Tik.....tik........tik kringg.....kring.........krinngg........!!!!
Suara alarm jam weker itu memecah kesunyian di dalam kamar tersebut, sang pemilik kamar pun terbangun dari tidurnya. Tapi ia enggan bergerak dari tempat tidurnya untuk mematikan jam weker yang telah ia setting sendiri pada jam setengah 7 pagi seperti biasanya, entah kenapa kenyamanan dari kasurnya itu membuat tubuhnya menjadi berat. Seolah-olah gaya gravitasi di tempat itu lebih besar dari tempat lainya.
Kring.....kring....kring......kring.......kring.....kring.......!!!
Ia pun mulai terganggu dengan bunyi menyebalkan itu, lalu ia menutupi kepalanya dengan bantal sehingga suara yang mengganggu itu berkurang, kenapa jam weker itu tidak bisa mengerti? Pikirnya.
Kring.....kring....kring......kring.......kring.....kring.......!!!
"Ahhh..........berisik................!!!" teriaknya.
Seketika jam tersebut berhenti berdering, tiba-tiba saja mekanisme dalam jam tersebut tidak berfungsi karna bagian dalam dari jam itu membeku begitu saja.
setelah suasananya kembali sunyi ia melanjutkan tidurnya. Tapi, belum 5 menit ia terlelap suara yang sangat dia kenal membangunkanya.
"Tuan Muda? Tuan Muda? Bangunlan tuan, jika anda tidak bangun anda akan terlambat masuk sekolah. Anda ingat? Hari ini adalah hari pertama semester baru" kata suara tersebut sambil mengetuk pintu kamarnya.
Ia pun langsung tersadar dan segera bangun dari ditempat tidurnya, ia pun melihat jam weker yang membeku. Terlihat jam itu menunjukan pukul 6.40, benar juga, hari adalah hari pertama masuk sekolah, pikirnya.
"Tuan Muda? Apa anda sudah bangun?" tanya suara itu lagi.
"Iyaa....iya aku sudah bangun" jawabnya serak.
"Baguslah kalau begitu, sarapan segera siap" sahut suara dari luar pintu kamar tidurnya.
Kemudian sang pemilik kamar berdiri dari tempat tidurnya dengan sekuat tenaga, saat ia berhasil berdiri dari kasurnya.
Akhirnya aku bisa lepas dari tempat itu, katanya dalam hati. lalu ia pun melangkah ke depan cermin yang berada diseberang kamar tidurnya tersebut. Dan melihat pantulan bayanganya pada cermin.
Namanya adalah Arya, hanya Arya tanpa marga dan tambahan sedikit pun. Sampai terkadang ia ingin menambahkan kata Just pada depan namanya yang berarti hanya. Hanya Arya pikirnya.
Di depan cermin itu Arya melihat remaja laki-laki pada umumnya. Dia mengenakan piyama berwarna putih dan menatap dengan tatapan bodoh pada cermin, tapi yang menarik dari anak itu adalah rambut berantakannya yang berwarna putih seperti salju serta matanya yang berwarna biru seperti batu saphire.
Setelah melihat dirinya pada cermin dan merasa jijik kepada dirinya sendiri karena penampilanya yang berantakan. Ia pun mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Tapi sebelum itu ia perlu membuang protein yang ada dalam badannya, hal ini lebih lama dari pada mandi pikirnya sambil duduk menunggu proteinya keluar. Kalian paham maksdunya membuang protein? Jika kalian mempunyai sistem pencernaan yang baik kalian pasti mengerti, Benar sekali! Ia sedang BAB.
Setelah selesai mandi ia pun langsung mengenakan seragamnya, rompi sekolahnya yang tidak pernah tersentuh selama liburan itu pun masih terasa sama pikirnya. Lalu ia keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan sambil menenteng tas sekolahnya. Di meja makan, sarapan sudah tersedia seperti biasanya, ia langsung duduk dan memakan sarapan tersebut tanpa bersuara sambil berpikir dimana gerangan orang yang membuat sarapan.
"Tuan Muda..........." kata suara dari belakangnya.
Disitu berdiri seorang pria paruh baya mengenakan pakaian pelayan yang biasa ia kenakan, rambutnya yang panjang dan beruban itu terurai di wajahnya. Dia adalah pelayan pribadi Arya, namanya adalah Pak Tora. Dia adalah mantan pelayan Presiden, tapi sekarang menjadi pelayan pribadi Arya.
"Ada apa pak?" tanya Arya padanya.
"Tuan Muda saya mohon berhenti melakukan ini" kata Pak Tora sambil menunjuk jam weker beku yang sedang ia pegang.
"Ini sudah yang ketiga kalinya dalam minggu ini tuan Muda, apa saya harus membelikan anda jam dua hari sekali?" tanyanya lagi sambil menghela nafas.
"Hahahaha maafkan aku hanya saja gravitasi pada kasurku itu terasa lebih besar dari pada tempat lainya" sahut Arya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Hah......anda hanya mencari alasan, padahal anda hanya malas bergerak saat baru bangun tidur kan?" kata Pak Tora.
"Hahahaha mungkin saja" jawab Arya sambil tertawa.
"Baiklah saya akan merapikan kamar anda, jadi berangkatlah tanpa perlu mencari saya. Nanti bisa-bisa anda terlambat dihari pertama ini" kata Pak Tora sambil berjalan menuju lorong yang mengarah ke kamar Arya.
"Baik........." sahut Arya sambil masih mengunyah sarapanya.
"Ohhh iyaaa Tuan Muda? Saya lupa memberitahu bahwa Tuan ingin bertemu dengan anda" kata Pak Tora sambil menjulurkan kepalanya dari pintu masuk ruang makan.
"Tuan Presiden?" tanya Arya berpaling dari makananya untuk sementara.
"Benar, Tuan meminta anda datang ke Rumah Utama sepulang anda dari sekolah" jawab Pak Tora.
"Oke, apa kau tidak ikut bersama ku?" tanya Arya lagi.
"Maafkan saya Tuan Muda, saya tidak bisa ikut karena masih banyak kerjaan yang menumpuk"
"Kalau begitu bisakah kau mengembalikan beberapa buku yang aku pinjam di perpustakaan kemarin?"
"Tentu Tuan Muda"
"Baiklah, aku berangkat dulu pak" kata Arya sambil berdiri dari kursinya.
"Hati-hati dijalan Tuan Muda" sahut Pak Tora.
Setelah keluar dari gerbang rumahnya, Arya berjalan menuju jalan utama yang sudah dipadati orang yang memiliki kepentingan masing-masing. Ia berjalan menuju stasiun kereta seperti yang biasa dia lakukan saat berangkat ke sekolah, setelah membeli tiket kereta api dan berdesak-desakan akhirnya ia berhasil masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduk favoritnya.
"Ramai sekali, jam berangkat kerja memang seperti ini bukan?" kata Arya berbicara pada dirinya sendiri.
Akhirnya dia berhasil menemukan tempat duduknya yang biasa, kenapa dia suka duduk di tempat itu? Alasanya sederhana, ia dapat melihat pemandangan kota melalui tempat itu. Kereta pun mulai berangkat. Arya melihatnya, pemandangan kota yang padat akan penduduk itu.
Kota Elemental atau lebih dikenal dengan nama Elemental City, biasanya juga disingkat menjadi EC. Menurut Arya nama ini kurang cocok untuk tempat ini, kenapa? Kata City berarti kota bukan? Tapi tempat ini terlalu luas untuk diberi nama seperti itu. Elemental City adalah wilayah terakhir yang dimiliki oleh umat Manusia, ia tidak tahu pasti luasnya berapa. Tapi, yang ia tahu pasti membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menampung seluruh umat Manusia dari berbagai negara di dunia ini.
Kemudian ia melihat ke langit, di langit samar-samar terlihat lapisan yang melindungi Elemental City. Lapisan itu seperti membran tipis yang transparan, tapi sebenarnya sangat berguna untuk melindungi kota ini. Lapisan itu dibuat oleh para Ilmuan-ilmuan dari seluruh negara di dunia dengan bantuan para Witch yang pro kepada Manusia, sehingga Manusia bisa berlindung di kota ini. Arya tidak tau pasti apa fungsi Kubah Pelindung itu, itulah kata semua orang yang menyebutnya. Tapi dari yang ia baca disalah satu buku di perpustakaan bahwa lapisan itu melindungi Elemental City sehingga tidak dapat di deteksi oleh ras lainya dan dari yang ia baca juga katanya dapat melindungi kota dari serangan-serangan ras lain.
Dia tidak tahu apa yang ada diluar Kubah Pelindung, sejak dia lahir dia sudah berada di Elemental City. Arya ingin melihat ras-ras lainya seperti Elf, apalagi Demi-Human. Ia sangat ingin melihat perempuan-perempuan dengan telinga dan ekor kucing itu, hanya dengan memikirkanya saja bisa membuatnya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Tapi ia tidak terlalu ingin bertemu dengan ras Demon, ia benci hantu.
Elemental City dibagi menjadi 3 Distrik. Emas, Perak, dan Perunggu. Ketiga Distrik dipisahkan oleh dinding-dinding pembatas, Distrik-distrik ini memiliki perbedaan kelas sosial yang sangat terlihat jelas, hal inilah yang sangat dibenci oleh Arya. Distrik Perunggu berada di wilayah paling luar dari Elemental City, artinya mereka adalah wilayah yang paling dekat dengan Kubah Pelindung. Dan secara otomatis pasti yang pertama kali diserang jika Kubah Pelindung menghilang.
Mayoritas penduduk pada Distrik Perunggu bekerja sebagai petani dan peternak seperti di game Harvest Moo.......Mmmm bukan itu masalahnya, hal ini bukan tanpa sebab karena wilayah dari Distrik Perunggu sebagian besar adalah lahan-lahan pertanian yang luas dan hutan-hutan. Sehingga sangat cocok untuk profesi seperti itu.
Tapi fasilitas pada Distrik Perunggu sangat terbatas, disana bahkan tidak ada Rumah Sakit maupun Sekolah, jadi para penduduk Distrik Perunggu harus berobat dan menyekolahkan anak-anak mereka di Distrik Perak. Hal inilah yang menurut Arya perlakuan pemerintah pusat tidak adil, mereka pikir bahan makanan yang mereka makan setiap hari berasal dari mana? Jika para penduduk Distrik Perunggu tidak ingin menjual hasil panen mereka kepada kedua Distrik yang lain pasti kita semua akan mati kelaparan bukan? Itulah pikir Arya.
Distrik berikutnya adalah Distrik Perak, Distrik ini ditempati oleh orang-orang dengan kemampuan ekonomi menengah keatas, disini adalah tempat dengan fasilitas terlengkap yang ada di Elemental City dan juga Distrik dengan penduduk terpadat, karena disini adalah tempat para pekerja kantoran bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka, disinilah tempat adanya kantor-kantor yang membuat perekonomian dan kehidupan yang ada Elemental City tetap berjalan.
Di Distrik ini jugalah tempat Arya tinggal, sebenarnya ia ingin tinggal di Distrik Perunggu seperti orang-orang lain yang ingin mencari udara yang bersih disana, sudah banyak orang dari Distrik Emas maupun Perak yang bosan dengan suasana kota pindah ke sana. Tapi jika dia pindah ke Distrik Perunggu maka ia akan kesusahan untuk pergi Perpustakaan Kota, jadi ia mengurungkan niatnya itu.
Yang terakhir adalah Distrik termewah, yaitu Distrik Emas. Disini adalah tempat tinggal orang-orang yang mempunyai uang pikir Arya, orang-orang yang tinggal di Distrik ini adalah orang-orang yang memiliki pengaruh penting bagi Elemental City. Para pemimpin negara yang berjasa pada Elemental City, para Bangsawan, orang-orang kaya, dan para aktor dan aktris terkenal di Elemental City.
Tempat ini dipenuhi dengan fasilitas-fasilitas yang amat mewah, pusat-pusat perbelanjaan, sekolah orang kaya, rumah sakit terbaik, restaurant-restaurant mahal yang bisa bikin orang telanjang karena keenakan makananya, kenapa tidak sekalian saja tantang kokinya buat Shokugeki? Intinya adalah tempat-tempat yang bisa menghamburkan uang mu dengan sia-sia pikir Arya. Dan yang lebih parahnya lagi, kalian tau apa? Mereka tidak punya perpustakaan.
Arya merasakan laju kereta yang semakin melambat yang menandakan bahwa ia sudah sampai tujuan, ia pun berdiri dari tempat duduknya. Tapi tiba-tiba ia merasakan tatapan tajam dari seseorang dibelakang punggungnya, seketika itu juga ia berbalik, tapi karena kereta yang padat akan penumpang yang ia lihat hanya kilatan berwarna merah, apa itu tadi? Ahh sudahlah lupakan saja.
Ia keluar dari kereta sambil berdesak-desakan dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari kerumunan itu saat keluar dari stasiun kereta api, untung saja jalan menuju sekolah tidak seramai pusat kota. Dan akhirnya ia sampai di Gerbang sekolahnya, disamping gerbang yang tinggi itu (agar tidak ada yang berusaha menaiki pagar jika mereka terlambat) terdapat plat nama sekolahnya yang bertuliskan Sekolah Menengah Atas 1 Perak. Entah mengapa melihat nama sekolah itu ia merasa bahwa sekolah ini adalah sekolah murahan, padahal bisa dikatakan sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di Distrik Perak bahkan Elemental City sekalipun.
Dia belum terlambat, ia sampai jam 7 tepat. 10 menit sebelum bel pertama berbunyi, dia langsung berjalan cepat melewati gerbang, mengacuhkan orang-orang yang mencoba menyapanya dan hanya memberikan senyuman kecil pada mereka. Dia langsung menuju kelas, dan seperti dugaanya beberapa anak sudah ada di dalam kelas, harusnya aku bangun lebih cepat tadi pikirnya sambil menghela nafas, ia pun masuk ke ruang kelas dan langsung menuju ke tempat duduknya setelah mengucapkan selamat pagi kepada semuanya. Ia merasakan pandangan mereka semua seperti menusuk badanya, hehh pandangan seperti biasa pikirnya.
Bagaimana tidak dipandang coba? Seorang anak laki-laki dengan rambut berantakan berwarna putih? Kurang aneh apa lagi itu? Bukankah dia sangat cocok menjadi bahan tontonan sirkus?, ia sudah mencoba beberapa kali memotong habis rambutnya dan mengecatnya juga, tapi selalu tidak membuahkan hasil, pasti keesokan harinya rambutnya kembali seperti semula. Seperti sebuah kutukan saja. Kemudian ia mendengar sapaan paling menyebalkan yang berasal dari orang yang menyebalkan pula.
"Hey Uban-san" kata suara itu menyapa dengan nada riang
"Sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu Wibu sialan, dan jangan menggunakan akhiran san, itu menjijikan" jawab Arya sambil menoleh.
Disitu berdiri seorang anak laki-laki dengan rambut berwarna kemerah-merahan, dan hidung yang mancung, dia lebih tinggi sedikit dari Arya. Mungkin sekitar 165, dia adalah sahabat dan orang paling menyebalkan yang pernah Arya kenal, dia juga yang sering memberikan recomend-recomend anime pada Arya yang membuatnya menjadi menyukai anime. Ryan Gerrow.
"Ohh ayolah, jangan panggil aku seperti itu. Kau juga suka menonton anime kan? Berarti kau dan aku sama saja" kata Ryan.
"Dan sudah kubilangkan, rambut ku ini berwarna putih bukan beruban, uban itu warnanya lebih kusam bukan putih seperti salju. Jangan samakan aku dengan mu dasar Wibu, aku hanya seorang Anime Lovers bukan Wibu sepertimu." sahut Arya.
"Apa bedanya? Sama saja bukan?"
"Jelas berbeda, aku tidak menyebalkan sepertimu"
"Itukan hanya pendapatmu? Shiro-san"
"Jangan panggil aku seperti itu juga, itu terdengar seperti kau sedang berbicara dengan anjingnya Shin-chan kau tau?"
Perdebatan mereka akhirnya berhenti saat guru mereka masuk ruangan, dan Ryan duduk kembali di tempat duduknya, dan Arya melakukan hal yang selalu dilakukanya disekolah, tidur. Didalam mimpinya ia bertemu dengan seorang perempuan tanpa wajah yang menggenggam api ditanganya, lalu kemudian melemparkanya kepada Arya.
Arya........Arya........oi.........Aryaa.......bangun.
Seketika itu Arya langsung bangun, dan teman-teman sekelas beserta gurunya melihatnya dengan tatapan tajam.
"Berhentilah tidur dan mengigau di kelas Arya" kata Ibu gurunya yang bernama Ibu Rust
Seketika wajah Arya memerah karena malu. Apa aku menginggau ya? Hanya saja Mimpi tadi terasa sangat nyata.
Orang yang membangunkanya tadi ternyata adalah Ryan, Ryan memberi isyarat dengan tangan, apa kau baik-baik saja? tanya Ryan dengan bahasa isyarat, Arya memberikan satu anggukan padanya, dia terlihat cemas jadi sebaiknya Arya menenangkanya terlebih dahulu.
"Arya jawablah pertanyaan berikutnya" kata Ibu Rust.
"Uji kemampuan 1 halaman 72 nomer 39, Apa sisi negatif Sistem Ekonomi Merkantilisme?" jawab Arya cepat.
"Hehh bagaimana kau......."
"Masyarakat dan faktor produksi yang lain cenderung dieksploitasi, contohnya seperti di Elemental City ini"
"Kenapa kau bisa? Bukankah kau........"
"Tertidur? Ohh ayolah bu, ibu seperti tidak mengenal ku saja, aku hanya tertidur, bukanya tidak mendengarkan"
Ibu Rust terlihat sangat kaget akan jawaban yang diberikan Arya, tapi agar tidak malu dihadapan murid-murid nya ia berusaha bersikap tenang, tapi ia masih mencoba memancing Arya dengan kata-katanya.
"Kalau kau sehebat itu Arya, kau seharusnya mendapatkan nilai sempurna disemua mata pelajaran bukan? Tapi kenapa matematika mu selalu mendapat.......kau tau nilai yang kurang memuaskan" katanya dengan seringai licik diwajahnya.
"Ibu tau aku tidak suka pelajaran mati-matian itu kan? Jadi maaf saja kalau nilaiku seperti itu" jawab Arya tanpa ekspresi.
"Tapi seharusnya........"
"Sudahlah bu, apa kau pikir aku ini robot? Aku hanya Manusia biasa seperti ibu, ada hal yang ku suka dan aku tidak suka. Apakah ibu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diluar mata pelajaran yang ibu ajarkan? Tentu saja tidak, jadi jangan salahkan kami para murid jika kami memiliki pelajaran tidak kami kuasai" jawab Arya sambil tersenyum.
Mendengar kata-kata itu Ibu Rust naik pitam, dia sangat kesal melihat kelakuan Arya, dia memang salah satu anak yang cerdas, tapi sifatnya dan penampilanya itu selalu membuatnya kesal, urat saraf terlihat di dahi Ibu Rust.
"Ibu jika ibu terus memasang ekspresi itu, bisa-bisa keriput diwajah ibu semakin bertambah lo" kata Arya sambil menahan tawa.
Kemudian Ibu Rust pun tersadar akan ekspresi yang dibuatnya, dia melihat murid-muridnya yang lain juga sedang menahan tawa, wajahnya pun memerah karena malu, lalu dia menunjuk Arya. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya, dan pergi meninggalkan kelas dengan membawa tasnya. Saat pintu kelas menutup, tepuk tangan dan sorak sorai menyambut kepergian guru itu.
"Hahahahahah kau lihat wajahnya? Kau melakukanya lagi kawan" kata Ryan kepada Arya.
"Good job Arya"
"Kita selalu mendapatkan banyak jam kosong kalau Arya berdebat dengan guru bukan?"
"Hahahaha aku tidak tahan melihat ekspresinya tadi, sungguh"
Tapi Arya tidak memerhatikan kata-kata teman sekelasnya, dia hanya ingin tidur kembali. Lalu ia bersandar pada kursinya sambil memegang kepalanya.
"Ada apa pahlawan matematika?" tanya Ryan.
"Berhentilah membuat panggilan-panggilan aneh Wibu, aku mengantuk" jawab Arya.
"Apa kau menggunakan kekuatan mu lagi?"
"Iya hanya sedikit"
"Untuk apa?"
"Mematikan jam weker"
Ryan pun tertawa, tidak adakah hal penting lain yang bisa kau lakukan? entah sejak kapan dan darimana Ryan tau aku memiliki kekuatan, dia seperti tau begitu saja.
"Apa kau mau ikut pergi menonton sepulang sekolah?'
"Mmm......sepertinya tidak bisa, aku harus bertemu Pak Presiden"
"Ohh berarti kau akan ke Distrik Emas ya?"
"Begitulah"
Saat bel pulang berbunyi siang itu, Arya pun langsung berdiri sambil menenteng tasnya untuk pergi menuju Distrik Emas, dia melambai kepada orang-orang yang menyapanya. Dia berjalan menuju stasiun yang menuju Distrik Emas, membeli tiket dan masuk ke dalam kereta api tanpa hambatan yang berarti, karena ini masih jam kantor. Jadi tidak seramai saat berangkat ke sekolah.
Ia berhenti di Stasiun yang berada tepat disebelah Dinding Pembatas, Dinding Pembatas berwarna emas yang tingginya entah berapa? Arya tidak peduli, bukankah sudah ia bilang bahwa dia benci menghitung. Arya berjalan menuju Post penjaga gerbang, disitu berdiri seorang penjaga gerbang dengan seragam berwarna emas, dia adalah seorang laki-laki dengan wajah tirus seperti kuda, namanya dalah John, dia adalah penjaga gerbang yang biasa Arya lewati jika ingin masuk ke Distrik Emas.
"Yo what's up? Lihat siapa yang datang? Arya? Beri aku high five bro" sapa John riang seperti biasa.
"Yo what's up John" jawab Arya dengan wajah datar sambil menepuk tangan John.
"Jadi ada keperluan apa kau datang ke Distrik Emas kawan?"
"Aku harus bertemu Pak Presiden"
"Ohhh menarik jadi ada apa? Apa kau akan bertunangan?"
"Aku masih anak SMA John" jawab Arya sambil menghela nafas.
"Apa salahnya? Tidak apa kan?"
"Terserah kau saja, aku pergi dulu"
"Baiklah, sampaikan salamku pada adikmu yang manis itu!!!" teriak John.
"Teruslah bermimpi kawan" bisik Arya.
Arya berjalan melewati beberapa pusat perbelanjaan dan berbelok kearah perumahan-perumahan yang ada Distrik Emas, satu kata untuk tempat ini, sangat glamour, terlalu mewah dan terlalu membuang banyak uang pikir Arya. Ia akhirnya melihatnya diujung perumahan itu, Rumah besar dengan halaman luas. Saat memasuki gerbang, beberapa pelayan sudah menunggu untuk menyambutnya.
"Selamat datang di Rumah Utama Tuan Muda" kata para pelayan bersamaan
Arya hanya melambaikan tangan yang menandakan ia mendengar kata sambutan mereka dan mengizinkan mereka untuk pergi, dia masuk kedalam rumah, naik ke lantai paling atas dan mencari ruangan yang ada diujung lorong lantai tersebut, setelah ketemu ia mengetuk pintunya.
Tok......tok.....tok
"Siapa?" suara yang sangat Arya kenal menyahut dari dalam.
"Ini saya, Tuan Presiden" jawab Arya.
"Ohh silahkan masuk, aku sudah menunggumu" sahut suara itu.
Kemudia Arya membuka pintu ruangan, itu adalah ruang kerja yang sama dan tidak berubah sama sekali diingatan Arya, tidak sedikitpun pikir Arya. Dibelakang meja duduk seorang laki-laki paruh baya dengan rambut yang mulai memutih, dia mengenakan jas kerja yang biasa ia kenakan dia juga mengenakan kopiah berwarnah hitam dikepalanya. Dia tersenyum pada Arya. Nama Pria itu adalah Hartoso. Dia adalah Ayah angkat sekaligus wali dari Arya. Dan, Presiden dari Republik Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
YouTube Lana
pendek bet thor
2024-12-07
0
Singgih Sunaryo
pelajaran ap tuh
2024-01-14
0
Singgih Sunaryo
just alvin acara metrotv
2024-01-14
0