Chapter 15 - Sebelum Final

Setelah mendengar ia akan bertemu Zayn di babak final, Arya segera menuju ke ruang perawatan tempat Timothy berada. Ia masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintu dan melihat Timothy yang terbaring di tempat tidur dengan banyak perban yang dipasangkan pada tubuhnya, mata kanan miliknya terbalut perban yang membuat ia terlihat seperti bajak laut. Ia menyadari kedatangan Arya sehingga matanya yang tidak terperban membuka dan melihat Arya yang balik menatapnya dengan ekspresi hampa.

"Ada apa kau kemari? Apa kau hanya ingin mengejekku setelah melihat keadaan ku yang menyedihkan ini?" tanya Timothy sambil berusaha tersenyum.

"Tadinya sih mau begitu, tapi sepertinya tidak bisa" jawab Arya sambil bersandar pada dinding.

"Kenapa? Apa kau kasihan melihatku?"

"Jangan bodoh, mana mungkin aku kasihan padamu"

"Ehh...?"

"Tadinya aku ingin menghinamu dengan kejam, karena aku memprediksi cedera mu itu minimal hanya seluruh tulang dalam tubuhmu hancur tapi sayangnya kau cuma luka ringan seperti ini" ujar Arya sambil menghela nafas.

"Apa...?! Jika itu hanya luka minimal bagaimana prediksi mu dengan keadaan terburuk yang akan terjadi padaku???" tanya Timothy.

"Sudah jelas bukan? Kau akan kehilangan nyawamu" jawab Arya dengan ekspresi datar.

"Itu tidak lucu sama sekali!!!"

"Tentu saja itu lucu" sahut Elizabeth yang tiba-tiba masuk ke ruangan juga.

Ia menggandeng tangan Arya sambil tersenyum ke arahnya, ia memegang tangan Arya dengan erat seakan-akan anak kecil yang tidak mau terpisah dari orang tuanya.

"Tidak ku sangka sekarang kalian bisa seakur itu" ujar Timothy.

"Tentu saja bisa, apakah kau tidak pernah mendengar kata-kata musuh kemarin adalah teman besoknya" balas Elizabeth.

"Mmm Elizabeth yang benar itu adalah musuh kemarin adalah teman hari ini" kata Arya membenarkan.

"Nah....itu maksudku, aku tahu Kak Arya pasti akan membenarkannya"

"Pfft"

"Siapa yang mengizinkan mu tertawa dasar Timothy bodoh!" teriak Elizabeth.

"Hah? Siapa yang kau panggil bodoh?"

"Siapa lagi selain dirimu"

Kedua anak itu mulai bertengkar dan saling mengolok satu sama lain, Arya hanya diam melihat mereka berdua dengan tatapan kosong. Walaupun tubuhnya ada disitu tetapi pikiran Arya sudah melayang kemana-mana, ada sesuatu yang ingin dia ketahui. Lalu saat pertengkaran Timothy dan Elizabeth semakin panas, pikira Arya tiba-tiba kembali ke tubuhnya.

"Hey?" panggil Arya pelan.

Timothy dan Elizabeth menghentikan pertengkaran mereka dan menoleh ke arah Arya.

"Bagaimana menurut kalian kemampuan Zayn?" tanya Arya akhirnya.

Elizabeth dan Timothy saling bertatapan satu sama lain untuk beberapa saat, lalu akhirnya mereka kembali menatap Arya dengan tatapan serius.

"Jujur saja sebagai teman satu timnya saat babak pertama aku hanya bisa berkata dia sangat hebat dan berbakat dalam menggunakan kemampuan elemen dan senjata miliknya, dia juga memiliki teknik yang sangat baik. Kalau kalian ingat di babak pertama tim kami adalah tim pertama yang menyelesaikan misi, itu tidak terlepas dari kemampuan Zayn dan tentu saja aku juga. Tapi dia itu seperti memiliki tingkatan yang berbeda dengan kita" kata Elizabeth.

"Lalu bagaimana menurutmu jika ia bertanding dengan Arya? Tanya Timmothy.

Elizabeth terlihat berpikir sejenak sambil memegang dagunya, setelah beberapa saat ia terlihat frustasi lalu mengacak-acak rambutnya.

"Mmm aku tidak tahu..!!!, yang jelas Kak Arya juga memiliki kemampuan yang hebat sehingga aku tidak bisa membandingkan kalian. Walaupun tentu saja gaya bertarung kalian sangat berbeda satu sama lain, itulah sebabnya aku tidak akan melewatkan pertandingan final yang akan datang. Aku ingin melihat pertandingan Kak Arya melawan Zayn" ujar Elizabeth dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Aku sependapat dengannya Arya, aku juga melihat semua pertandingan kalian berdua. Tapi aku tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi jika kalian berdua bertarung, yang jelas kau akan mengetahui kemampuan Zayn saat bertarung langsung dengannya" tambah Timothy.

"Hah....kalau itu juga aku tahu, sepertinya aku harus mempersiapkan diri dengan serius sebelum final" jawab Arya sambil menghela nafas.

-----------------------------<<>>-----------------------------

"Kak Arya apa......kakak baik-baik saja?" tanya Elizabeth.

Elizabeth menanyakan itu bukan tanpa sebab, Arya memasuki kantin dengan wajah suram dan berantakan. Kantung mata terlihat menggantung dibawah matanya dan ia terlihat sangat lesu sekali, bagaimana tidak. Dia sudah berlatih dan menyusun strategi tanpa henti sejak pengumuman pertandingan final, dia punya waktu satu minggu untuk persiapan dan ia tidak ingin menyianyiakan waktu yang sudah diberikan.

Walaupun begitu tetap saja ia tidak bisa menemukan cara efektif untuk bertarung dengan Zayn, kendalanya adalah kurangnya informasi yang dimiliki Arya tentang kemampuan Zayn. Yang ia tahu hanya bahwa anak itu memiliki kemampuan Elemen Kegelapan dan dia ahli dalam menggunakan senjatanya, bahkan sampai sekarang Arya tidak tahu senjata apa yang dia gunakan.

Arya duduk disebelah Selena sambil menaruh nampan makanannya, lalu ia menguap sambil menggosok-gosok matanya.

"Sepertinya keadaan mu sedang buruk" celetuk Kevin tiba-tiba.

Hubungan Arya dan Kevin sudah lebih baik sejak pertandingan sebelumnya, bahkan sekarang Kevin juga lebih terbuka dengan anak-anak yang lainnya.

"Begitukah menurutmu?" timpal Arya pelan.

"Yap, dan sepertinya lawan mu di final terlihat jauh lebih siap" balas Kevin sambil melirik Zayn yang duduk diujung meja mereka.

Zayn terlihat sangat tenang, dia memakan makananya dalam diam. Ia terlihat tidak memiliki beban pikiran sangat berbanding terbalik dengan Arya yang terlihat berantakan dan frustrasi.

"Apa kau benar baik-baik saja Arya?" tanya Selena akhirnya setelah melihat Arya menguap untuk ketiga kalinya.

"Tentu, terimakasih telah mengkhawatirkan ku Selena" jawab Arya sambil tersenyum lemah.

"Uhhh Selena bisakah kau menjauh dari Kak Arya?" tanya Elizabeth terlihat sedikit kesal.

"Eh? Baiklah aku hanya menanyakan keadaannya saja kok"

"Kau tidak perlu khawatir padanya, aku akan selalu memperhatikan kesehatanya. Jadi tenang saja" ujar Elizabeth sambil membusungkan dada.

"Bukankah justru hal itu yang harus dikhawatirkan" bisik Kevin pelan.

"Apa katamu?! Dasar bocah cengeng!"

"Aku tidak cengeng!"

Entah bagaimana caranya perkelahian mereka saat di ruang perawatan berlanjut di kantin, yang lain hanya bisa membuang nafas panjang. Lalu setelah akhirnya mereka lelah saling memaki satu sama lain, Elizabeth berlari menuju Arya dan menyingkirkan Timothy yang berada di sisi lain Arya sehingga sekarang Arya diapit oleh Elizabeth dan Selena.

"Aw..aw...aw Elizabeth aku belum pulih total, kau tahu jika kau melakukan itu luka-luka bisa terbuka lagi" erang Timothy.

"Aku tidak peduli, menyingkirlah besi karatan"

"Apa?!!"

"Kak Arya apa ada yang kau inginkan? Aku bisa melakukan apapun untuk kakak" tawar Elizabeth tanpa memperdulikan protes Timothy.

"Mmm tidak ada, tapi bisa kah kalian sedkit tenang? Kepalaku sedikit pusing" jawab Arya sambil mengusap kepala Elizabeth.

Setelah mendengar permohonan dari Arya itu suasana meja makan bisa lebih tenang, mereka makan dalam diam sampai makanan mereka habis. Saat Arya sudah bersiap beranjak dari kursinya tiba-tiba Zayn menepuk pundaknya.

"Hey bisakah kita bicara sebentar?"

"Hey tunggu se........"

Arya menghentikan Kevin dengan isyarat tanganya.

"Tidak apa, tentu ayo kita bicara" jawab Arya sambil berdiri dari tempat duduknya.

Mereka berdua berjalan keluar dari kantin diikuti oleh pandangan waswas dari orang-orang dibelakang mereka.

-----------------------------<<>>-----------------------------

Zayn membawa Arya ke area yang tidak pernah ia datangi sebelumnya, Arya hanya mengikuti Zayn tanpa berkata apa-apa sampai pada akhirnya mereka tiba di sebuah beranda yang menghadap ke arah hutan yang gelap.

"Aku tidak pernah ke area ini sebelumnya, dan seingatku bukankah kita baru saja sarapan?" tanya Arya bingung.

"Ini adalah area Astronomi, tempat para ilmuwan mempelajariri luar angkasa. Jadi tempat ini disesuaikan untuk hal itu sehingga hanya ada malam di tempat ini" jelas Zayn.

"Wah.......aku baru tau ada tempat seperti ini"

"Sungguh? Aku selalu ke tempat ini untuk menjernihkan pikiran ku"

"Pantas saja kau selalu menghilang, ternyata kau selalu berada disini" kata Arya sambil memperhatikan sekitar.

"Begitulah"

"Jadi? Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Arya akhirnya.

"Tentang pertandingan final, aku merasa tidak adil karena kau tidak pernah menyaksikan pertandinganku sehingga kau tidak punya data tentang kemampuan yang aku miliki. Sedangkan aku sudah melihat semua pertandingan mu dari sejak melawan Elizabeth"

"Jadi kau ingin memberikan informasi tentang kemampuan milikmu?"

"Iya" jawab Zayn sambil menatap Arya dengan serius.

"Maaf aku menolak" potong Arya cepat sambil menggoyang-goyangkan telapak tangan kanannya di depan wajah.

"Eh? Kenapa? Bukankah kau juga ingin menang?" tanya Zayn bingung.

"Tentu saja aku ingin menang, tapi menurutku hal itu adalah salahku sendiri yang tidak menonton pertandingan mu jadi itu adalah resiko yang harus aku tanggung" jawab Arya sambil melangkah menjauh dari beranda.

"Kau ini orang yang aneh" ujar Zayn sambil tertawa pelan.

"Terima kasih atas pujiannya" balas Arya sambil berjalan ke pintu keluar.

"Sebelum kau pergi maukah kau mendengarkan ceritaku sebentar"

Arya menghentikan langkah kakinya, ia berhenti tepat di pintu keluar beranda tersebut. Mendengar langkah kaki Arya terhenti Zayn pun melanjutkan.

"Sebenarnya ini mungkin bukan hal yang penting menurutmu, tapi aku merasa harus memberitahukan hal ini padamu karena kita memiliki sebuah kemiripan"

"Apa kau ingin menceritakan tentang wali mu?" tanya Arya masih sambil menghadap ke pintu keluar. Arya merasakan Zayn sedikit tersentak setelah mendengar apa yang ia katakan barusan.

"Bagaimana kau........?"

"Bagaimana aku tau? Sederhana saja, saat aku dikirim ke Pusat Penelitian aku bertemu dengan sembilan keluarga angkat dari para Elementalist lainnya. Dan aku mengenali kesembilan orang tersebut sebagai mantan pemimpin negara, kita para Elementalist berjumlah sepuluh orang dan aku sudah tau dari mana saja mereka berasal tapi kenyataannya ada satu orang yang aku tidak bisa ketahui asal usul dirinya. Dan orang itu adalah kau." jawab Arya sambil berbalik menghadap ke Zayn.

"Hmm jadi kau sudah mengetahui hal itu? Syukurlah aku jadi tidak perlu menjelaskannya panjang lebar, baiklah aku akan menceritakan kepada mu tentang guru sekaligus wali ku. Aku tidak tahu nama aslinya tapi ia selalu menyuruhku untuk memanggilnya Venna"

"Venna?"

"Ia adalah seorang wanita yang pernah menjadi salah satu murid ibuku dan keturunan terakhir dari Ordo Assasins"

"Ordo Assasins? Maksudmu perkumpulan pembunuh bayaran dari timur tengah itu? Bukankah mereka sudah hancur sejak lama?" tanya Arya penasaran.

"Benar tapi ada salah satu anggota mereka yang berhasil melarikan diri dan Venna adalah salah satu keturunannya, entah yang ke berapa. Jadi singkat cerita ibuku menitipkan aku pada Venna bukan kepada salah satu mantan pemimpin negara, sejak kecil aku diajarkan untuk menjadi Elementalist dan juga diajarkan berbagai teknik Assasins olehnya"

Pantas saja langkah kakinya seperti itu, langkah kakinya seperti seorang pembunuh yang mengendap-endap untuk menerkam korbannya. Sepertinya aku pernah membaca itu di perpustakaan, apa ya namanya? Phantom Step?

"Dan sebagai pembunuh bayaran kami tidak hanya berada di Elemental City, kau tau tempat ini terlalu damai. Jadi kami keluar dan mencari klien yang mau membayar kami"

"Maksudmu? Apa kalian pergi ke Wilayah Ras lain?" tanya Arya terkejut.

"Benar, banyak dari klien yang menyewa jasa kami bukan dari ras manusia. Tapi mereka tidak memperdulikan kami ini manusia atau bukan, yang penting kami berhasil menuntaskan misi kami"

"Itu cerita yang menarik menurutku, dan sekarang dimana guru mu itu?" komentar Arya setelah Zayn mengakhiri ceritanya.

"Venna sudah meninggal satu tahun yang lalu"

"Maafkan aku menanyakan hal seperti itu"

"Tidak apa-apa, tapi inilah hal yang sebenarnya aku ingin tanyakan padamu" kata Zayn sambil menatap Arya dengan serius.

"Apa itu?"

"Saat kami melakukan misi sebenarnya aku menyadari kalau Venna mencari sesuatu, aku tidak tahu ia mencari apa. Aku sudah menanyakan ini langsung tapi ia selalu mengelak, jadi aku mohon Arya kalau kau tau apa yang ia cari tolong beritahu aku" ujar Zayn bersungguh-sungguh.

"Eh? Tunggu sebentar, kenapa kau bisa berpikir kalau aku mengetahui apa yang ia cari?" tanya Arya bingung.

"Bukankah kau sama denganku? Bukankah kau murid seorang Assasins?"

"HAH?! Bukan bukan aku ini dititipkan kepada mantan pemimpin negara, dan aku juga dibesarkan sebagai anak biasa bukan seorang Elementalist maupun Assasins" jelas Arya.

"Benarkah?"

"Iya, aku minta maaf tidak bisa membantumu untuk mencari tau apa yang gurumu cari. Tapi aku benar-benar tidak tau"

"Mmm aku percaya padamu" kata Zayn sambil tersenyum.

"Sungguh?"

"Iya aku bisa membedakan mata orang yang berbohong dan tidak berbohong"

"Syukurlah kalau begitu, aku tidak habis pikir kenapa kau bisa berpikir kalau aku juga adalah murid seoarang Assasins"

"Langkah kaki mu, langkah kaki mu sangat pelan dan halus bahkan seperti tidak melangkah di tanah"

"Hah? Hantu dong kalau begitu" ujar Arya heran.

"Hahaha benar juga, aku kira kau mempunyai guru seorang Assasins yang mungkin mengenal Venna dan mengetahui apa yang ia cari. Karena sampai akhir hayatnya apa yang ia cari itu belum ia temukan"

"Sekali lagi aku minta maaf tidak bisa membantumu" kata Arya bersungguh-sungguh

"Tidak apa, terima kasih kau sudah mau mendengarkan ceritaku. Rasanya sekarang beban yang ada di pundakku sudah terangkat" ucap Zayn sambil menjulurkan tanganya.

"Baiklah sampai bertemu lagi di final, aku pasti akan mengalahkanmu" balas Arya sambil meraih uluran tangan Zayn.

-----------------------------<<>>-----------------------------

Arya sedang duduk di ruang tunggu sambil menunggu panggilan untuk masuk ke arena pertandingan, ia sudah mengenakan perlengkapanya. Dia telah menyusun strategi dan juga sudah berlatih untuk melawan Zayn pada hari ini, semoga rencananya berjalan dengan lancar.

Pagi ini ia mendapat sambutan hangat dari banyak orang, banyak orang yang menyemangati dan mengkhawatirkanya. Bahkan para anggota Elementalist lainnya juga ikut menyemangatinya untuk pertandingan final yang sangat menentukan ini, sebelum menuju ke ruang tunggu Arya juga menyempatkan diri untu mengunjungi Asuna.

Pengawas Allucia berkata kondisi Asuna semakin membaik dan mungkin dia akan segera siuman, Arya lega mendengar hal itu. Karena dia khawatir Asuna sudah tidak sadarkan diri terlalu lama, tapi hal itu tidak boleh mengganggu pikiranya, dia harus fokus pada pertandingan final ini, lalu saat akhirnya ia mendengar panggilan untuk memasuki arena. Ia mengambil pedangnya dengan cepat dan melangkah tanpa ragu menuju pertandingan terakhir.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

rahasia Zayn yang tak terduga

2021-07-23

1

N.N.A

N.N.A

inilah yg dinamakan pertandingan yg sportif

2021-03-09

0

Dani Sam

Dani Sam

good

2020-11-18

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!