Chapter 01 - Elemental City

Tik.....tik........tik kringg.....kring.........krinngg........!!!!

Suara alarm jam weker itu memecah kesunyian di dalam kamar tersebut, sang pemilik kamar pun terbangun dari tidurnya. Tapi ia enggan bergerak dari tempat tidurnya untuk mematikan jam weker yang telah ia setting sendiri pada jam setengah 7 pagi seperti biasanya, entah kenapa kenyamanan dari kasurnya itu membuat tubuhnya menjadi berat. Seolah-olah gaya gravitasi di tempat itu lebih besar dari tempat lainya.

Kring.....kring....kring......kring.......kring.....kring.......!!!

Ia pun mulai terganggu dengan bunyi menyebalkan itu, lalu ia menutupi kepalanya dengan bantal sehingga suara yang mengganggu itu berkurang, kenapa jam weker itu tidak bisa mengerti? Pikirnya.

Kring.....kring....kring......kring.......kring.....kring.......!!!

"Ahhh..........berisik................!!!" teriaknya.

Seketika jam tersebut berhenti berdering, tiba-tiba saja mekanisme dalam jam tersebut tidak berfungsi karna bagian dalam dari jam itu membeku begitu saja.

setelah suasananya kembali sunyi ia melanjutkan tidurnya. Tapi, belum 5 menit ia terlelap suara yang sangat dia kenal membangunkanya.

"Tuan Muda? Tuan Muda? Bangunlan tuan, jika anda tidak bangun anda akan terlambat masuk sekolah. Anda ingat? Hari ini adalah hari pertama semester baru" kata suara tersebut sambil mengetuk pintu kamarnya.

Ia pun langsung tersadar dan segera bangun dari ditempat tidurnya, ia pun melihat jam weker yang membeku. Terlihat jam itu menunjukan pukul 6.40, benar juga, hari adalah hari pertama masuk sekolah, pikirnya.

"Tuan Muda? Apa anda sudah bangun?" tanya suara itu lagi.

"Iyaa....iya aku sudah bangun" jawabnya serak.

"Baguslah kalau begitu, sarapan segera siap" sahut suara dari luar pintu kamar tidurnya.

Kemudian sang pemilik kamar berdiri dari tempat tidurnya dengan sekuat tenaga, saat ia berhasil berdiri dari kasurnya.

Akhirnya aku bisa lepas dari tempat itu, katanya dalam hati. lalu ia pun melangkah ke depan cermin yang berada diseberang kamar tidurnya tersebut. Dan melihat pantulan bayanganya pada cermin.

Namanya adalah Arya, hanya Arya tanpa marga dan tambahan sedikit pun. Sampai terkadang ia ingin menambahkan kata Just pada depan namanya yang berarti hanya. Hanya Arya pikirnya.

Di depan cermin itu Arya melihat remaja laki-laki pada umumnya. Dia mengenakan piyama berwarna putih dan menatap dengan tatapan bodoh pada cermin, tapi yang menarik dari anak itu adalah rambut berantakannya yang berwarna putih seperti salju serta matanya yang berwarna biru seperti batu saphire.

Setelah melihat dirinya pada cermin dan merasa jijik kepada dirinya sendiri karena penampilanya yang berantakan. Ia pun mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Tapi sebelum itu ia perlu membuang protein yang ada dalam badannya, hal ini lebih lama dari pada mandi pikirnya sambil duduk menunggu proteinya keluar. Kalian paham maksdunya membuang protein? Jika kalian mempunyai sistem pencernaan yang baik kalian pasti mengerti, Benar sekali! Ia sedang BAB.

Setelah selesai mandi ia pun langsung mengenakan seragamnya, rompi sekolahnya yang tidak pernah tersentuh selama liburan itu pun masih terasa sama pikirnya. Lalu ia keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan sambil menenteng tas sekolahnya. Di meja makan, sarapan sudah tersedia seperti biasanya, ia langsung duduk dan memakan sarapan tersebut tanpa bersuara sambil berpikir dimana gerangan orang yang membuat sarapan.

"Tuan Muda..........." kata suara dari belakangnya.

Disitu berdiri seorang pria paruh baya mengenakan pakaian pelayan yang biasa ia kenakan, rambutnya yang panjang dan beruban itu terurai di wajahnya. Dia adalah pelayan pribadi Arya, namanya adalah Pak Tora. Dia adalah mantan pelayan Presiden, tapi sekarang menjadi pelayan pribadi Arya.

"Ada apa pak?" tanya Arya padanya.

"Tuan Muda saya mohon berhenti melakukan ini" kata Pak Tora sambil menunjuk jam weker beku yang sedang ia pegang.

"Ini sudah yang ketiga kalinya dalam minggu ini tuan Muda, apa saya harus membelikan anda jam dua hari sekali?" tanyanya lagi sambil menghela nafas.

"Hahahaha maafkan aku hanya saja gravitasi pada kasurku itu terasa lebih besar dari pada tempat lainya" sahut Arya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Hah......anda hanya mencari alasan, padahal anda hanya malas bergerak saat baru bangun tidur kan?" kata Pak Tora.

"Hahahaha mungkin saja" jawab Arya sambil tertawa.

"Baiklah saya akan merapikan kamar anda, jadi berangkatlah tanpa perlu mencari saya. Nanti bisa-bisa anda terlambat dihari pertama ini" kata Pak Tora sambil berjalan menuju lorong yang mengarah ke kamar Arya.

"Baik........." sahut Arya sambil masih mengunyah sarapanya.

"Ohhh iyaaa Tuan Muda? Saya lupa memberitahu bahwa Tuan ingin bertemu dengan anda" kata Pak Tora sambil menjulurkan kepalanya dari pintu masuk ruang makan.

"Tuan Presiden?" tanya Arya berpaling dari makananya untuk sementara.

"Benar, Tuan meminta anda datang ke Rumah Utama sepulang anda dari sekolah" jawab Pak Tora.

"Oke, apa kau tidak ikut bersama ku?" tanya Arya lagi.

"Maafkan saya Tuan Muda, saya tidak bisa ikut karena masih banyak kerjaan yang menumpuk"

"Kalau begitu bisakah kau mengembalikan beberapa buku yang aku pinjam di perpustakaan kemarin?"

"Tentu Tuan Muda"

"Baiklah, aku berangkat dulu pak" kata Arya sambil berdiri dari kursinya.

"Hati-hati dijalan Tuan Muda" sahut Pak Tora.

Setelah keluar dari gerbang rumahnya, Arya berjalan menuju jalan utama yang sudah dipadati orang yang memiliki kepentingan masing-masing. Ia berjalan menuju stasiun kereta seperti yang biasa dia lakukan saat berangkat ke sekolah, setelah membeli tiket kereta api dan berdesak-desakan akhirnya ia berhasil masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduk favoritnya.

"Ramai sekali, jam berangkat kerja memang seperti ini bukan?" kata Arya berbicara pada dirinya sendiri.

Akhirnya dia berhasil menemukan tempat duduknya yang biasa, kenapa dia suka duduk di tempat itu? Alasanya sederhana, ia dapat melihat pemandangan kota melalui tempat itu. Kereta pun mulai berangkat. Arya melihatnya, pemandangan kota yang padat akan penduduk itu.

Kota Elemental atau lebih dikenal dengan nama Elemental City, biasanya juga disingkat menjadi EC. Menurut Arya nama ini kurang cocok untuk tempat ini, kenapa? Kata City berarti kota bukan? Tapi tempat ini terlalu luas untuk diberi nama seperti itu. Elemental City adalah wilayah terakhir yang dimiliki oleh umat Manusia, ia tidak tahu pasti luasnya berapa. Tapi, yang ia tahu pasti membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menampung seluruh umat Manusia dari berbagai negara di dunia ini.

Kemudian ia melihat ke langit, di langit samar-samar terlihat lapisan yang melindungi Elemental City. Lapisan itu seperti membran tipis yang transparan, tapi sebenarnya sangat berguna untuk melindungi kota ini. Lapisan itu dibuat oleh para Ilmuan-ilmuan dari seluruh negara di dunia dengan bantuan para Witch yang pro kepada Manusia, sehingga Manusia bisa berlindung di kota ini. Arya tidak tau pasti apa fungsi Kubah Pelindung itu, itulah kata semua orang yang menyebutnya. Tapi dari yang ia baca disalah satu buku di perpustakaan bahwa lapisan itu melindungi Elemental City sehingga tidak dapat di deteksi oleh ras lainya dan dari yang ia baca juga katanya dapat melindungi kota dari serangan-serangan ras lain.

Dia tidak tahu apa yang ada diluar Kubah Pelindung, sejak dia lahir dia sudah berada di Elemental City. Arya ingin melihat ras-ras lainya seperti Elf, apalagi Demi-Human. Ia sangat ingin melihat perempuan-perempuan dengan telinga dan ekor kucing itu, hanya dengan memikirkanya saja bisa membuatnya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Tapi ia tidak terlalu ingin bertemu dengan ras Demon, ia benci hantu.

Elemental City dibagi menjadi 3 Distrik. Emas, Perak, dan Perunggu. Ketiga Distrik dipisahkan oleh dinding-dinding pembatas, Distrik-distrik ini memiliki perbedaan kelas sosial yang sangat terlihat jelas, hal inilah yang sangat dibenci oleh Arya. Distrik Perunggu berada di wilayah paling luar dari Elemental City, artinya mereka adalah wilayah yang paling dekat dengan Kubah Pelindung. Dan secara otomatis pasti yang pertama kali diserang jika Kubah Pelindung menghilang.

Mayoritas penduduk pada Distrik Perunggu bekerja sebagai petani dan peternak seperti di game Harvest Moo.......Mmmm bukan itu masalahnya, hal ini bukan tanpa sebab karena wilayah dari Distrik Perunggu sebagian besar adalah lahan-lahan pertanian yang luas dan hutan-hutan. Sehingga sangat cocok untuk profesi seperti itu.

Tapi fasilitas pada Distrik Perunggu sangat terbatas, disana bahkan tidak ada Rumah Sakit maupun Sekolah, jadi para penduduk Distrik Perunggu harus berobat dan menyekolahkan anak-anak mereka di Distrik Perak. Hal inilah yang menurut Arya perlakuan pemerintah pusat tidak adil, mereka pikir bahan makanan yang mereka makan setiap hari berasal dari mana? Jika para penduduk Distrik Perunggu tidak ingin menjual hasil panen mereka kepada kedua Distrik yang lain pasti kita semua akan mati kelaparan bukan? Itulah pikir Arya.

Distrik berikutnya adalah Distrik Perak, Distrik ini ditempati oleh orang-orang dengan kemampuan ekonomi menengah keatas, disini adalah tempat dengan fasilitas terlengkap yang ada di Elemental City dan juga Distrik dengan penduduk terpadat, karena disini adalah tempat para pekerja kantoran bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka, disinilah tempat adanya kantor-kantor yang membuat perekonomian dan kehidupan yang ada Elemental City tetap berjalan.

Di Distrik ini jugalah tempat Arya tinggal, sebenarnya ia ingin tinggal di Distrik Perunggu seperti orang-orang lain yang ingin mencari udara yang bersih disana, sudah banyak orang dari Distrik Emas maupun Perak yang bosan dengan suasana kota pindah ke sana. Tapi jika dia pindah ke Distrik Perunggu maka ia akan kesusahan untuk pergi Perpustakaan Kota, jadi ia mengurungkan niatnya itu.

Yang terakhir adalah Distrik termewah, yaitu Distrik Emas. Disini adalah tempat tinggal orang-orang yang mempunyai uang pikir Arya, orang-orang yang tinggal di Distrik ini adalah orang-orang yang memiliki pengaruh penting bagi Elemental City. Para pemimpin negara yang berjasa pada Elemental City, para Bangsawan, orang-orang kaya, dan para aktor dan aktris terkenal di Elemental City.

Tempat ini dipenuhi dengan fasilitas-fasilitas yang amat mewah, pusat-pusat perbelanjaan, sekolah orang kaya, rumah sakit terbaik, restaurant-restaurant mahal yang bisa bikin orang telanjang karena keenakan makananya, kenapa tidak sekalian saja tantang kokinya buat Shokugeki? Intinya adalah tempat-tempat yang bisa menghamburkan uang mu dengan sia-sia pikir Arya. Dan yang lebih parahnya lagi, kalian tau apa? Mereka tidak punya perpustakaan.

Arya merasakan laju kereta yang semakin melambat yang menandakan bahwa ia sudah sampai tujuan, ia pun berdiri dari tempat duduknya. Tapi tiba-tiba ia merasakan tatapan tajam dari seseorang dibelakang punggungnya, seketika itu juga ia berbalik, tapi karena kereta yang padat akan penumpang yang ia lihat hanya kilatan berwarna merah, apa itu tadi? Ahh sudahlah lupakan saja.

Ia keluar dari kereta sambil berdesak-desakan dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari kerumunan itu saat keluar dari stasiun kereta api, untung saja jalan menuju sekolah tidak seramai pusat kota. Dan akhirnya ia sampai di Gerbang sekolahnya, disamping gerbang yang tinggi itu (agar tidak ada yang berusaha menaiki pagar jika mereka terlambat) terdapat plat nama sekolahnya yang bertuliskan Sekolah Menengah Atas 1 Perak. Entah mengapa melihat nama sekolah itu ia merasa bahwa sekolah ini adalah sekolah murahan, padahal bisa dikatakan sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di Distrik Perak bahkan Elemental City sekalipun.

Dia belum terlambat, ia sampai jam 7 tepat. 10 menit sebelum bel pertama berbunyi, dia langsung berjalan cepat melewati gerbang, mengacuhkan orang-orang yang mencoba menyapanya dan hanya memberikan senyuman kecil pada mereka. Dia langsung menuju kelas, dan seperti dugaanya beberapa anak sudah ada di dalam kelas, harusnya aku bangun lebih cepat tadi pikirnya sambil menghela nafas, ia pun masuk ke ruang kelas dan langsung menuju ke tempat duduknya setelah mengucapkan selamat pagi kepada semuanya. Ia merasakan pandangan mereka semua seperti menusuk badanya, hehh pandangan seperti biasa pikirnya.

Bagaimana tidak dipandang coba? Seorang anak laki-laki dengan rambut berantakan berwarna putih? Kurang aneh apa lagi itu? Bukankah dia sangat cocok menjadi bahan tontonan sirkus?, ia sudah mencoba beberapa kali memotong habis rambutnya dan mengecatnya juga, tapi selalu tidak membuahkan hasil, pasti keesokan harinya rambutnya kembali seperti semula. Seperti sebuah kutukan saja. Kemudian ia mendengar sapaan paling menyebalkan yang berasal dari orang yang menyebalkan pula.

"Hey Uban-san" kata suara itu menyapa dengan nada riang

"Sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu Wibu sialan, dan jangan menggunakan akhiran san, itu menjijikan" jawab Arya sambil menoleh.

Disitu berdiri seorang anak laki-laki dengan rambut berwarna kemerah-merahan, dan hidung yang mancung, dia lebih tinggi sedikit dari Arya. Mungkin sekitar 165, dia adalah sahabat dan orang paling menyebalkan yang pernah Arya kenal, dia juga yang sering memberikan recomend-recomend anime pada Arya yang membuatnya menjadi menyukai anime. Ryan Gerrow.

"Ohh ayolah, jangan panggil aku seperti itu. Kau juga suka menonton anime kan? Berarti kau dan aku sama saja" kata Ryan.

"Dan sudah kubilangkan, rambut ku ini berwarna putih bukan beruban, uban itu warnanya lebih kusam bukan putih seperti salju. Jangan samakan aku dengan mu dasar Wibu, aku hanya seorang Anime Lovers bukan Wibu sepertimu." sahut Arya.

"Apa bedanya? Sama saja bukan?"

"Jelas berbeda, aku tidak menyebalkan sepertimu"

"Itukan hanya pendapatmu? Shiro-san"

"Jangan panggil aku seperti itu juga, itu terdengar seperti kau sedang berbicara dengan anjingnya Shin-chan kau tau?"

Perdebatan mereka akhirnya berhenti saat guru mereka masuk ruangan, dan Ryan duduk kembali di tempat duduknya, dan Arya melakukan hal yang selalu dilakukanya disekolah, tidur. Didalam mimpinya ia bertemu dengan seorang perempuan tanpa wajah yang menggenggam api ditanganya, lalu kemudian melemparkanya kepada Arya.

Arya........Arya........oi.........Aryaa.......bangun.

Seketika itu Arya langsung bangun, dan teman-teman sekelas beserta gurunya melihatnya dengan tatapan tajam.

"Berhentilah tidur dan mengigau di kelas Arya" kata Ibu gurunya yang bernama Ibu Rust

Seketika wajah Arya memerah karena malu. Apa aku menginggau ya? Hanya saja Mimpi tadi terasa sangat nyata.

Orang yang membangunkanya tadi ternyata adalah Ryan, Ryan memberi isyarat dengan tangan, apa kau baik-baik saja? tanya Ryan dengan bahasa isyarat, Arya memberikan satu anggukan padanya, dia terlihat cemas jadi sebaiknya Arya menenangkanya terlebih dahulu.

"Arya jawablah pertanyaan berikutnya" kata Ibu Rust.

"Uji kemampuan 1 halaman 72 nomer 39, Apa sisi negatif Sistem Ekonomi Merkantilisme?" jawab Arya cepat.

"Hehh bagaimana kau......."

"Masyarakat dan faktor produksi yang lain cenderung dieksploitasi, contohnya seperti di Elemental City ini"

"Kenapa kau bisa? Bukankah kau........"

"Tertidur? Ohh ayolah bu, ibu seperti tidak mengenal ku saja, aku hanya tertidur, bukanya tidak mendengarkan"

Ibu Rust terlihat sangat kaget akan jawaban yang diberikan Arya, tapi agar tidak malu dihadapan murid-murid nya ia berusaha bersikap tenang, tapi ia masih mencoba memancing Arya dengan kata-katanya.

"Kalau kau sehebat itu Arya, kau seharusnya mendapatkan nilai sempurna disemua mata pelajaran bukan? Tapi kenapa matematika mu selalu mendapat.......kau tau nilai yang kurang memuaskan" katanya dengan seringai licik diwajahnya.

"Ibu tau aku tidak suka pelajaran mati-matian itu kan? Jadi maaf saja kalau nilaiku seperti itu" jawab Arya tanpa ekspresi.

"Tapi seharusnya........"

"Sudahlah bu, apa kau pikir aku ini robot? Aku hanya Manusia biasa seperti ibu, ada hal yang ku suka dan aku tidak suka. Apakah ibu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diluar mata pelajaran yang ibu ajarkan? Tentu saja tidak, jadi jangan salahkan kami para murid jika kami memiliki pelajaran tidak kami kuasai" jawab Arya sambil tersenyum.

Mendengar kata-kata itu Ibu Rust naik pitam, dia sangat kesal melihat kelakuan Arya, dia memang salah satu anak yang cerdas, tapi sifatnya dan penampilanya itu selalu membuatnya kesal, urat saraf terlihat di dahi Ibu Rust.

"Ibu jika ibu terus memasang ekspresi itu, bisa-bisa keriput diwajah ibu semakin bertambah lo" kata Arya sambil menahan tawa.

Kemudian Ibu Rust pun tersadar akan ekspresi yang dibuatnya, dia melihat murid-muridnya yang lain juga sedang menahan tawa, wajahnya pun memerah karena malu, lalu dia menunjuk Arya. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya, dan pergi meninggalkan kelas dengan membawa tasnya. Saat pintu kelas menutup, tepuk tangan dan sorak sorai menyambut kepergian guru itu.

"Hahahahahah kau lihat wajahnya? Kau melakukanya lagi kawan" kata Ryan kepada Arya.

"Good job Arya"

"Kita selalu mendapatkan banyak jam kosong kalau Arya berdebat dengan guru bukan?"

"Hahahaha aku tidak tahan melihat ekspresinya tadi, sungguh"

Tapi Arya tidak memerhatikan kata-kata teman sekelasnya, dia hanya ingin tidur kembali. Lalu ia bersandar pada kursinya sambil memegang kepalanya.

"Ada apa pahlawan matematika?" tanya Ryan.

"Berhentilah membuat panggilan-panggilan aneh Wibu, aku mengantuk" jawab Arya.

"Apa kau menggunakan kekuatan mu lagi?"

"Iya hanya sedikit"

"Untuk apa?"

"Mematikan jam weker"

Ryan pun tertawa, tidak adakah hal penting lain yang bisa kau lakukan? entah sejak kapan dan darimana Ryan tau aku memiliki kekuatan, dia seperti tau begitu saja.

"Apa kau mau ikut pergi menonton sepulang sekolah?'

"Mmm......sepertinya tidak bisa, aku harus bertemu Pak Presiden"

"Ohh berarti kau akan ke Distrik Emas ya?"

"Begitulah"

Saat bel pulang berbunyi siang itu, Arya pun langsung berdiri sambil menenteng tasnya untuk pergi menuju Distrik Emas, dia melambai kepada orang-orang yang menyapanya. Dia berjalan menuju stasiun yang menuju Distrik Emas, membeli tiket dan masuk ke dalam kereta api tanpa hambatan yang berarti, karena ini masih jam kantor. Jadi tidak seramai saat berangkat ke sekolah.

Ia berhenti di Stasiun yang berada tepat disebelah Dinding Pembatas, Dinding Pembatas berwarna emas yang tingginya entah berapa? Arya tidak peduli, bukankah sudah ia bilang bahwa dia benci menghitung. Arya berjalan menuju Post penjaga gerbang, disitu berdiri seorang penjaga gerbang dengan seragam berwarna emas, dia adalah seorang laki-laki dengan wajah tirus seperti kuda, namanya dalah John, dia adalah penjaga gerbang yang biasa Arya lewati jika ingin masuk ke Distrik Emas.

"Yo what's up? Lihat siapa yang datang? Arya? Beri aku high five bro" sapa John riang seperti biasa.

"Yo what's up John" jawab Arya dengan wajah datar sambil menepuk tangan John.

"Jadi ada keperluan apa kau datang ke Distrik Emas kawan?"

"Aku harus bertemu Pak Presiden"

"Ohhh menarik jadi ada apa? Apa kau akan bertunangan?"

"Aku masih anak SMA John" jawab Arya sambil menghela nafas.

"Apa salahnya? Tidak apa kan?"

"Terserah kau saja, aku pergi dulu"

"Baiklah, sampaikan salamku pada adikmu yang manis itu!!!" teriak John.

"Teruslah bermimpi kawan" bisik Arya.

Arya berjalan melewati beberapa pusat perbelanjaan dan berbelok kearah perumahan-perumahan yang ada Distrik Emas, satu kata untuk tempat ini, sangat glamour, terlalu mewah dan terlalu membuang banyak uang pikir Arya. Ia akhirnya melihatnya diujung perumahan itu, Rumah besar dengan halaman luas. Saat memasuki gerbang, beberapa pelayan sudah menunggu untuk menyambutnya.

"Selamat datang di Rumah Utama Tuan Muda" kata para pelayan bersamaan

Arya hanya melambaikan tangan yang menandakan ia mendengar kata sambutan mereka dan mengizinkan mereka untuk pergi, dia masuk kedalam rumah, naik ke lantai paling atas dan mencari ruangan yang ada diujung lorong lantai tersebut, setelah ketemu ia mengetuk pintunya.

Tok......tok.....tok

"Siapa?" suara yang sangat Arya kenal menyahut dari dalam.

"Ini saya, Tuan Presiden" jawab Arya.

"Ohh silahkan masuk, aku sudah menunggumu" sahut suara itu.

Kemudia Arya membuka pintu ruangan, itu adalah ruang kerja yang sama dan tidak berubah sama sekali diingatan Arya, tidak sedikitpun pikir Arya. Dibelakang meja duduk seorang laki-laki paruh baya dengan rambut yang mulai memutih, dia mengenakan jas kerja yang biasa ia kenakan dia juga mengenakan kopiah berwarnah hitam dikepalanya. Dia tersenyum pada Arya. Nama Pria itu adalah Hartoso. Dia adalah Ayah angkat sekaligus wali dari Arya. Dan, Presiden dari Republik Indonesia.

Terpopuler

Comments

YouTube Lana

YouTube Lana

pendek bet thor

2024-12-07

0

Singgih Sunaryo

Singgih Sunaryo

pelajaran ap tuh

2024-01-14

0

Singgih Sunaryo

Singgih Sunaryo

just alvin acara metrotv

2024-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!