Chapter 12 - Es vs Cahaya

"Oi....Arya? Aku mau kembali ke kamar, kau mau ikut?" panggil Timothy

"Mmm? Kau duluan saja, ada yang masih ingin aku coba"

"Heh...? jangan terlalu memaksakan diri hanya karena kau akan maju dipertandingan pertama"

"Justru karena itu aku harus rajin berlatih dasar bodoh" sahut Arya tanpa menoleh.

Arya melanjutkan latihanya tanpa memperdulikan celotehan-celotehan yang dilontarkan Timothy, Setelah akhirnya suara menyebalkan Timothy tidak terdengar lagi Arya menghentikan latihanya lalu membaringkan tubuhnya dilantai sambil menatap langit-langit tempat itu. Ia sedang berada di aula latihan, ruangan berlangit-langit tinggi serta luas sehingga sangat nyaman untuk bergerak sesuka hati untuk berlatih.

Arya memejamkan matanya dan merenungkan apa yang harus dia lakukan untuk pertandingan yang akan diadakan 2 hari dari sekarang, dia akan melawan Elizabeth. Orang yang tidak ia harapkan untuk bertemu di pertandingan pertama, loli blonde itu akan menjadi lawan yang sangat merepotkan karena kecepatan elemen cahaya yang ia miliki. Itulah sebabnya Arya berlatih sangat keras beberapa hari terakhir agar ia bisa mengatasi hal tersebut.

Beberapa menit kemudian Arya menyadari sesuatu, ia menengadahkan kepalanya dari posisi berbaring ke arah pintu masuk aula masih dengan mata terpejam.

"Tidak perlu mengendap-endap begitu, aku tidak sedang tertidur kok. Jadi kau tidak perlu khawatir aku akan terbangun"

"Siapa yang mengendap-endap? Langkah kaki ku memang ringan seperti ini, dan asal kau tahu saja aku tidak peduli jika kau terbangun karena disebabkan oleh apa yang aku lakukan"

Arya sangat mengenal suara yang terdengar sangat jutek itu, hanya satu orang yang selalu berbicara seperti itu padanya tanpa alasan yang jelas. Pasti, hanyalah Elizabeth Lighr seorang.

Arya akhirnya membuka matanya dan melihat dengan jelas wajah cemberut Elizabeth yang berdiri tepat diatas kepalanya, dia pun berdiri dan membersihkan pakaianya akibat berbaring di lantai tadi tanpa berkata apapun. Setelah itu Arya mengembalikan perhatianya pada gadis yang berada dihadapanya sambil tersenyum.

"Lalu? Apa kau ada perlu denganku Nona Light? Jujur saja aku sedikit terkejut kau akan mengajaku berbicara" Arya berusaha memulai pembicaraan ini dengan ramah. Walaupun ia tahu pada akhirnya respon yang akan ia terima seperti apa.

"Kapan aku mengajak mu berbicara? Bukankah kau yang mengajaku berbicara sambil berbaring dilantai seperti seorang tunawisma" jawab Elizabeth dingin, ia berjalan melewati Arya sambil menabrakan bahunya dengan keras pada Arya.

Itu dia, seperti yang Arya duga. Jawaban ketus beserta dengan cacian-cacian yang membuat siapapun ingin menjitak kepala bocah ini.

"Waktu kalian sudah habis, sekarang giliran kami para gadis yang menggunakan aula latihan ini" ucap Elizabeth tiba-tiba sambil merapikan peralatan latihan.

Apa susahnya sih mengatakan hal itu dari awal? Pikir Arya sambil menghela nafas.

"Aku tidak peduli kau berlatih sekeras apapun untuk melawan ku, tapi asal kau tahu saja aku pasti menang" kata Elizabeth sambil menoleh kepada Arya dengan tatapan tajam.

"Sepertinya kau sangat yakin dengan kemampuan mu, tapi aku juga tidak boleh kalah disini" ucap Arya sambil membalas tatapan mata dari Elizabeth.

"Aku ingin lihat bagaimana cara mu mengatasi kecepatan cahaya miliku, walaupun aku yakin kau tidak akan bisa" balas Elizabeth sambil menyilangkan lenganya.

"Kita lihat saja nanti, aku senang akhirnya bisa berbicara dengan mu seperti ini"

"Aku merasa jijik berbicara padamu"

"Ekhh.....hahaha baiklah sebaiknya aku pergi, mereka pasti akan berpikiran yang aneh-aneh jika melihat kita berbicara berdua seperti ini. Terutama Asuna, sampai jumpa" kata Arya sambil berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.

"Hah?"

Tepat sebelum ia keluar, ia berpapasan dengan Asuna yang memasuki ruangan. Asuna meliriknya sekilas lalu melihat Elizabeth yang berada di dalam ruangan.

"Apa yang kalian berdua lakukan?" tanya Asuna curiga.

"Hanya menyapa satu sama lain sebelum bertanding, kau tidak perlu cemburu seperti itu" sahut Arya bercanda.

"A...a...aku tidak cem..... hey Arya........!!!" teriak Asuna kesal.

Setelah keluar dari ruangan Arya samar-samar mendengar Asuna juga menanyakan hal yang sama pada Elizabeth. Elizabeth hanya mengatakan hal yang sama seperti yang dia katakan, tapi Arya masih merasakan tatapan tajam dari Elizabeth sampai dia benar-benar telah pergi jauh dari aula latihan.

-----------------------------<<\ data-tomark-pass >>-----------------------------

Hari pertandingan pun tiba dan ternyata mendapat sambutan cukup meriah dari orang-orang yang berada di Pusat Penelitian, banyak dari orang-orang yang berpapasan denganya menyapanya sambil mengatakan semoga beruntung dengan antusias.

Arya dengar dari Timothy pertandingan satu lawan satu ini akan disaksikan oleh orang-orang yang ada disini, tentu saja mereka antusias untuk melihat bagaimana kemampuan Elementalist saat ini yang kelak akan menjadi tulang punggung bagi umat manusia.

Arya sebenarnya tidak terlalu peduli pertandingan ini akan disaksikan oleh banyak orang, tapi jujur saja ia tidak suka diperhatikan oleh banyak orang. Itu salah satu hal yang sangat ia hindari dari dulu, dia mengganti pakaian di ruang ganti. Dia mengenakan pelindung yang terbuat dari kulit agar lebih mudah bergerak, lalu setelah siap ia pun berjalan menuju arena pertandingan sambil menenteng katana dengan tangan kananya.

Arya memasuki arena sambil menarik nafas panjang, ia menduga ketika ia memasuki arena dia akan disambut dengan teriakan-teriakan heboh dari penonton. Tapi ternyata tidak, sebaliknya di dalam arena itu tidak terdengar sedikit pun suara. Arena itu adalah ruangan berlangit-langit tinggi yang dikelilingi oleh tribun penonton berlapis kaca pelindung.

Itulah yang menyebabkan suara para penonton tidak terdengar, tapi terdapat dua beranda yang saling bersebrangan di ruangan itu. Arya melirik kedua beranda itu sekilas dan melihat para Elementalist lainya sedang memperhatikan dirinya dari atas sana, tentu saja beranda itu tidak berlapis kaca seperti tribun yang ada dibelakangnya.

Dan ditengah-tengah ruangan sudah berdiri Pengawas Astral yang akan menjadi wasit pada pertandingan ini, ia melihat Arya sambil tersenyum ramah. Arya membalas senyuman itu dengan anggukan kecil.

"Wah-wah aku kira kau tidak akan muncul, karena kita semua sudah tahu dengan pasti hasil akhir dari pertandingan ini"

Suara itu berasal dari pintu masuk arena yang lainnya, dari sana sosok Elizabeth mulai terlihat secara perlahan. Ia mengenakan pakaian berwarna putih dengan pelindung berwarna keemasan, ia berjalan masuk ke arena dengan tangan kanan menyeret sesuatu di tanah.

Arya bertanya-tanya dalam hati apa yang dibawa oleh gadis kecil itu, saat akhirnya Elizabeth wujud Elizabeth sudah terlihat sepenuhnya Arya membelalakan matanya sambil menelan ludah. Ternyata benda yang ia seret ditanah itu adalah sebuah Morning Star, senjata berat itu terlihat sangat kontras dengan tubuh Elizabeth yang mungil.

"Eh......Elizabeth? apakah itu sebuah Morning Star?" tanya Arya memastikan.

"Huum" jawab Elizabeth sambil mengangguk.

"Tapi bukankah senjata itu sedikit........" ucap Arya ragu-ragu.

"Berat? Tidak juga, aku sudah berlatih menggunakan ini dari kecil"

Apa yang dipikirkan keluarga angkatnya?! Bagaimana bisa kau memberikan senjata mengerikan seperti itu pada anak gadis mu yang imut pikir Arya bingung.

Kemudian Elizabeth mulai memutar-mutar Morning Star itu layaknya mainan anak kecil, dia menggerakan benda itu sangat cepat disekeliling tubuhnya. Dan Arya harus akui bahwa dia memang jago menggunakan benda itu, ia mengakhiri demonstrasinya dengan menghantamkan Morning Star itu ke lantai dan hantaman meninggalkan bekas yang cukup besar di lantai. Melihat hal itu Arya menelan ludahnya sekali lagi.

Senjata itu bisa dengan mudah menghancurkan katana ku, aku harus melapisinya dengan Agnet yang cukup, merepotkan sekali.

"Baiklah karena kedua peserta sudah ada disini, kita akan segera mulai. Perarturanya sudah jelas, kalian boleh menggunakan semua kemampuan kalian untuk bertarung. Dan kalau bisa saya berharap tidak ada yang terluka parah" kata Pengawas Astral.

Ahh kau salah Pengawas, harusnya kau berharap bahwa tidak ada yang akan mati disini! Kau lihat senjata mengerikan itu? Benda itu bisa dengan mudah menghancurkan tubuh seseorang sampai menjadi bubur pikir Arya

"Apa kalian sudah mengerti?"

Arya dan Elizabeth mengangguk untuk menandakan bahwa mereka sudah mengerti.

"Baiklah, Pertandingan pertama antara Elizabeth Light vs Arya Frost. Dimulai!!!"

Baru saja Astral selesai memberikan aba-aba untuk mulai, Elizabeth langsung menghilang dari pandangan Arya.

"Shining Step"

Arya mendengar kata-kata itu samar-samar, dan dengan sangat cepat ia merasakan bagian-bagian tubuhnya saling gilir berganti terkena hantaman-hantaman dari bola besi milik Elizabeth. Gerakanya sangat cepat sehingga Arya tidak bisa mengikutinya, ia hanya bisa bertahan dan terus melindungi kepalanya.

Beberapa kali senjata mereka beradu saat Elizabeth berusaha menyerang kepalanya, saat itu terjadi Arya sempat melihat sosok Elizabeth tapi dalam sekejap dia langsung menghilang lagi. Karena hal ini kurang dari satu menit tubuh Arya sudah babak belur dibuatnya, dia merasakan sekujur tubuhnya sakit.

Bisa gawat kalau begini terus pikir Arya sambil menggertakan giginya.

Arya memutar pedangnya dan menusukan ke arah tanah.

"Ice Spike" ucapnya pelan.

Seketika muncul bongkahan-bongkahan es dengan ujung runcing mengelilingi Arya sehingga ia terlihat seperti berada ditengah-tengah bunga es raksasa. Karena teknik itu akhirnya serangan bertubi-tubi dari Elizabeth pun terhenti, Arya sekarang bisa melihatnya. Dia berdiri disalah satu bongkahan es yang Arya keluarkan tadi.

"Harus ku akui kau melindungi kepalamu dengan baik"

"Tentu saja, jika kepala ini pecah. Maka selesai sudah" kata Arya sambil meringis.

Seluruh badanya terasa nyeri, tentu saja dia juga melindungi tubuhnya dengan Agnet tapi tetap saja babak belur. Elizabeth juga pasti sudah melapisi Morning Star itu dengan Agnet, ia bisa melapisinya dengan Agnet yang lebih banyak karena tidak perlu melindungi tubuhnya. Karena Arya hanya bisa bertahan sejak pertandingan dimulai.

"Tapi pertandingan baru dimulai kau sudah menggunakan teknik dengan skala besar seperti ini, teknik ini terlalu banyak menguras energi"

"Hahaha mau bagaimana lagi? Jika aku tidak menggunakannya serangan mu tidak akan berhenti" jawab Arya hampa.

"Benar juga sih, tapi teknik ini tidak akan mempengaruhi Shining Step milikku. Aku bisa dengan mudah berpijak dimana pun yang aku mau. Dan Shining Step hanya menggunakan sedikit energi untuk setiap langkah yang aku lakukan jadi energi ku sekarang masih penuh, melihat kondisimu saat ini apa kau tidak mau menyerah saja?" tawar Elizabeth dengan senyum puas.

"Terimakasih atas tawaranya, tapi seperti yang sudah aku bilang. Aku tidak boleh kalah disini" jawab Arya sambil memposisikan pedangnya didepan tubuh.

Arya memejamkan matanya, ia berusaha berkonsentrasi seperti yang sudah ia latih sebelumnya. Dia membuka matanya secara perlahan, tatapan matanya kosong. Sekilas Arya menyadari bahwa Elizabeth berhenti tersenyum, ia terlihat waspada melihat perubahan sikap Arya.

Elizabeth terlihat ragu untuk sesaat, lalu dia menggunakan Shining Step miliknya lagi. Arya mengayunkan pedangnya kebelakang kepalanya, terdengar suara senjata beradu.

Kiri, kanan, bawah, kanan, atas, bawah, kiri, belakang, atas, depan

Arya berhasil menahan sepuluh serangan beruntun dari Elizabeth, Arya merasa Elizabeth semakin kesal karena seranganya tidak ada yang berhasil mengenai Arya. Lalu tiba-tiba gerakanya berubah, Arya hanya bisa menahan lima dari sepuluh seranganya.

Dia tidak hanya berpijak pada lantai, gerakan ini......dia berpijak pada semua tempat

Benar saja Elizabeth memantul ke segala arah, ia menggukan lantai,dinding, dan langit-langit untuk membuat gerakannya semakin cepat dan tidak beraturan.

"Selesai sudah" bisik Elizabeth sambil mengayunkan Morning Star ke arah kepala Arya.

Arya dengan sangat cepat merunduk tepat waktu dan melakukan tebasan sambil berputar di tempatnya, Arya merasakan ujung pedangnya menggores pelindung keemasan milik Elizabeth. Arya samar-samar mendengar teriakan Timothy yang terdengar seperti dia mengenainya atau semacamnya, Elizabeth melompat ke salah satu bongkahan es sambil melihat Arya dan pelindungnya secara bergantian, ekspresinya terlihat sangat kesal.

"Aduh maafkan aku, apa aku menggores pelindungmu? Hahaha jangan melihatku seperti itu. Apa kau berharap aku tidak akan pernah mendaratkan satu serangan pun padamu?" ujar Arya sambil tersenyum.

"Mati kau" kata Elizabeth senyuman sudah hilang total dari wajahnya.

"Maaf tapi ini sudah berakhir" bisik Arya pelan.

Arya menahan semua serangan Elizabeth dengan sangat tepat, tidak ada satu pun seranganya yang berhasil. Ia tidak hanya menahan serangan dari Elizabeth, ia juga menghindarinya dengan langkah-langkah kecil sehingga ia terlihat seakan-akan menari-nari dengan pedangnya disinari oleh kilatan-kilatan cahaya Shining Step milik Elizabeth.

Saat Elizabeth mengayunkan Morning Star miliknya secara vertikal tepat di depan Arya, Arya menghindarinya dengan berputar di tempat sambil berjongkok. Dia memposisikan diri memunggungi Elizabeth, ia mengangkat pedangnya setinggi kepala sehingga rantai Moning Star itu melilit pedanngnya. Lalu Arya memelintirkan pedangnya dan mengayunkan pedang tersebut sekuat tenaga ke arah atas.

Mata Elizabeth membelalak saat rantai Morning Star miliknya terputus oleh Arya, Arya memutar pedangnya ditangan dengan cepat dan mengarahkan gagang pedang tersebut ke arah Elizabeth. Dengan tepat waktu Elizabeth berhasil menahan hantaman itu dengan gagang Morning Star yang masih ia genggam, hantaman itu menyebabkan gagang senjata itu langsung hancur berkeping-keping seketika dan membuat Elizabeth terpental hingga ke dinding arena.

Arya memutar pedangnya lalu menyarungkan sambil menghela nafas panjang, setelah ia melakukanya ia mulai mendengar tepuk tangan dan teriakan para penonton. Dia hampir lupa kalau mereka disaksikan oleh banyak orang, Arya berjalan mendekati Elizabeth yang masih terbaring di lantai. Arya berjalan sambil memegangi perutnya, seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia merasa beberapa tulang rusuknya patah dan pergelangan tangan kiri nya retak.

Elizabeth menatapnya dengan tatapan kosong.

"Bagaimaina bisa........"

"Aku mengalahkanmu?" sambung Arya.

Elizabeth hanya mengangguk dengan pelan.

"Sebenarnya mengalahkan mu itu tidak mudah, aku melakukan tiga langkah untuk mengalahkan mu" ucap Arya sambil mengcungkan tiga jarinya.

"Untuk mengalahkan mu aku berlatih sangat keras untuk meningkatkan refleks dan indera-indera tubuhku, karena aku tahu mataku tidak akan bisa mengikuti kecepatan mu. Tapi untuk mengetahui secepat apa dirimu aku harus merasakanya secara langsung, aku melakukanya diawal pertandingan"

"Jadi kau sengaja terkena seranganku?" tanya Elizabeth dengan tenang

"Tentu saja tidak, mana ada orang bisa bertahan dari serangan secepat itu. Kalau aku tidak berlatih mungkin aku akan langsung kalah, langkah selanjutnya adalah setelah mengetahui secepat apa dirimu aku menyesuaikan kecepatan refleks yang aku punya sehingga bisa mengimbangi kecepatan milikmu, dan juga jujur saja indera penciuman ku saat berperan penting disini" kata Arya sambil menunjuk hidungnya.

"Indera penciuman?"

"Iya, dengan indera penciumanku aku bisa tahu arah serangan mu selanjutnya dari baumu"

"Bauku?"

"Emm.....membedakan kalian para gadis sebenarnya sangat mudah, soalnya kalian menggunakan parfum-parfum yang berbeda. Kau ingat kan saat kita bertemu di aula latihan? Aku bilang mereka pasti akan berpikiran yang aneh-aneh jika melihat kita berbicara berdua seperti ini. Terutama Asuna"

"Dengan kata lain kau memang sudah merasakan bahwa Asuna akan memasuki ruangan melalui indera penciumanmu"

"Pintar sekali"

"Dasar mesum, kau mengendus para gadis dengan hidungmu itu" ucap Elizabeth dengan jijik.

"Hah......? Apanya yang mesum? Memangnya aku mengendus-endus kalian seperti anjing yang ingin kawin?" tanya Arya ketus.

"Lupakan. Itu saat kau mulai berhasil menahan serangan-seranganku kan?"

"Benar, lalu aku sedikit memprovokasimu disaat-saat terakhir untuk mempermudah langkah terakhir" ucap Arya sambil menjulurkan lidahnya.

"Bagaima caranya? Aku bahkan tidak berhasil mengenaimu satu kalipun"

"Aku menggunakan ini" jawab Arya sambil menjentikkan jarinya.

Kemudian sesuatu yang terlihat seperti sebuah gelembung muncul menyelubungi Arya, gelembung itu penuh dengan titik-titik kecil berwarna putih, lapisan luar gelembung itu berjarak sekitar satu meter dari tubuh Arya.

"Apa itu?" tanya Elizabeth dengan mata terbelalak sambil terduduk.

"Apa kau tahu kalau udara itu mengandung uap air? Dan air bisa menjadi......."

"Es" sambung Elizabeth.

"Iyap, gelembung ini berfungsi seperti sensor aku bisa merasakan apapun masuk kedalam jangkauan gelembung ini. Aku bahkan bisa menghitung daun yang gugur menggunakan gelembung ini, saat aku merasakan kau memasuki jangkauan dari gelembung ini aku bisa mengantisipasi serangan yang akan kau lancarkan dengan bergerak sebelum serangan itu mengenaiku, tapi jangkauanya masih terbatas sih" ucap Arya sambil mengibaskan butiran-butiran es yang ada di gelembung itu.

"Jadi kau membuatnya setipis mungkin sehingga tidak dapat dilihat"

"Iya begitulah"

Lalu Astral mendekati mereka dan bertanya pada Elizabeth.

"Apa anda masih ingin melanjutkan pertandingan?"

"Aku kalah" ucap Elizabeth sambil menggeleng dan menghela nafasnya.

Lalu Astral mengumumkan kesemuanya bahwa pemenang pertandingan pertama ini adalah Arya, pengumuman itu disambut gemuruh pelan dari berbagai arah. Tepuk tanga dan sorak sorai yang teredam kaca pelindung.

"Pengawas?" panggil Arya.

Pengawas Astral mengerti dan mengangguk pelan. Arya mendekati Elizabeth lalu berjongkok didekatnya, Elizabeth melihatnya dengan tatapan bertanya.

"Naiklah"

"Hah? Kenapa? Aku bisa jalan sendiri kok"

"Benarkah? Lalu kenapa kau tidak berdiri dari tadi? Kau bukan tipe orang suka menengadahkan kepala pada orang lain kan?"

Elizabeth hanya terdiam mendengar perkataan dari Arya, tanpa menunggu jawaban darinya Arya langsung menarik tangan dan menggendong Elizabeth dipunggungnya.

"Hey?! Tunggu dulu, turunkan aku! Ini sangat memalukan. Dasar tidak sopan" teriak Elizabeth kesal.

"Tidak mau, tubuhmu itu harus segera diobati. Mungkin kau berhasil menipu penonton tapi kau tidak bisa menipuku, pergelangan kakimu keseleo kan? Dan tulang bahu mu bergeser. Tubuhmu tidak bisa terus kau paksakan bergerak secepat itu sambil membawa senjata seperti Morning Star dasar ceroboh" ceramah Arya.

"Kau sendiri bagaimana? Aku yakin beberapa tulangmu pasti patah kan?" tanya Elizabeth masih sambil memberontak.

"Tentu saja dasar loli barbar, itulah sebabnya kita akan ke Pengawas Allucia untuk segera diobati. Setidaknya aku masih bisa berjalan jadi aku berbaik hati untuk menggendongmu"

"Kau tidak perlu melakukanya, Hey? Kenapa kau bersikap baik padaku?"

"Aku bersikap baik pada semua orang kok, tanya saja pada yang lain" jawab Arya dengan wajah heran.

"Bahkan pada orang yang selalu berbuat tidak baik padamu?" tanya Elizabeth pelan.

Arya diam untuk beberapa saat, lalu tersenyum dan menjawab dengan nada suara lembut.

"Jujur saja kau itu meningatkan ku pada adik perempuanku"

"Adik perempuan?"

"Iya, bukan adik kandung sih. Dia adalah anak kandung keluarga angkat ku, jadi saat pertama kali bertemu sikapnya juga sama sepertimu. Dia membenciku karena aku hanya dianggapnya sebagai orang asing yang mengusik keluarganya, tapi lama kelamaan akhirnya dia bisa menerimaku sebagai kakaknya" cerita Arya dengan senyuman di wajahnya.

"Hey Arya? Sebenarnya sejak dulu aku ingin sekali mempunyai seorang kakak, maukah kau menjadi kakakku?" bisik Elizabeth di telinga Arya.

"Eh?"

-----------------------------<<\ data-tomark-pass >>-----------------------------

"Baiklah aku sudah mengobati luka-luka kalian tapi sebaiknya jangan terlalu banyak bergerak dulu terutama kau nona muda" kata Allucia sambil menunju Elizabeth.

Elizabeth yang sedang berbaring di bangsal ruang perawatan mengangguk sambil tersenyum ceria, Arya kira dia akan sedikit lebih sedih karena baru saja dikalahkan oleh Arya. Tapi ternyata tidak.

"Aku harus kembali ke arena, aku pergi dulu" ucap Allucia berpamitan pada Arya dan Elizabeth.

Setengah jam kemudian ada seseorang yang berlari terburu-buru menuju ruang perawatan, dari suaranya Arya sangat mengenali orang ini.

"Timothy ucapan selamatnya nanti sa........."

Sebelum Arya menyelesaikan kata-katanya Timothy memotongnya dengan cepat, ia kelihatan terburu-buru kemari. Ada raut kekhawatiran diwajahnya, sesuatu yang Arya tidak pernah lihat sebelumnya.

"Arya?! Sebaiknya kau segera kembali ke arena, ada sesuatu yang harus kau lihat"

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

kemenangan karena kecerdikan dan hasil pengamatan musuh dengan baik

2021-07-23

3

Riski Fajar

Riski Fajar

Wah cerita nya sangat menarik 😍,
tetap semangat melanjutkan karya mu kakak

jangan lupa mampir di novel ku ya "Stranded in a Dungeon"

terimakasih

2021-02-15

3

Dani Sam

Dani Sam

wah apa tuh

2020-11-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!