan bantu aku untuk meletakan ikan ini" perintah Arya.
"Mmm baik........" kata Asuna sambil cemberut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Ibn Edy
mantap thor ceritanya
2022-06-02
0
Mashiro
semoga ketika gorok rusanya, Arya baca doa biar halal
2022-05-19
5
John Singgih
berhasil bisa kerjasama antara Asuna dengan Arya, semoga bisa lanjut ke tahap berikutnya ya
2021-07-23
1