Chapter 14 - Perbedaan Nasib

Arya memasuki arena pertandingan diikuti dengan sambutan meriah dari para penonton, banyak dari mereka yang menyemangati Arya dan mengutuk Kevin atas apa yang ia perbuat di pertandingan sebelumnya, ditengah arena sudah menunggu Kevin yang sedang melakukan pemanasan bersama dengan Astral yang bertindak sebagai wasit.

Melihat Arya yang sudah memasuki arena Kevin mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum seolah berkata kukira kau tidak akan datang, mengetahui Arya telah hadir disana Astral memberikan isyarat dengan tangannya agar kedua peserta mendekat kepadanya.

"Kalian berdua masih ingat peraturannya kan? Peraturannya masih sama seperti sebelumnya" ucap Astral setelah mereka berdua mendekat.

Arya dan Kevin hanya merespon dengan anggukan kecil, udara disekililing arena sudah terasa berat seperti sebelumnya karena energi yang meluap-luap dari kedua orang ini. Mereka berdua sudah memasang kuda-kuda siap tempur dengan senjata mereka ditangan masing-masing

"Baiklah kalau begitu, pertandingan babak semifinal Ujian Elementalist tahap 1 antara Arya Frost vs Kevin Storm dimulai!!!" teriak Astral.

Setelah mendengar aba-aba dari Astral dengan sangat cepat Arya dan Kevin melesat dan menerjang satu sama lain, kedua senjata mereka yang telah dilapisi Agnet bertemu diudara sambil mengeluarkan suara yang mengerikan. Pedang dan Mace itu beradu sama kuat seakan-akan tidak ingin mengalah satu sama lain. Arya dan Kevin melakukan hal yang sama seperti senjata mereka, mereka terus menyerang satu sama lain tanpa memperdulikan pertahanan.

Hanya sepersekian detik mereka menjaga jarak dan langsung menerjang satu sama lain seperti sebelumnya, Melihat pertandingan itu teriakan dari para penonton semakin meriah bahkan Arya sempat mendengar siulan takjub dari Timothy. Arya mengetahui kenapa mereka semua terkejut, bahkan Kevin juga terlihat tidak senang atas perkembangan yang terjadi diawal pertandingan ini.

Setiap kali senjata mereka berdua beradu kaca pelindung disekitar tribun penonton bergetar, lalu Arya mengambil kesempatan berbicara dengan Kevin saat mereka beradu senjata lagi.

"Apa kau terkejut? Kau terlihat sedikit tidak senang" bisik Arya.

"Huh, jujur saja aku memang sedikit terkejut kau bisa menyeimbangi kecepatanku, tapi itu belum cukup!!!" teriak Kevin sambil menghempaskan Arya.

"Kau harus membayar apa yang telah kau perbuat" kata Arya dingin.

"Kalau kau pikir bisa mengalahkan ku hanya karena kau berhasil mengimbangi kecepatan miliku, kau terlalu naif. Electric Charge" ucap Kevin sambil menyentuh tanah.

Seketika dari tangannya mengalir muatan listrik bertegangan tinggi, listrik itu merambat keseluruh lantai arena pertandingan, melihat hal itu Arya segera menjauh dari Kevin. Ia terus melompat mundur sampai pada dinding pembatas arena pertandingan.

"Kau tidak akan bisa lari, kau tidak bisa menggunakan es mu sebagai pijakan. Karena es terbuat dari air, dan air adalah penghantar listrik" ujar Kevin dengan senyum kemenangan diwajahnya.

Tanpa diberitahu olehnya pun Arya sudah tahu akan hal itu, kalau tidak buat apa dia terus melompat menjauh dari tadi. Tanpa pikir panjang Arya segera berpijak pada dinding pembatas arena dan melompat setinggi-tingginya ke udara.

"Aku ingin tahu berapa lama kau bisa bertahan diudara" teriak Kevin.

Lalu Arya melepas sarung pedang yang terikat dipinggangnya dan melemparkan ke tanah hingga menancap, lalu mendarat dengan mulus diatasnya. Ia berdiri diatas sarung pedang itu dengan santai sambil menopang pedang miliknya dipundak.

"Dasar bodoh mana mungkin aku bisa bertahan lama diudara, aku ini bukan unggas kau tahu?" kata Arya dengan tatapan dingin.

Melihat apa yang Arya lakukan Kevin terlihat kesal, lalu ia menghentikan Electric Charge miliknya dan melesat ke arah Arya sambil mengayunkan mace tepat ke arah wajah Arya. Arya menghindarinya dengan satu langkah kecil dan menangkap tangan Kevin dengan tangan kanan miliknya.

"Kena kau" bisik Arya.

Lalu dengan satu gerakan cepat Arya mematah tangan kanan Kevin dengan menggunakan lutut kaki kirinya beserta siku tangan kirinya. Terdengar suara "krakk" keras dan ringisan dari Kevin, mace miliknya pun terlepas dari genggaman tangannya, Arya belum selesai sampai disitu. Dia menghempaskan Kevin dengan tendangan keras ke arah perut sehingga tubuh Kevin terpental menjauh.

Setelah itu ia mencabut sarung pedang yang menancap pada tanah dan melesat ke arah Kevin, tanpa berhenti sedetik pun ia menyerang Kevin bertubi-tubi dengan menggunakan pedang ditangan kanannya dan sarung pedang ditangan kirinnya. Sampai pada akhirnya Kevin terdesak sampai dinding arena, Arya pun menjauh dan memukulkan sarung pedangnya ke mace milik Kevin sehingga mace itu melesat dengan ke arah pemiliknya.

Serangan terakhir itu menimbulkan suara yang keras, debu bertebaran dimana-mana sehingga sosok Kevin tidak dapat terlihat. Saat debu mulai menghilang terlihat Kevin berhasil menangkap mace miliknya dengan tangan kiri, kondisinya terlihat tidak baik. Sekujur tubuhnya mengalami luka akibat serangan yang Arya lakukan. Persis seperti apa yang ia lakukan pada Asuna sebelumnya.

Dia bernafas dengan berat, Arya hanya diam dan melihat. Ia memberikan Kevin waktu untuk mengumpulkan tenaganya lalu ketika ia mencoba bergerak Arya melesat dan menusukan pedangnya kearah tembok yang hanya berjarak 10 cm dari kepala Kevin. Kevin menghentikan usaha yang ia lakukan dan menatap Arya dengan tatapan murka.

"Bagaimana menurutmu sekarang? Apakah anak yang dibesarkan dengan kasih sayang itu lemah?" tanya Arya pada Kevin.

Kevin tidak menjawab pertanyaan Arya, kemudian Arya menyibakan poni yang menutupi mata kanan Kevin dengan menggunakan sarung pedangnya dan memperlihatkan hal tersebut pada seluruh penonton.

Terdengar seruan kaget dari penjuru arena, bahkan umpatan kecil dari Timothy, ditempat yang seharusnya berada mata kanan milik Kevin terdapat sebuah mata mekanik, mata terlihat sangat konstras dengan wajah Kevin. Mata itu terlihat seperti mata robot yang pernah Arya lihat dalam film-film yang pernah ia tonton.

"Sejak kapan kau mengetahuinya?" tanya Kevin pelan.

"Sejak pertama kali kita bertemu, tapi pada awalnya aku pikir itu hanya sebuah rencana dari keluarga angkatmu agar kau bisa menjadi Elementalist paling kuat. Tapi aku baru mengetahui kenyataannya baru-baru ini"

"Huhh, apa maksudmu?"

"Ini menjelaskan semua tentang sifatmu yang ketus dan dingin, dan kenapa kau membenci aku dan Asuna. Kami memiliki nasib yang lebih baik darimu" jawab Arya sambil menunjuk mata kanan milik Kevin.

"Kau tidak tahu apa-apa" bisiknya.

"Ibu mu menyerahkan anaknya pada orang yang salah"

"KAU TIDAK TAHU APA-APA! JADI SEBAIKNYA KAU DIAM" bentak Kevin.

Setelah mengatakan itu entah bagaimana Kevin mendapatkan tenaganya kembali, ia berhasil mengayunkan mace miliknya walaupun hanya ayunan lemah. Arya berhasil menghindari ayunan itu tepat waktu dan juga berhasil mencabut pedangnya dari dinding. Kevin mengangkat tangan kananya yang patah ke udara dan berteriak.

"Lightning Thief"

Tiba-tiba penerangan ditempat itu meredup, Kevin menyerap energi listrik yang berada disekitarnya dan mengakibatkan energi listrik ditempat itu menjadi tidak stabil. Listrik berwarna kuning keemasan terlihat berkumpul ditangan kanannya, setelah selesei menggunakan teknik itu tubuh Kevin bercahaya dan teraliri tegangan listrik, bahkan rambutnya pun ikut berdiri karena listrik tersebut.

"Akan aku selesaikan ini dengan satu serangan" kata Kevin pada Arya.

"Sesuai keinginan mu, kemarilah" ujar Arya sambil memasang kuda-kuda.

Kevin memfokuskan semua energi listrik itu tangan kirinya, tangan kiri yang memegang mace itu pun menyala dengan terangnya. Arya melakukan hal yang sama, ia mengumpulkan uap-uap air yang berada diseluruh penjuru arena pertandingan. Dan memfokuskan semuanya ke pedang yang ia genggam. Arena pertandingan bergetar hebat akibat dua energi besar tersebut. Mereka berdua langsung menerjang ke depan sambil berteriak.

"Electric Smite"

"Ice Cutter"

Kedua serangan dasyat itu saling beradu dan menyebabkan arena pertandingan beserta area disekitarnya terkena ledakan luar biasa, setelah efek dari kedua serangan itu mulai berkurang kedua sosok orang bertarung itu pun kembali terlihat. Mereka saling memunggungi satu sama lain masih dengan memegang senjata mereka masing-masing, mereka diam dan tidak bergerak untuk beberapa saat.

Semua orang yang menonton menahan nafas, lalu salah satu dari kedua orang itu terjatuh sambil bertekuk lutut dan memegang pundak. Arya memegang pundak kirinya, pundaknya terlihat terluka akibat serangan Kevin. Pundak itu menghitam seperti terkena sesuatu yang panas. Bahkan dipundak kiri Arya masih terlihat sedikit percikan-percikan listrik berwarna kuning.

"Siapa yang menang? Apa Kevin berhasil mengalahkannya?" tanya Timothy pelan dari beranda tempat ia menonton.

Semua perhatian berpindah dari Arya kepada Kevin yang masih berdiri, para penonton sudah siap menyambut sang pemenang tapi tiba-tiba Kevin mengeluarkan batuk darah dari mulutnya lalu dengan sangat cepat tubuhnya diselubungi oleh es, dalam hitungan detik tubuhnya telah terjebak disebuah bongkahan es berukuran raksasa. Langsung saja arena pertandingan bergemuruh, semua orang bersorak sorai menyambut sang pemenang.

Astral masuk kembali ke arena dan memeriksa kondisi Kevin, setelah puas memeriksa ia pun memberikan tanda silang pada Pengawas Ujian lainnya.

"Pemenang pertandingan ini adalah Arya Frost!!!" teriak Astral mengumumkan pada seluruh penonton.

Keriuhan di arena semakin menjadi setelah mendengar pengumuman Astral, tapi Arya tidak memerdulikan semua itu. Kepalanya terasa berat dan ia tidak bisa merasakan pundak kirinya, ia bangun dari tempat ia bertekuk lutut dan berjalan ke arah bongkahan es yang menjebak tubuh Kevin. Saat ia berjalan Astral menepuk pundaknya dan berkata pertandingan yang luar biasa (kurang lebih seperti itulah yang dapat ia dengar).

Kevin yang terjebak didalam bongkahan es itu tidak dapat bergerak dia masih membuka matanya, ia terlihat mati-matian untuk mempertahankan kesadarannya. Ia menyadari kedatangan Arya lalu melemparkan pandangan lemah pada Arya.

"Kau menang, kau bisa melakukan apapun padaku. Bukankah kau ingin membalaskan dendam perempuan itu?" tanya Kevin pelan.

"Kau tak perlu mengatakan hal yang tidak perlu" jawab Arya sambil mengacungkan pedangnya ke arah Kevin.

Arya sudah dalam posisi siap mengayunkan pedangnya, Kevin pun memejamkan mata dan pasrah akan apa yang terjadi selanjutnya. Segera saja Allucia dan Liquite bergegas menuju arena untuk mencegah Arya, tapi kedua orang itu dihentikan oleh Astral. Dia memberikan isyarat untuk menunggu dan melihat apa yang akan terjadi.

Kemudian Arya mengayunkan pedangnya dengan kecepatan tinggi, pedang itu melewati tubuh Kevin dengan cepat dan seketika menyebabkan bongkahan es yang menjebak Kevin hancur berkeping-keping. Arya berbalik memunggungi Kevin dan memutar pedangnya serta menyarungkan pedang itu kembali. Tubuh Kevin terjatuh ke lantai, ia masih sadarkan diri dan berusaha dengan kekuatan terakhirnya untuk mengeluarkan suara.

"K...k...kenapa kau.......?" tanyanya pelan, tapi ia tidak berhasil menyelesaikan pertanyaan itu dari mulutnya. Ia sudah terlanjur tak sadarkan diri.

-----------------------------<<>>-----------------------------

"Aku heran kau tidak berusaha menghentikan Arya seperti saat kau berusaha menghentikan Kevin pada pertandingan sebelumnya" ujar Zayn pada Timothy setelah mereka melihat kejadian yang terjadi di arena.

"Mmm bagaimana ya? Aku hanya yakin kalau Arya tidak akan melakukan hal seperti itu" balas Timothy sambil tersenyum.

Lalu Timothy berbalik sambil meregangkan tubuhnya, ia berjalan menuju lorong yang ada dibelakang mereka.

"Sebaiknya kita segera bersiap, aku sudah tidak sabar ingin mengalahkan mu dan segera menyusul Arya di final" ucap Timothy sambil menoleh pada Zayn.

Zayn hanya mengangkat bahu mendengar hal itu dan segera menyusul Timothy yang berjalan ke arah lorong.

-----------------------------<<>>-----------------------------

Kevin terbangun dengan kepala terasa habis dihantam sesuatu yang berat, ia terduduk dari tempat ia berbaring. Ia tidak tahu dimana dia berada, yang ia tahu hanya tempat itu penuh dengan warna putih, ia lalu melemparkan pandangannya keseluruh ruangan. Ia berhenti pada satu titik, ia melihat Arya yang duduk disebelah tempat tidur Asuna. Tubuh Arya sudah diobati dan beberapa bagian tubuhnya dibaluti oleh perban.

Ada perban yang menyelimuti tangan kiri miliknya dan juga sebuah kain yang melilit bagian lehernya dia terlihat seperti orang yang baru mengalami kecelakaan dan mematahkan tangan kirinya, kemudian ia juga melihat Asuna yang terbaring ditempat tidur yang berada dihadapan Arya.

Perempuan itu menggunakan pakaian pasien berwarna putih, rambut hitamnya terurai disekitar kepalanya. Ia menggunakan alat bantu pernafasan yang dipasangkan disekitar mulut dan hidungnya, lalu Kevin juga menyadari bahwa tangan kanannya sendiri juga diperban persis seperti perban yang Arya pakai.

"Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" tanya Arya tanpa memalingkan pandanganya dari Asuna.

Kevin tidak menjawab, mereka berdua diam dan tidak berkata apa-apa dalam beberapa menit. Lalu Arya memecahkan keheningan.

"Aku minta maaf"

"Apa? Buat apa kau meminta maaf? Seharusnya aku yang......."

"Soal mata itu, seandainya aku menyadari lebih awal aku mungkin bisa membantu mu untuk menghilangkan kebencian yang ada dalam dirimu. Dan mungkin saja aku bersama dengan teman-teman yang lain bisa mengenalkan padamu rasanya memiliki keluarga yang sebenarnya" jawab Arya sambil melihat Kevin dengan serius.

"A....aku....aku tidak perlu....." ucap Kevin pelan, ia tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar perkataan Arya.

"Hey Kevin, aku akan memenangkan Ujian ini dan menjadi ketua Elementalist. Lalu aku akan membebaskanmu dari keluarga angkatmu, setelah itu aku akan membuat mereka membayar perlakuan mereka padamu. Elementalist bukanlah binatang eksperimen yang bisa mereka perlakukan seenaknya"

Mendengar perkataan itu tanpa sadar air mata menetes dari mata Kevin, ia tidak bisa menahan air mata yang terus mengguyur pipinya itu. Ia terisak keras ia merasa menyesal atas apa yang ia perbuat, ia berusaha meminta maaf pada Arya tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya teriakan parau yang tidak jelas. Arya lalu berjalan ke sebelah tempat tidurnya.

"Mulai dari sekarang sampai selamanya kita adalah teman" kata Arya sambil mengacungkan kepalan tinju tangan kananya.

Kevin lalu mengusap air matanya dan menyentuhkan kepalan tangan kirinya pada tangan Arya, untuk pertama kalinya Arya melihat Kevin tersenyum. Terlihat seperti senyuman seorang anak yang baru terlepas dari belenggu yang sudah lama mengekangnya. Lalu setelah suasana mulai tenang dan santai mereka mulai berbincang-bincang.

"Eh ngomong-ngomong bagaimana caramu bisa menyamai kecepatan ku? Aku kira kau akan bertahan seperti saat melawan Elizabeth" tanya Kevin.

"Ahh itu karena aku berlatih bersama.............."

Arya tidak berhasil menyelasaikan jawabannya karena tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka, dan sesosok tubuh kecil berambut pirang langsung berlari dan memeluknya erat-erat.

"Kak Arya.....!!!! Kau berhasil! Semua latihan dan kerja keras kita terbayarkan" teriak Elizabeth girang masih sambil memeluk Arya dengan erat.

"Aw.....aw......aw Elizabeth tubuhku masih sakit, peluknya jangan ERAT-ERAT!" teriak Arya kesakitan.

Tapi Elizabeth tidak memerdulikan teriakan kesakitan dari Arya, ternyata Elizabeth tidak sendiri. Rena juga ikut ke ruang perawatan, ia mengucapkan selamat kepada Arya dan menanyakan bagaimana keadaan Kevin. Dia berkata ia agak khawatir pada mereka berdua setelah melihat pertarungan mereka sebelumnya, Arya dan Kevin menenangkan Rena sambil tersenyum dan berkata agar ia tidak khawatir.

"Ehhh.....apa yang kita dapat disini? Kenapa matamu memerah? Apa kau baru saja menangis karena kalah dari Kak Arya?" ejek Elizabeth sambil menunjuk mata Kevin.

"Aku tidak menangis, dasar cebol!!!" balas Kevin.

"APA?! Aku tidak cebol!" kata Elizabeth sambil meloncat ke arah tempat tidur Kevin dan menjambak rambut Kevin.

Arya dan Rena hanya bisa tertawa melihat kedua anak itu bertengkar, tentu saja Elizabeth menang dengan mudah karena kondisi Kevin yang sedang tidak baik. Elizabeth memenangkan gulat itu dengan mudah.

"Eh tunggu sebentar, Kak Arya apa kau sudah tahu?" tanya Elizabeth sambil menoleh dengan masih menjambak rambut Kevin.

"Mmm? Tentang apa? Aku tidak tahu apa-apa sejak masuk kesini"

"Di pertandingan Final, Kak Arya akan melawan Zayn"

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

kok jurusnya kayak salah satu novel seri Percy Jackson ya ?

2021-07-23

1

Kohaku

Kohaku

wkwkw ada adegan sasuke vs deidara nih

2020-12-10

0

Icy

Icy

Tidak semua air itu konduktor, air murni itu isolator

2020-12-07

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!