Setelah mendengar ia akan bertemu Zayn di babak final, Arya segera menuju ke ruang perawatan tempat Timothy berada. Ia masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintu dan melihat Timothy yang terbaring di tempat tidur dengan banyak perban yang dipasangkan pada tubuhnya, mata kanan miliknya terbalut perban yang membuat ia terlihat seperti bajak laut. Ia menyadari kedatangan Arya sehingga matanya yang tidak terperban membuka dan melihat Arya yang balik menatapnya dengan ekspresi hampa.
"Ada apa kau kemari? Apa kau hanya ingin mengejekku setelah melihat keadaan ku yang menyedihkan ini?" tanya Timothy sambil berusaha tersenyum.
"Tadinya sih mau begitu, tapi sepertinya tidak bisa" jawab Arya sambil bersandar pada dinding.
"Kenapa? Apa kau kasihan melihatku?"
"Jangan bodoh, mana mungkin aku kasihan padamu"
"Ehh...?"
"Tadinya aku ingin menghinamu dengan kejam, karena aku memprediksi cedera mu itu minimal hanya seluruh tulang dalam tubuhmu hancur tapi sayangnya kau cuma luka ringan seperti ini" ujar Arya sambil menghela nafas.
"Apa...?! Jika itu hanya luka minimal bagaimana prediksi mu dengan keadaan terburuk yang akan terjadi padaku???" tanya Timothy.
"Sudah jelas bukan? Kau akan kehilangan nyawamu" jawab Arya dengan ekspresi datar.
"Itu tidak lucu sama sekali!!!"
"Tentu saja itu lucu" sahut Elizabeth yang tiba-tiba masuk ke ruangan juga.
Ia menggandeng tangan Arya sambil tersenyum ke arahnya, ia memegang tangan Arya dengan erat seakan-akan anak kecil yang tidak mau terpisah dari orang tuanya.
"Tidak ku sangka sekarang kalian bisa seakur itu" ujar Timothy.
"Tentu saja bisa, apakah kau tidak pernah mendengar kata-kata musuh kemarin adalah teman besoknya" balas Elizabeth.
"Mmm Elizabeth yang benar itu adalah musuh kemarin adalah teman hari ini" kata Arya membenarkan.
"Nah....itu maksudku, aku tahu Kak Arya pasti akan membenarkannya"
"Pfft"
"Siapa yang mengizinkan mu tertawa dasar Timothy bodoh!" teriak Elizabeth.
"Hah? Siapa yang kau panggil bodoh?"
"Siapa lagi selain dirimu"
Kedua anak itu mulai bertengkar dan saling mengolok satu sama lain, Arya hanya diam melihat mereka berdua dengan tatapan kosong. Walaupun tubuhnya ada disitu tetapi pikiran Arya sudah melayang kemana-mana, ada sesuatu yang ingin dia ketahui. Lalu saat pertengkaran Timothy dan Elizabeth semakin panas, pikira Arya tiba-tiba kembali ke tubuhnya.
"Hey?" panggil Arya pelan.
Timothy dan Elizabeth menghentikan pertengkaran mereka dan menoleh ke arah Arya.
"Bagaimana menurut kalian kemampuan Zayn?" tanya Arya akhirnya.
Elizabeth dan Timothy saling bertatapan satu sama lain untuk beberapa saat, lalu akhirnya mereka kembali menatap Arya dengan tatapan serius.
"Jujur saja sebagai teman satu timnya saat babak pertama aku hanya bisa berkata dia sangat hebat dan berbakat dalam menggunakan kemampuan elemen dan senjata miliknya, dia juga memiliki teknik yang sangat baik. Kalau kalian ingat di babak pertama tim kami adalah tim pertama yang menyelesaikan misi, itu tidak terlepas dari kemampuan Zayn dan tentu saja aku juga. Tapi dia itu seperti memiliki tingkatan yang berbeda dengan kita" kata Elizabeth.
"Lalu bagaimana menurutmu jika ia bertanding dengan Arya? Tanya Timmothy.
Elizabeth terlihat berpikir sejenak sambil memegang dagunya, setelah beberapa saat ia terlihat frustasi lalu mengacak-acak rambutnya.
"Mmm aku tidak tahu..!!!, yang jelas Kak Arya juga memiliki kemampuan yang hebat sehingga aku tidak bisa membandingkan kalian. Walaupun tentu saja gaya bertarung kalian sangat berbeda satu sama lain, itulah sebabnya aku tidak akan melewatkan pertandingan final yang akan datang. Aku ingin melihat pertandingan Kak Arya melawan Zayn" ujar Elizabeth dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Aku sependapat dengannya Arya, aku juga melihat semua pertandingan kalian berdua. Tapi aku tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi jika kalian berdua bertarung, yang jelas kau akan mengetahui kemampuan Zayn saat bertarung langsung dengannya" tambah Timothy.
"Hah....kalau itu juga aku tahu, sepertinya aku harus mempersiapkan diri dengan serius sebelum final" jawab Arya sambil menghela nafas.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Kak Arya apa......kakak baik-baik saja?" tanya Elizabeth.
Elizabeth menanyakan itu bukan tanpa sebab, Arya memasuki kantin dengan wajah suram dan berantakan. Kantung mata terlihat menggantung dibawah matanya dan ia terlihat sangat lesu sekali, bagaimana tidak. Dia sudah berlatih dan menyusun strategi tanpa henti sejak pengumuman pertandingan final, dia punya waktu satu minggu untuk persiapan dan ia tidak ingin menyianyiakan waktu yang sudah diberikan.
Walaupun begitu tetap saja ia tidak bisa menemukan cara efektif untuk bertarung dengan Zayn, kendalanya adalah kurangnya informasi yang dimiliki Arya tentang kemampuan Zayn. Yang ia tahu hanya bahwa anak itu memiliki kemampuan Elemen Kegelapan dan dia ahli dalam menggunakan senjatanya, bahkan sampai sekarang Arya tidak tahu senjata apa yang dia gunakan.
Arya duduk disebelah Selena sambil menaruh nampan makanannya, lalu ia menguap sambil menggosok-gosok matanya.
"Sepertinya keadaan mu sedang buruk" celetuk Kevin tiba-tiba.
Hubungan Arya dan Kevin sudah lebih baik sejak pertandingan sebelumnya, bahkan sekarang Kevin juga lebih terbuka dengan anak-anak yang lainnya.
"Begitukah menurutmu?" timpal Arya pelan.
"Yap, dan sepertinya lawan mu di final terlihat jauh lebih siap" balas Kevin sambil melirik Zayn yang duduk diujung meja mereka.
Zayn terlihat sangat tenang, dia memakan makananya dalam diam. Ia terlihat tidak memiliki beban pikiran sangat berbanding terbalik dengan Arya yang terlihat berantakan dan frustrasi.
"Apa kau benar baik-baik saja Arya?" tanya Selena akhirnya setelah melihat Arya menguap untuk ketiga kalinya.
"Tentu, terimakasih telah mengkhawatirkan ku Selena" jawab Arya sambil tersenyum lemah.
"Uhhh Selena bisakah kau menjauh dari Kak Arya?" tanya Elizabeth terlihat sedikit kesal.
"Eh? Baiklah aku hanya menanyakan keadaannya saja kok"
"Kau tidak perlu khawatir padanya, aku akan selalu memperhatikan kesehatanya. Jadi tenang saja" ujar Elizabeth sambil membusungkan dada.
"Bukankah justru hal itu yang harus dikhawatirkan" bisik Kevin pelan.
"Apa katamu?! Dasar bocah cengeng!"
"Aku tidak cengeng!"
Entah bagaimana caranya perkelahian mereka saat di ruang perawatan berlanjut di kantin, yang lain hanya bisa membuang nafas panjang. Lalu setelah akhirnya mereka lelah saling memaki satu sama lain, Elizabeth berlari menuju Arya dan menyingkirkan Timothy yang berada di sisi lain Arya sehingga sekarang Arya diapit oleh Elizabeth dan Selena.
"Aw..aw...aw Elizabeth aku belum pulih total, kau tahu jika kau melakukan itu luka-luka bisa terbuka lagi" erang Timothy.
"Aku tidak peduli, menyingkirlah besi karatan"
"Apa?!!"
"Kak Arya apa ada yang kau inginkan? Aku bisa melakukan apapun untuk kakak" tawar Elizabeth tanpa memperdulikan protes Timothy.
"Mmm tidak ada, tapi bisa kah kalian sedkit tenang? Kepalaku sedikit pusing" jawab Arya sambil mengusap kepala Elizabeth.
Setelah mendengar permohonan dari Arya itu suasana meja makan bisa lebih tenang, mereka makan dalam diam sampai makanan mereka habis. Saat Arya sudah bersiap beranjak dari kursinya tiba-tiba Zayn menepuk pundaknya.
"Hey bisakah kita bicara sebentar?"
"Hey tunggu se........"
Arya menghentikan Kevin dengan isyarat tanganya.
"Tidak apa, tentu ayo kita bicara" jawab Arya sambil berdiri dari tempat duduknya.
Mereka berdua berjalan keluar dari kantin diikuti oleh pandangan waswas dari orang-orang dibelakang mereka.
-----------------------------<<>>-----------------------------
Zayn membawa Arya ke area yang tidak pernah ia datangi sebelumnya, Arya hanya mengikuti Zayn tanpa berkata apa-apa sampai pada akhirnya mereka tiba di sebuah beranda yang menghadap ke arah hutan yang gelap.
"Aku tidak pernah ke area ini sebelumnya, dan seingatku bukankah kita baru saja sarapan?" tanya Arya bingung.
"Ini adalah area Astronomi, tempat para ilmuwan mempelajariri luar angkasa. Jadi tempat ini disesuaikan untuk hal itu sehingga hanya ada malam di tempat ini" jelas Zayn.
"Wah.......aku baru tau ada tempat seperti ini"
"Sungguh? Aku selalu ke tempat ini untuk menjernihkan pikiran ku"
"Pantas saja kau selalu menghilang, ternyata kau selalu berada disini" kata Arya sambil memperhatikan sekitar.
"Begitulah"
"Jadi? Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Arya akhirnya.
"Tentang pertandingan final, aku merasa tidak adil karena kau tidak pernah menyaksikan pertandinganku sehingga kau tidak punya data tentang kemampuan yang aku miliki. Sedangkan aku sudah melihat semua pertandingan mu dari sejak melawan Elizabeth"
"Jadi kau ingin memberikan informasi tentang kemampuan milikmu?"
"Iya" jawab Zayn sambil menatap Arya dengan serius.
"Maaf aku menolak" potong Arya cepat sambil menggoyang-goyangkan telapak tangan kanannya di depan wajah.
"Eh? Kenapa? Bukankah kau juga ingin menang?" tanya Zayn bingung.
"Tentu saja aku ingin menang, tapi menurutku hal itu adalah salahku sendiri yang tidak menonton pertandingan mu jadi itu adalah resiko yang harus aku tanggung" jawab Arya sambil melangkah menjauh dari beranda.
"Kau ini orang yang aneh" ujar Zayn sambil tertawa pelan.
"Terima kasih atas pujiannya" balas Arya sambil berjalan ke pintu keluar.
"Sebelum kau pergi maukah kau mendengarkan ceritaku sebentar"
Arya menghentikan langkah kakinya, ia berhenti tepat di pintu keluar beranda tersebut. Mendengar langkah kaki Arya terhenti Zayn pun melanjutkan.
"Sebenarnya ini mungkin bukan hal yang penting menurutmu, tapi aku merasa harus memberitahukan hal ini padamu karena kita memiliki sebuah kemiripan"
"Apa kau ingin menceritakan tentang wali mu?" tanya Arya masih sambil menghadap ke pintu keluar. Arya merasakan Zayn sedikit tersentak setelah mendengar apa yang ia katakan barusan.
"Bagaimana kau........?"
"Bagaimana aku tau? Sederhana saja, saat aku dikirim ke Pusat Penelitian aku bertemu dengan sembilan keluarga angkat dari para Elementalist lainnya. Dan aku mengenali kesembilan orang tersebut sebagai mantan pemimpin negara, kita para Elementalist berjumlah sepuluh orang dan aku sudah tau dari mana saja mereka berasal tapi kenyataannya ada satu orang yang aku tidak bisa ketahui asal usul dirinya. Dan orang itu adalah kau." jawab Arya sambil berbalik menghadap ke Zayn.
"Hmm jadi kau sudah mengetahui hal itu? Syukurlah aku jadi tidak perlu menjelaskannya panjang lebar, baiklah aku akan menceritakan kepada mu tentang guru sekaligus wali ku. Aku tidak tahu nama aslinya tapi ia selalu menyuruhku untuk memanggilnya Venna"
"Venna?"
"Ia adalah seorang wanita yang pernah menjadi salah satu murid ibuku dan keturunan terakhir dari Ordo Assasins"
"Ordo Assasins? Maksudmu perkumpulan pembunuh bayaran dari timur tengah itu? Bukankah mereka sudah hancur sejak lama?" tanya Arya penasaran.
"Benar tapi ada salah satu anggota mereka yang berhasil melarikan diri dan Venna adalah salah satu keturunannya, entah yang ke berapa. Jadi singkat cerita ibuku menitipkan aku pada Venna bukan kepada salah satu mantan pemimpin negara, sejak kecil aku diajarkan untuk menjadi Elementalist dan juga diajarkan berbagai teknik Assasins olehnya"
Pantas saja langkah kakinya seperti itu, langkah kakinya seperti seorang pembunuh yang mengendap-endap untuk menerkam korbannya. Sepertinya aku pernah membaca itu di perpustakaan, apa ya namanya? Phantom Step?
"Dan sebagai pembunuh bayaran kami tidak hanya berada di Elemental City, kau tau tempat ini terlalu damai. Jadi kami keluar dan mencari klien yang mau membayar kami"
"Maksudmu? Apa kalian pergi ke Wilayah Ras lain?" tanya Arya terkejut.
"Benar, banyak dari klien yang menyewa jasa kami bukan dari ras manusia. Tapi mereka tidak memperdulikan kami ini manusia atau bukan, yang penting kami berhasil menuntaskan misi kami"
"Itu cerita yang menarik menurutku, dan sekarang dimana guru mu itu?" komentar Arya setelah Zayn mengakhiri ceritanya.
"Venna sudah meninggal satu tahun yang lalu"
"Maafkan aku menanyakan hal seperti itu"
"Tidak apa-apa, tapi inilah hal yang sebenarnya aku ingin tanyakan padamu" kata Zayn sambil menatap Arya dengan serius.
"Apa itu?"
"Saat kami melakukan misi sebenarnya aku menyadari kalau Venna mencari sesuatu, aku tidak tahu ia mencari apa. Aku sudah menanyakan ini langsung tapi ia selalu mengelak, jadi aku mohon Arya kalau kau tau apa yang ia cari tolong beritahu aku" ujar Zayn bersungguh-sungguh.
"Eh? Tunggu sebentar, kenapa kau bisa berpikir kalau aku mengetahui apa yang ia cari?" tanya Arya bingung.
"Bukankah kau sama denganku? Bukankah kau murid seorang Assasins?"
"HAH?! Bukan bukan aku ini dititipkan kepada mantan pemimpin negara, dan aku juga dibesarkan sebagai anak biasa bukan seorang Elementalist maupun Assasins" jelas Arya.
"Benarkah?"
"Iya, aku minta maaf tidak bisa membantumu untuk mencari tau apa yang gurumu cari. Tapi aku benar-benar tidak tau"
"Mmm aku percaya padamu" kata Zayn sambil tersenyum.
"Sungguh?"
"Iya aku bisa membedakan mata orang yang berbohong dan tidak berbohong"
"Syukurlah kalau begitu, aku tidak habis pikir kenapa kau bisa berpikir kalau aku juga adalah murid seoarang Assasins"
"Langkah kaki mu, langkah kaki mu sangat pelan dan halus bahkan seperti tidak melangkah di tanah"
"Hah? Hantu dong kalau begitu" ujar Arya heran.
"Hahaha benar juga, aku kira kau mempunyai guru seorang Assasins yang mungkin mengenal Venna dan mengetahui apa yang ia cari. Karena sampai akhir hayatnya apa yang ia cari itu belum ia temukan"
"Sekali lagi aku minta maaf tidak bisa membantumu" kata Arya bersungguh-sungguh
"Tidak apa, terima kasih kau sudah mau mendengarkan ceritaku. Rasanya sekarang beban yang ada di pundakku sudah terangkat" ucap Zayn sambil menjulurkan tanganya.
"Baiklah sampai bertemu lagi di final, aku pasti akan mengalahkanmu" balas Arya sambil meraih uluran tangan Zayn.
-----------------------------<<>>-----------------------------
Arya sedang duduk di ruang tunggu sambil menunggu panggilan untuk masuk ke arena pertandingan, ia sudah mengenakan perlengkapanya. Dia telah menyusun strategi dan juga sudah berlatih untuk melawan Zayn pada hari ini, semoga rencananya berjalan dengan lancar.
Pagi ini ia mendapat sambutan hangat dari banyak orang, banyak orang yang menyemangati dan mengkhawatirkanya. Bahkan para anggota Elementalist lainnya juga ikut menyemangatinya untuk pertandingan final yang sangat menentukan ini, sebelum menuju ke ruang tunggu Arya juga menyempatkan diri untu mengunjungi Asuna.
Pengawas Allucia berkata kondisi Asuna semakin membaik dan mungkin dia akan segera siuman, Arya lega mendengar hal itu. Karena dia khawatir Asuna sudah tidak sadarkan diri terlalu lama, tapi hal itu tidak boleh mengganggu pikiranya, dia harus fokus pada pertandingan final ini, lalu saat akhirnya ia mendengar panggilan untuk memasuki arena. Ia mengambil pedangnya dengan cepat dan melangkah tanpa ragu menuju pertandingan terakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
John Singgih
rahasia Zayn yang tak terduga
2021-07-23
1
N.N.A
inilah yg dinamakan pertandingan yg sportif
2021-03-09
0
Dani Sam
good
2020-11-18
0