Chapter 10 - Survive

"Ukhh perutku" kata Arya meringis sambil memegang perutnya.

"Kenapa? Apa kau masih merasa mual akibat teleportasi itu?" tanya Asuna.

"Tentu saja bukan, perutku begini karena selama dua hari terakhir kita belum makan sama sekali" jawab Arya.

Walaupun harus Arya akui bahwa ia sangat tidak menikmati teleportasi yang mereka lakukan saat menuju kesini, rasanya dia terhempas ke udara dengan kecepatan tinggi. Hal itu membuat perutnya terasa tidak karuan dan ingin sekali muntah lalu tiba-tiba kakinya menginjak tanah lagi secara tiba-tiba. Bukan pengalaman berpergian yang patut dianjurkan menurutnya.

"Apa-apaan kau ini? Kau itu laki-laki kan? Masa Cuma karena tidak makan dua hari kau tidak kuat?" ejek Asuna

"Hahh?! Lihat siapa yang bicara? Kau kira aku tidak mendengar suara perutmu yang keroncongan itu tiap malam?" balas Arya.

"A..a..apa? i..i..itu bukan aku! Palingan kau hanya salah dengar, kan ditempat ini banyak hewan-hewan dengan suara aneh" kata Asuna sambil memalingkan wajah.

"Mana ada suara hewan seperti itu" ujar Arya sambil mengangkat alisnya.

Mereka memang sudah sampai dua hari yang lalu, dan selama dua hari itu mereka berhasil menemukan tempat istirahat beserta sumber mata air untuk minum. Tapi masalahnya adalah selama dua hari ini mereka hanya mengganjal perut mereka dengan air, inilah yang menyebabkan Arya belum sempat untuk berpikir tentang bagaimana cara mencari benda yang harus mereka temukan untuk lolos pada tahap ini.

"Apa kau sudah tahu dimana letak sarang Minotaur disekitar sini?" tanya Asuna.

"Dari apa yang aku baca dibuku, dikatakan mereka biasanya bersarang di gua-gua"

"Mmm bukankah saat ini kita juga menetap di gua?"

"Iya, tapi menurutku tidak ada Minoutaur yang akan tinggal di gua itu karena tidak sumber makanan disekitar sini"

"Eh ngomong-ngomong Minotaur itu makan apa ya?"

"Ukhh aku juga tidak tahu! Aku tidak pernah membaca mereka itu herbivora kah? Karnivora kah? ataupun Omnivora, aku juga tidak peduli akan hal itu saai ini! yang aku tahu saat ini aku sangat butuh makanan" jawab Arya kesal.

"Kau tidak perlu membentak ku seperti itu kan?" sahut Asuna ketus sambil cemberut.

Langkah Arya terhenti lalu ia menoleh pada Asuna dan memasang senyum terbaik yang bisa ia buat saat itu, walaupun urat saraf pada dahinya sudah berkedut-kedut kesal.

"*Hime-sama? Kau kira salah siapa kita belum dapat makan selama dua hari terakhir?" tanya Arya masih sambil tersenyum kesal.

*Himesama (ひめさま) berasal dari bahasa Jepang yang berarti : anak seorang bangsawan atau bisa juga diartikan sebagai tuan putri

Mereka tiba di Wilayah Netral dimana lokasinya adalah hutan yang dikelilingi dataran tinggi. Itulah salah satu alasan Arya memutuskan untuk mencari tempat istirahat terlebih dahulu, karena ditempat seperti ini akan sangat mudah diserang oleh berbagai macam makhluk yang tidak mereka ketahui tapi setelah mereka menemukan tempat istirahat dan sumber air sebenarnya mereka juga sudah berusaha untuk mencari makanan seperti tumbuhan yang bisa dimakan ataupun buah-buahan. Tapi hasilnya nihil, tempat itu sekan-akan hanya ada pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Itulah sebabnya mereka memutuskan untuk berburu, dan kejadian yang membuat Arya kesal pada Asuna terjadi kemarin, mereka akhirnya menemukan kawanan rusa setelah berjalan cukup jauh dari gua tempat mereka beristirahat. Arya pun membuat rencana menangkap salah satu untuk dijadikan sebagai persediaan konsumsi mereka untuk beberapa hari kedepan.

Rencananya adalah Asuna harus memanah rusa tersebut agar ia tidak bisa berlari dengan baik dan Arya akan berusaha untuk menangkapnya, akan lebih baik kalau Asuna bisa membunuh rusa itu langsung agar Arya tidak perlu mengejarnya lagi.

Sialnya, panah Asuna meleset dan menyebabkan kawanan rusa itu berlari berhamburan ke segala arah. Tentu saja Arya tetap mengejar dan berusaha menangkap salah satu dari mereka, tapi ia gagal karena rusa-rusa itu sangat lincah. Pada akhirnya semua rusa yang ada disana telah berhasil melarikan diri, Arya hanya bisa membungkuk lesu ditanah dengan nafas terengah-engah.

"Ini pasti bohong kan? Padahal tinggal sedikit lagi" bisiknya kecewa.

"Apa kau berhasil---"

"Kalau aku berhasil apa aku akan berpose menyedihkan seperti ini?" potong Arya cepat.

"Kau memang selalu menyedihkan" ejek Asuna.

"Apa!?" teriak Arya.

Teriakan itu membuat Asuna terlihat sedikit terkejut, dia tidak menyangka Arya akan semarah itu.

"Eh? Kenapa? Harusnya kan kau bisa menangkap salah satu dari mereka tadi"

"Kalau saja anak panah mu tidak meleset tidak mungkin aku gagal menangkapnya" kata Arya dengan wajah kesal

"Jadi kau menyalahkan aku?" tanya Asuna dengan wajah tidak kalah kesal.

"Tentu saja, kalau panah mu tidak meleset mana mungkin semua rusa berlari berhamburan ke segala arah. Hey Asuna, katakan padaku kenapa panahmu bisa meleset? Bukankah saat di gudang senjata, panahmu tidak pernah meleset satu kali pun"

Asuna terdiam lalu memalingkan wajahnya dari Arya.

"Hey jawab aku Asuna" tagih Arya.

"A...a...aku------"

"Kau.........?"

"A..a...aku tidak pernah memanah hewan sebelumnya! Kau puas!?" jawabnya dengan wajah merah.

"Apuaaa??!!!" kata Arya bingung.

Asuna hanya diam dan tidak mau melihat mata Arya.

"Ahh aku lupa, kau kan seorang Hime-sama wajar saja kau tidak pernah berburu dan memanah makhluk hidup. Kau hanya memanah target panahan saja" ucap Arya sambil menutup matanya dengan tangan tidak percaya.

"Jangan panggil aku Hime-sama!" sahut Asuna kesal.

"Kenapa? Kau kan memang seorang Hime-sama, kalau tahu begini aku tidak akan memberikan tepuk tangan waktu itu. Bagaimana ini Hime-sama?" tanya Arya sambil berusaha menahan tawa.

"Mmm SUDAH KUBILANG JANGAN PANGGIL AKU SEPERTI ITU?!" teriak Asuna.

-----------------------------<<>>-----------------------------

"Bukankah aku sudah minta maaf? Dan berhentilah memanggilku seperti itu" jawab Asuna kesal.

Dia berjalan melewati Arya sambil menabrakan pundaknya pada Arya, aww...perempuan ini....apa mereka benar-benar makhluk yang tidak pernah salah? ujar Arya dalam hati.

Setelah mereka berjalan cukup lama Arya tiba-tiba menghentikan langkah Asuna dengan tanganya. Arya merunduk dan memberikan isyarat pada Asuna untuk melakukan hal yang sama, mereka telah sampai disebuah padang rumput luas. Arya menyadari ada seekor anak rusa yang terpisah dari kawananya berada disana.

"Bagaimana? Apa kau bisa melakukanya?" tanya Arya.

"Akan aku coba" jawab Asuna sambil memasang anak panahnya.

Jarak mereka sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh meter dari target, tapi yang membuat Arya cemas adalah jarak ini lebih jauh dari saat panah Asuna meleset sebelumnya. Asuna memasang posisi memanah sambil berjongkok, Arya memerhatikan Asuna dengan cemas. Dia terlihat lebih pucat dari biasanya dan terlihat keringat dingin bercucuran dikeningnya.

Lalu Arya pun menyadari bahwa tangan Asuna gemetar hebat sangat menarik busur panahnya, mungkin karena inilah anak panahnya meleset sebelumnya. Arya pun mendekatinya dan memegang tanganya dari belakang, Arya menopang kedua tangan Asuna. Tangan yang memegang busur dan tangan yang menarik anak panah.

"Eh? Apa yang kau------"

"Tarik nafas mu dalam-dalam dan tenangkan dirimu" bisik Arya ditelinganya.

Walaupun pada awalnya ia terlihat ingin protes karena perlakuan Arya padanya tapi pada akhirnya dia melakukan apa yang Arya katakan, Arya memegang kedua tanganya sambil berusaha untuk menenangkan dirinya. Pada akhirnya gemetar pada tangan Asuna pun menghilang.

"Sekarang!" perintah Arya.

Wushhh, suara anak panah itu membelah udara disekitarnya saat melesat dari busurnya. Anak panah itu mengarah tepat pada target dan pada akhirnya mengenai paha kaki belakang dari anak rusa tersebut, ia pun meronta-ronta kesakitan.

"Kau lihat itu Arya aku berha----eh?" kata Asuna sambil memperhatikan sekelilingnya

Arya sudah melesat dengan cepat dari tempat mereka bersembunyi sebelumnya, dia berlari menuruni bukit itu dengan seluruh tenaga yang masih ia miliki. Sebenarnya ia sudah mulai berlari sejak anak panah Asuna dilepaskan, dia percaya bahwa kali ini Asuna pasti mengenai targetnya dan kali ini dia juga harus melakukan tugasnya dengan benar. Hanya dalam sekejap mata Arya berada tepat disamping anak rusa itu, dengan satu gerakan cepat ia menggorok tenggorokan anak rusa itu dengan pedangnya. Kejadian itu terjadi sangat cepat bahkan anak rusa itu sendiri tidak menyadari bahwa nyawanya telah melayang akibat tebasan pedang Arya.

Arya mengibaskan pedangnya kearah tanah untuk membersihkan darah rusa yang mengalir pada pedangnya.

"Eee bukankah pedang ini harusnya digunakan untuk bertarung? Tapi aku malah menggunakanya untuk membunuh anak rusa, Ukhh maafkan aku rusa kecil tapi kami berdua tidak boleh mati disini. Tidak lucu jika ada berita tentang dua Elementalist yang ditemukan mati kelaparan bukan? Itu akan menjadi bahan candaan terburuk untuk umat Manusia" kata Arya sambil menyarungkan pedangnya.

"Hey? apa semuanya berjalan lancar?" tanya Asuna sambil berlari mendekati Arya.

Arya melemparkan senyum dan mengacungkan jempol tangan kananya pada Asuna. Lalu Arya mengeluarkan sebuah pisau kecil dari sakunya.

"Mmm Asuna bisakah kau mencari tanaman-tanaman yang bisa digunakan untuk menjadi bumbu masakan disekitar sini?" tanya Arya.

"Mmm tentu" jawab Asuna.

"Baiklah kalau begitu aku mengandalkan mu, aku akan memotong-motong daging rusa ini agar mudah untuk dibawa kembali ke gua kita"

"Kenapa kita tidak menetap disini saja? Sepertinya sumber makanan disini lebih banyak" tanya Asuna.

"Disini kurang aman, kita bisa menarik perhatian makhluk-makhluk yang tidak diinginkan jika menyalakan api disekitar sini"

"Ayolah Arya ku mohon, aku tidak ingin kembali ke gua itu. Disana hanya ada pohon-pohon"

Itu pertama kali Arya mendengar Asuna memohon, haruskah dia merekam kejadian ini?.

"Bisakan kau mengulanginya?"

"Mmm apa?"

"Tidak ada lupakan, baiklah kalau begitu kaulah yang harus mencari tempat istirahat. Seperti gua atau apapun itu"

"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu" kata Asuna pergi dengan wajah sumeringah.

Arya melihat hasil buruan mereka, kecil sih tapi tidak terlalu buruk juga untuk tangkapan pertama yang mereka dapatkan.

-----------------------------<<>>-----------------------------

"Akhirnya aku bisa makan" ujar Arya dengan penuh syukur ketika Asuna memberikan daging rusa bagianya.

"Kau terlihat seperti gelandangan yang belum dapat makan dalam waktu yang sangat lama" sindir Asuna.

"Terserah apapun yang mau kau katakan Asuna, aku tidak peduli. Yang penting malam ini perutku tidak terus berbunyi menuntut untuk diisi" kata Arya sambil mengangkat suapan pertama makananya.

Asuna memukul tangan Arya sebelum suapan itu sampai ke mulut Arya.

"Aww! Apaa?!" tanya Arya.

"Mana doa sebelum makannya?" tagih Asuna.

"Hahh....iya-iya maaf aku lupa" jawab Arya sambil menghela nafas.

Makanan pertama yang mereka makan sejak dua hari terakhir terasa sangat nikmat, tapi seperti banyak kenikmatan lain yang ada di dunia. Hal itu tidak bertahan lama, hanya dalam beberapa menit piring mereka berdua sudah bersih. Walaupun belum puas makan mereka memutuskan untuk tidak memasak terlalu banyak agar persediaan makanan mereka masih bisa digunakan untuk beberapa hari kedepan.

"Nah karena sekarang perut kita telah terisi mari kita bicarakan misi kita yaitu---" kata Arya setelah menegak air dari kantung air yang ia miliki.

"Menemukan tanduk Minotaur?" sambung Asuna sambil mendekatkan tanganya pada api unggun.

"Apa kau melihat gua atau sejenisnya tadi?" tanya Arya.

"Aku melihat sekitar tiga atau lebih gua yang ada di bukit itu" jawab Asuna sambil menunjuk bukit yang berada tidak jauh dari mereka.

"Dan bagaimana cara kau menemukan tempat ini?

Asuna menemukan sebuah lubang yang cukup besar di tanah, lubang itu terlihat seperti sarang yang telah ditinggalkan walaupun Arya tidak tahu makhluk apa yang memiliki sarang seperti itu. Arya hanya berdoa agar si pemilik sarang tidak kembali kemari untuk mengambil barangnya yang tertinggal, sebenarnya tempat itu cukup aman karena tertutup oleh semak-semak yang ada disekitarnya.

"Aku terjatuh kedalam sini" jawab Asuna malu.

"Hehh" Arya menatapnya heran dengan nada suara meremehkan.

"Jangan melihatku seperti itu!" bentak Asuna.

"Lalu kapan kau ingin memeriksa gua-gua itu?" tanya Arya.

"Secepatnya, eh tapi Arya bukankah masing-masing dari kita harus memiliki tanduk Minotaur untuk lulus?"

"Mmm sepertinya begitu, kita berdua harus memilikinya untuk lolos. Tapi kalau kelompok yang lain sepertinya disuruh mencari benda yang berbeda-beda"

"Jadi bukankah kita harus mencari dua ekor Minotaur?"

"Hah? Untuk apa?"

"Bukankah tadi kau bilang masing-masing dari kita harus memiliki tanduk Minotaur?"

"Mmm Hime-sama? Minotaur itu memiliki dua tanduk, untuk apa kau mencari dua ekor Minotaur?" tanya Arya sambil membuat pose tanduk dengan tanganya diatas kepala.

"Eh?"

"Jadi yang harus kita lakukan adalah memenggal satu kepala Minotaur dan kita berdua akan lolos tahap ini, itu saja kau tidak tahu **BA-KA" kata Arya dengan sengaja menekankan dua kosa kata terakhir.

**Baka (ばか) berasal dari bahasa Jepang yang berarti : bodoh, tolol, idiot, dan sebagainya

"Apa? Kau sebut aku apa tadi?" tanya Asuna kesal.

"Tidak ada\, aku tidak pernah mengatakan apapun kok ***BAKASUNA"

***Disini Arya memplesetkan kata baka yang berarti bodoh dengan cara menggabungkanya dengan nama Asuna

"Jangan panggil aku seperti itu?!!"

"Hahaha istirahat sana"

"Jangan main perintah seenaknya, kau tidak boleh tidur didalam" ujar Asuna ketus.

"Iya-iya tidur sana Hime-sama" kata Arya sambil menyeringai nakal.

Asuna pun masuk ke dalam lubang untuk beristirahat dan membiarkan Arya istirahat diluar, sebelum masuk dia tidak lupa mendaratkan pukulan keras ke pundak Arya.

-----------------------------<<>>-----------------------------

Asuna terbangun dengan keringat dingin disekujur tubuhnya, dia baru saja mengalami mimpi buruk yang tidak ingin dia ingat. Dia bangun dari tempatnya berbaring dan berjalan keluar dari lubang tempat mereka beristirahat. Dia menyipitkan mata saat melihat api unggun mereka masih berkobar yang menandakan bahwa api tersebut masih terus diberikan pasokan kayu kering agak tidak padam.

Dia melihat Arya dengan mata terpejam dan kepala terantuk-antuk sambil memeluk katana yang ia bawa, Arya bersandar pada sebuah batu besar dekat dengan api unggun itu. Asuna mendekati pria itu, dia menatap wajah menyebalkan laki-laki yang selalu membuat ia kesal bahkan tanpa sebab sekalipun. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus rambut Arya tapi tanganya berhenti diudara secara tiba-tiba.

"Kenapa kau terbangun?"

Arya sudah membuka matanya, dia balas menatap Asuna dengan matanya yang berwarna biru seperti batu saphir itu.

"Ehh ku kira kau sudah terlelap?"

"Aku hanya memejamkan mataku saja bukanya tertidur, ada apa?"

"Mmm aku hanya ingin mencari udara segar, dan ku pikir kita bisa bergatian untuk berjaga. Aku tahu kalau kau tidak pernah sempat tidur selama tiga malam terakhir ini, jadi silahkan tidur didalam" ujar Asuna sambil duduk disebelah Arya.

"Aku tidak bisa"

"Eh? Kenapa? Tidak apa aku pasti bisa berjaga kok, jangan sok kuat begitu"

"Bukan seperti itu, aku bukanya sok kuat atau bagaimana. Tapi aku tidak bisa tidur ditempat yang membuatku tidak nyaman, hal itu pasti membuat ku terjaga semalaman"

"Mmm bagaimana kalau begini"

Asuna menarik kepala Arya kedekatnya dan menyenderkan kepala Arya pada pundaknya

"Eh? Asuna?" tanya Arya bingung.

"Bagaimana rasanya? Apakah sudah nyaman?"

"Hangat" bisik Arya pelan sambil mengangguk.

"Syukurlah" kata Asuna sambil tersenyum.

"Asuna?" panggil Arya.

"Mmm?"

"Sebaiknya kau tidur lagi, aku dengar perempuan itu lebih butuh banyak tidur dari pada laki-laki. Mereka menyebutnya tidur cantik atau apalah itu"

Tapi tidak terdengar jawaban dari Asuna, lalu Arya mengangkat kepalanya dari pundak Asuna.

"Asuna???"

-----------------------------<<>>-----------------------------

Asuna terbangun karena sinar matahari menyinari kelopak matanya, dia mengusap-usap matanya dan melihat sekeliling dengan linglung. Dia merasakan sesuatu yang lembut dan hangat menyelimuti tubuhnya, ternyata itu adalah jubah merah yang ia kenakan. Seseorang menyelimutinya dengan jubah tersebut. Matanya membelalak sangat mengingat kejadian semalam, lalu dia melemparkan pandanganya ke sekeliling tempat istirahat itu, yang ia lihat hanya bekas api unggun yang telah terbakar menjadi abu. Dia juga tidak bisa menemukan Arya didalam lubang sarang itu.

Dia berlari dan mencari disekitar tempat itu sambil bertanya-tanya kemana laki-laki itu, dia memanggil-manggil Arya tapi tidak ada jawaban. Lalu karena lelah berteriak ia berjalan menuju sungai untuk menyegarkan tenggorokanya yang kering akibat berteriak, dan akhirnya dia menemukan Arya di sungai tersebut tanpa mengenakan baju.

"Hey kemana saja kau?!" teriak Asuna

"Apa sih? Kenapa kau teriak pagi-pagi begini?" tanya Arya tanpa menoleh pada Asuna.

"Tidak ada salahnya kan kau menyahut panggilan ku? Kau ini membuatku cemas saja"

"Tidak bisa, kalau aku menyahut mereka bisa kabur"

"Apa yang kau lakukan?"

"Mencari sarapan" kata Arya sambil menerkam ke arah air didepanya.

Dia berhasil menangkap sebuah ikan sungai dengan ukuran cukup besar.

"Eh? Bukankah kita masih memiliki daging rusa kemarin?"

"Kita harus menghemat makanan bukan?"

"Ku kira apa? Ternyata kau hanya pergi untuk menangkap ikan" ujar Asuna ketus.

"Bukan hanya itu" kata Arya lalu melemparkan bajunya pada Asuna.

"Mmm? Apa ini? kenapa kau memberikan ini padaku?" tanya Asuna bingung.

"Cium baunya"

"Mmm?"

Asuna pun mencium baju itu tanpa pikir panjang, lalu tiba-tiba ia merasa mual. Baju itu memiliki bau yang sangat menyengat dan membuatnya ingin muntah karena menciumnya.

"Apa ini? kenapa kau memberikan aku baju mu yang penuh bau keringat ini?" tanya Asuna sambil melemparkan kembali baju Arya.

"Bau keringat? Jangan bercanda Asuna, itu bau air liur mu tahu" kata Arya dengan wajah kesal.

"Eh? Maksudmu?" tanya Asuna bingung.

"Aku ke sungai bukan hanya untuk mencari ikan, aku kemari untuk mencuci baju ku yang bau karena terkena air liurmu. Bergantian berjaga dari mananya? Baru saja beberapa menit kau sudah tertidur pulas kembali, dasar!"

"Ti..ti..tidak mungkin bau itu adalah bau air liur ku" ujar Asuna tidak percaya.

"Kau mau membantahnya bagaimana lagi? Baju ku sampai basah begini" kata Arya sambil memutar-mutar bajunya dengan tangan.

"Tidakkkkkk!!!" teriak Asuna.

"Hahh sudahlah, cepat kesini dan bantu aku untuk meletakan ikan ini" perintah Arya.

"Mmm baik........" kata Asuna sambil cemberut.

Terpopuler

Comments

Ibn Edy

Ibn Edy

mantap thor ceritanya

2022-06-02

0

Mashiro

Mashiro

semoga ketika gorok rusanya, Arya baca doa biar halal

2022-05-19

5

John Singgih

John Singgih

berhasil bisa kerjasama antara Asuna dengan Arya, semoga bisa lanjut ke tahap berikutnya ya

2021-07-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!