"Inilah yang aku pikirkan selama ini"
Timothy menyerahkan selembar kertas yang diisi dengan tulisan penuh coretan dimana-mana, Arya mengernyitkan dahi setelah melihat sekilas tulisan yang ada dikertas itu.
"Siapa yang menulis ini? Terlihat seperti tulisan anak TK"
"Hey jangan menghina tulisanku ya!"
"Tapi sungguh tulisan ini agak...ya....apakah kau bercita-cita menjadi dokter?"
"Ahh sudahlah jangan bahas tulisanya, baca isinya. I.SI.NYA"
Lalu Arya mulai membaca kertas penuh coretan yang disodorkan padanya, Arya harus berusaha lebih keras agar bisa membaca tulisan cakar ayam itu, sekilas ia bisa membaca judulnya yang terlihat seperti "Profesi para Pengawas". Ia melanjutkan membaca isinya :
Profesi para Pengawas
Giovani van Astral -----------------> Guru
Konohakura Rea ------------------> Ahli Botani
Ursa Berlin ------------------> Pandai Besi
Benjamin Liquite ------------------> Pengrajin
Zafrone Allucia ------------------> Dokter
Raymon Gustav ------------------> Chef
Eyecracker Romero ------------------> Musisi
Julius Varuq ------------------> Mata-mata (orang mesum)
Sinistral La Bianchi ------------------> Instruktur Olahraga
Magna Po ------------------> Tukang Makan
Timothy Iron
"Apa ini?"
"Itu adalah profesi para Pengawas dari apa apa yang kulihat selama ini"
"Bukan itu yang kutanyakan, kenapa kau mempersiapkan letak tanda tangan? Ini bukan formulir pendaftaran atau sejenisnya kan?"
"I..i...itu...hanya...sebagai penanda aku yang membuatnya"
"Itu tidak penting" kata Arya lalu mencoret bagian tanda tangan tersebut.
"Akhhh kenapa kau mencoretnya?!! Kau ini jahat sekali" teriak Timothy seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat
Arya tidak memerdulikan protes Timothy dan tetap melanjutkan mencari kesalahan dalam kertas tersebut.
"Dan kenapa kau menulis pekerjaan Pengawas Po tukang makan?"
"Lalu memangnya pekerjaannya apa? Yang ku lihat dia hanya makan terus menerus"
"Aku juga sebenarnya tidak mengerti apa tugas yang ia emban, tapi kalau dari yang kita dengar dari pengawas-pengawas lainnya dia pasti mempunyai tugas yang penting"
"Iya tapi apa sebenarnya tugas dari orang itu?"
"Entah, mungkin kita akan segera tahu" kata Arya sambil menyerahkan kertas itu kembali.
"Eh? Apa kau sependapat denganku tentang profesi yang lain?"
"Mmm sepertinya"
"Bahkan tentang Pengawas Varuq yang---"
"Iya, aku setuju dengan mu" potong Arya cepat.
Arya melanjutkan sarapanya yang tertunda karena mengurusi tulisan anak TK Timothy, seharusnya mereka tidak perlu membahas hal itu. Karena mereka akan mengatahui apa tugas Magna Po secepatnya, bahkan lebih cepat dari yang mereka duga.
-----------------------------<<>>-----------------------------
Pelatihan terakhir pada hari itu adalah Uknown, mereka memasuki kelas seperti biasa. Tapi ada sesuatu yang berbeda di ruangan tersebut kali ini, Pengawas Po tidak sedang memakan sesuatu melainkan dia seperti sedang menunggu mereka datang.
"Sepertinya kalian sebentar lagi akan menghadapi ujian tahap pertama, ada satu syarat agar kalian bisa mengikuti ujian. Kalian harus bisa melalui tes yang aku berikan"
Mereka semua pun saling menatap satu sama lain dengan kebingungan, apa maksud orang ini? Dia yang hanya makan dari pertemuan pertama mereka akan memberikan mereka tes? Jangan bercanda.
"Dengan kata lain, kalian hanya bisa mengikuti ujian jika aku telah mengesahkan kalian untuk dapat mengikutinya"
"Tapi pengawas, tes seperti apa yang harus kami lalui? Anda tidak pernah mengajarkan kami apapun" tanya Asuna sambil mengangkat tangan.
"Benar sekali, kami bahkan tidak mempunyai gambaran bagaimana tes yang akan anda berikan" kata Arya menyetujui.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain, tumben mereka berdua bisa menyetujui hal yang sama. Hal yang tidak pernah terjadi dan tidak pernah mereka berdua harapkan terjadi.
"Tuan Frost dan Nona Blaze, kalian akan segera mengetahuinya saat tesnya dimulai"
"Jadi maksud anda kami tidak bisa mempersiapkan diri untuk tesnya?" kali ini Zayn yang bertanya.
"Benar sekali"
"Itu tidak masuk akal, bagaimana kami bisa lulus kalau begitu?" timpal Kevin.
"Kalian bisa mengulangi tesnya berapa kalipun, sesuka hati kalian. Pelatihan lainnya akan ditiadakan mulai saat ini, kenapa kalian diberikan kesempatan mengulang sesuka hati? Itu karena kalian sudah dipastikan tidak akan bisa melewati tes ini disaat pertama kali mencobanya"
Arya sedikit kesal mendengar perkataan itu, ia juga menyadari bahwa yang lainya juga merasakan hal yang sama denganya.
"Baiklah kita akan segera mulai tesnya, silahkan keluar dari ruangan. Lalu nanti yang dipanggil namanya masuk kembali ke ruangan ini"
-----------------------------<<>>-----------------------------
Setelah beberapa orang mengikuti tesnya Arya menyadari sesuatu, tidak ada satu pun yang sudah mengikuti tes berhasil lulus. Mereka semua keluar dari ruangan tes dengan muka kesal, terutama Kevin,Zayn,Asuna, dan Elizabeth.
"Mereka berempat terlihat seperti ingin membunuh orang ya?" bisik Timothy pada Arya.
Arya setuju denganya, bahkan Arya berani bersumpah melihat rambut Asuna sedikit berkobar karena kesal. Lalu tibalah giliran Arya, Arya memasuki ruangan tersebut dengan berhati-hati. Ruangan itu sudah sedikit diubah, kursi dan meja yang biasa mereka kenakan telah dipindahkan dan hanya meyisakan satu kursi ditengah ruangan yang diduduki oleh Pengawas Po.
"Baklah Tuan Frost, aku akan menjelaskan peraturan tesnya. Kau lihat pin yang ku pegang ini?" tanya Pengawas Po sambil menunjukan pin yang ada ditanganya.
Arya mengangguk pelan tanpa bersuara.
"Kau hanya harus merebutnya dari ku dalam waktu 15 menit, kau boleh merebutnya dengan cara apapun. Kau boleh menyerangku dengan kekuatan penuh bahkan menggunakan Agnet dan kekuatan Elemen, tapi ingat kekuatan Elemen mu belum stabil jadi jangan memaksakan diri kalau tidak kau bisa berakhir seperti peserta-peserta sebelumnya"
Jadi pasti sebelumnya peserta yang lain telah menggunakan Agnet dan kekuatan Elemen untuk menyerangnya, bagaimana cara orang ini masih bisa bertahan. Arya berpikir dengan keras bagaimana caranya agar ia bisa merebut pin tersebut.
"Pengawas apa anda akan menggunakan Agnet?"
"Iya tentu saja, kalau tidak aku pasti tidak bisa menyamai kalian. Tapi sebagai gantinya aku tidak bisa menggunakan 100 % Agnet ku dan hanya boleh diam duduk disini serta hanya menggunakan satu tangan saat bertahan, bukankah itu cukup adil? Baiklah kita mulai tesnya"
Arya diam sejenak ditempat itu, ia menganilisis setiap sudut ruangan secara teliti. Ia mengamati dan membayangkan apa yang bisa ia lakukan dan bagaimana cara Pengawas Po bisa menghindari dua Elementalist dengan unsur tercepat yaitu Cahaya dan Petir. Ia juga bisa bertahan dari Elementalist dengan daya rusak paling besar yaitu Api dan bisa mengalahkan Elementalist dengan teknik paling baik saat ini.
"Apakah kau tidak akan menyerang tuan Frost? Waktu terus berjalan" ujar Pengawas Po setelah 5 menit pertama berlalu sambil mengeluarkan snack dari sakunya.
Arya berjalan pelan mengelilingi Pengawas Po yang duduk ditengah ruangan, ia berhenti tepat dibelakang Pengawas Po. Sehingga posisinya dibelakangi oleh si Pengawas.
"Menyerang dari titik buta ya? Sepetinya kau cukup pintar, tapi jangan kira kau yang pertama melakukan ide itu"
Arya meregangkan bagian-bagian tubuhnya.
"Pengawas sebaiknya anda puaskan diri anda untuk berbicara sekarang, karena setelah aku mulai akan ku buat anda tidak sempat untuk berbicara"
Arya mengambil posisi start seperti atlet pelari profesional, ia menggunakan Agnet pada kakinya. Dia harus hati-hati jika terlalu berlebihan ia bisa melesat terlalu jauh. Arya pun melesat cepat kearah Pengawas Po dengan sekali dorongan kakinya, tepat sebelum ia menabrak Po ia meluncur melalui kolong kursi yang digunakan Po. Sehingga memberikan efek seolah-olah Arya menghilang tiba-tiba dan muncul tepat didepan si Pengawas.
Arya tidak bisa mengelabui mata Po, dengan cepat dia sudah menemukan Arya yang berjongkok didepanya. Arya sudah duga kecepatan tidak bisa mengelabuinya, jika bisa pasti Elizabeth dan Kevin sudah berhasil merebut pin itu.
Tanpa melewatkan waktu sedetikpun Arya melancar serangan pertamanya, ia melakukan tendangan atas menggunakan kaki kiri dari posisi berjongkok, tendangan itu bisa ditahan dengan mudah oleh Po. Lalu Arya menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan dilantai dan mengayunkan kaki kananya ke arah wajah Po, hanya dengan gerakan kecil Po berhasil menghindari tendangan kedua dari Arya.
Lalu Arya mendorong tubuhnya menggunakan kedua tangan sehingga ia terangkat ke udara, lalu meluncurkan tendangan keras menggunakan kirinya yang dihindari Po dengan merunduk cepat. Belum serangannya yang sebelumnya selesai Arya sudah mengankat kaki kanannya tinggi diatas kepala sang Pengawas. Lalu melakukan tendagan ke arah bawah secara vertikal menggunakan punggung kakinya.
Tapi serangan itu berhasil ditahan dengan satu tangan oleh Po, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Arya. Arya menggunakan seluruh Agnet ia simpan ditangan kanannya dan mengarahkan tangan itu dengan cepat ke arah saku baju Po tempat pin itu berada, tepat ketika tangan Arya hanya berjarak 1 cm dari saku itu. Po melakukan ledakan Agnet dari seluruh tubuhnya sehingga Arya terpental menjauh dan kembali ke posisi sebelum tes dimulai.
Nafas Arya terengah-engah karena terlalu banyak menggunakan Agnet secara berturut-turut, sepertinya ia harus istirahat untuk mengisi Agnetnya kembali. Tatapan mata Pengawas Po berubah, kali ini tatapan mata itu penuh dengan konsentrasi. Sepertinya ia mulai serius.
Selama beberapa waktu mereka tidak bergerak dari posisi masing-masing, Arya yang berusaha mengumpulkan Agnetnya kembali dan Pengawas Po yang bersiap dalam posisi siaga. Lalu tepat 5 menit sebelum tes berakhir Arya menyadari sesuatu lalu tersenyum sambil mengangkat tanganya.
"Aku menyerah Pengawas"
"Eh?!! Kenapa? Kau masih punya 5 menit terakhir" kata Pengawas Po terkejut atas keputusan Arya.
"Mmm menurutku 5 menit itu tidak cukup merebut pin itu dari anda, dan juga aku masih lelah karena menggunakan Agnet terlalu banyak" kata Arya sambil menguap.
"Tapi----"
"Tak apa, bukankah aku bisa mengulang lagi sesuka hatiku" potong Arya berjalan menuju arah pintu keluar sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Tepat sebelum ia membuka pintu keluar Arya menoleh kearah Pengawas Po.
"Tapi ingat Pengawas, kali ini aku sudah cukup puas membuat anda tidak bisa berbicara saat bertarung tadi. Bersiaplah dites selanjutnya karena aku pasti bisa merebut pin itu dari anda" kata Arya sambil tersenyum lalu melambaikan tanganya saat keluar dari pintu.
"Huhh......bukankah dia itu agak mengerikan Gio?" kata Pengawas Po sambil menghela nafas.
Pengawas Astral yang sedari tadi mengawasi tes sambil menyembunyikan hawa keberadaanya mendekati Pengawas Po.
"Sepertinya kau kewalahan dibuatnya"
"Benar sekali, dan bahkan tadi ia hanya menggunakan Agnet. Bagaimana jika dia juga menggunakan kekuatan Elemen? Tapi aku bingung mengapa dia menyerah padahal masih memiliki 5 menit terakhir"
"Sepertinya ia menyadari sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu jadi berhati-hatilah dites selanjutnya. Jangan lengah saat menghadapinya"
"Iya-iya, aku tak sabar bagaimana dia akan berkembang kedepannya" kata Pengawas Po sambil tersenyum"
-----------------------------<<>>-----------------------------
Dites selanjutnya Arya membawa sebotol air mineral menuju ruangan tes, Po memperhatikannya dengan seksama, apa yang akan dilakukan anak ini kali ini? Arya berjalan dengan santai sambil tersenyum pada Po.
"Apa anda sudah siap untuk menyerahkan pin itu pada saya Pengawas?"
"Hee sepertinya kau mulai sedikit sombong hanya karena kemarin berhasil mendesakku, kali ini aku akan serius sejak awal tes"
Arya tahu dan bisa merasakan hal itu, dia yakin Pengawas Po akan serius sejak awal karena apa yang telah ia lakukan dites sebelumnya. Jadi ia hanya berdoa semoga semuanya berjalan lancar kali ini, ia pun membuka tutup botol air mineralnya dan meminum sedikit air tersebut.
"Minumlah Pengawas" kata Arya sambil melemparkan botol itu pada Po.
Tanpa basa-basi Pengawas Po menegak air itu hingga habis.
"Hehh aku tidak menyangka anda akan meminumnya, ku pikir anda akan mengira aku memasukan sesuatu dalam air itu"
"Tidak mungkin kau memasukan sesuatu ke dalam air yang kau sendiri meminumnya bukan"
"Orang ini cerdik juga, semoga semua ini berjalan seperti yang aku pikirkan" batin Arya.
Arya mulai meregangkan badanya seperti tes sebelumnya, ia mengambil posisi siap menyerang.
"Pengawas bersiaplah, aku akan merebut pin itu hanya dalam 5 menit"
"Apa kau mencoba menggertak? Maaf saja tapi itu tidak akan berhasil. Baiklah rebut pin ini dengan seluruh kemampuan mu, tes dimulai!!!"
-----------------------------<<>>-----------------------------
Lima menit kemudian pin tersebut sudah berada ditangan Arya, ia melempar-lemparkan pin itu seperti melempar koin ke udara.
"Hah......aku tidak menyangka kau akan melakukan hal licik seperti itu" ujar Pengawas Po tersenyum masam.
"Aku tidak melakukan hal licik apapun" jawab Arya sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Aku tidak menduga air tadi kau gunakan untuk hal seperti itu"
"Jangan terlalu kaget seperti itu, aku hanya beruntung karena prediksiku tepat. Aku hanya memprediksi anda akan meminum air dibotol dan menumpahkan beberapa tetes air ke saku pakaian anda"
"Dan kau pun menggunakan pengendalian es pada air tersebut untuk mendorong pin itu keluar?"
"Tepat sekali, bukankah anda menyadari sesuatu dites sebelumnya? Aku tidak menggunakan kemampuan Elemen ku sama sekali"
"Lalu jika aku meminum air itu tanpa menumpahkan setetes air pun apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan tetap merebut pin ini walaupun hanya dengan menggunakan Agnet, aku yakin bisa melakukannya"
"Bagaimana kau menyadarinya?"
"Hmm? Tentang apa?"
"Kebiasaan ku memakan snack setiap lima menit sekali"
"Ahh....itu juga sebenarnya hanya tebakan yang beruntung, aku menyadarinya pada tes sebelumnya"
"Tapi bukankah kau hanya melawanku dalam 10 menit pertama"
"Benar, itulah mengapa aku mengatakan itu hanya tebakan yang beruntung. Aku hanya memperhatikan bahwa anda memakan snack itu setiap lima menit sekali, dengan kata lain aku hanya melihat anda dua kali mengeluarkan snack itu dalam tes sebelumnya"
"Dan kau pun mencoba peruntungan mu dalam 5 menit pertama ujian kali ini?"
"Benar sekali" jawab Arya tenang.
Pengawas Po terlihat kagum tentang kemampuan analisis yang Arya miliki, ia berpikir bahwa anak ini akan berkembang menjadi anak dengan kemampuan yang mengerikan dalam beberapa waktu kedepan. Lalu Pengawas Po pun menyerahkan formulir pengesahan yang diterima dengan senang hati oleh Arya, ia pun keluar dari ruangan tes dengan wajah sumringah. Dan menunjukan pin yang ia rebut tadi beserta formulir pengesahan para Elementalist lainya.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Sampai kapan kalian mau mengikuti tes itu?" gumam Arya kesal
Pagi itu mereka semua sedang sarapan di kantin seperti biasa, Arya sudah merasa sangat bosan karena belum melakukan apapun dalam seminggu ini. Karena ia telah mendapat formulir pengesahannya untuk mengikuti ujian ia jadi tidak memiliki kegiatan lain untuk dilakukan.
"Diamlah, aku saja sampai sekarang masih penasaran bagaimana cara kau bisa melewati tes ini dan menjadi orang pertama yang lulus" sahut Timothy sedikit kesal.
"Aku juga penasaran bagaimana cara kau bisa lulus Aru?" timpal Lexa.
"Aru? Lexa? namaku Arya"
"Terlalu panjang, jadi aku panggil Aru saja ya?" jawab Lexa dengan cuek.
"Jangan seenaknya mengubah nama orang dong"
Sebenarnya Arya menyadari bahwa para Elementalist lainnya penasaran bagaimana cara ia lulus, tapi tentu saja beberapa dari mereka berusaha tidak menunjukan rasa penasaranya. Mungkin karena gengsi, orang-orang seperti Asuna,Kevin,Zayn, dan Elizabeth terlihat sedikit kesal dan iri saat Arya menunjukan formulir pengesahan miliknya.
"Para Elementalist diminta menuju ruang tes" kata seorang anak laki-laki kepada mereka.
Sebelum berpisah, Arya membalikan badannya lalu bergumam dengan pelan, cukup pelan sehingga hanya mereka bersepuluh yang dapat mendengarnya.
"Perhatikan snacknya"
Ketika mendengar perkataan Arya itu, para Elementalist lainnya berhenti sejenak lalu menoleh pada Arya yang sudah melangkah menjauh dari tempat itu sambil melambaikan tangan. Setelah itu Arya tidak tahu apa yang terjadi, tapi keesokan harinya yang ia tahu adalah kesembilan Elementalist lainnya berhasil lulus tes pengesahan dalam waktu yang sama.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Baiklah apakah semuanya sudah mengerti peraturan ujiannya?" tanya Pengawas Astral.
Mereka mengangguk mengiyakan, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu oleh Arya telah tiba hari dimana Ujian Elementalist Pertama akan segera dimulai, dia sudah tidak sabar ujian seperti apa yang akan mereka lewati.
"Saya akan jelaskan sekali lagi agar lebih jelas, Ujian Elementalist Pertama ini akan dibagi menjadi 2 tahap, tahap pertama kalian mengikuti ujian secara berkelompok dan tahap kedua kalian akan mengikuti ujian secara individu. Tahap pertama bertujuan untuk melatih kerja sama kalian, ditahap ini kalian akan dibagi menjadi 5 kelompok yang berisikan 2 orang disetiap masing-masing kelompoknya. Tugas kalian adalah mengumpulkan benda yang diminta dalam waktu 2 minggu dan di tahap pertama ini kalian tidak boleh sama sekali menggunakan kemampuan pengendalian elemen kalian"
"Eh kenapa seperti itu Pengawas? Tanya Timothy.
"Tidak selamanya kalian hanya bisa mengharapkan kemampuan pengendalian kalian, itu sebabnya kami akan memberikan kalian senjata untuk kalian gunakan. Ohh iya saya lupa memberitahukan pada kalian bahwa lokasi ujiannya adalah Wilayah Netral"
"T..t...tunggu sebentar, Wilayah Netral? Berarti kami akan----"
"Keluar dari Elemental City" sambung Arya sambil tersenyum gembira.
Wilayah Netral adalah dataran luas yang dimana lokasi tersebut bukan berada di wilayah kekuasaan dari ras manapun, Wilyah Netral berada tepat ditengah-tengah dan menjadi pembatas daerah kekuasaan dari masing-masing ras dan siapapun yang masuk kewilayah ras lainnya berarti akan langsung dieksekusi ditempat.
Tidak ada hukum dari ras manapun yang diterapkan pada Wilayah Netral karena sudah menjadi kesepakatan antar ras. Tentu saja Manusia tidak ikut dalam kesepakatan ini, jadi tempat ini bisa dimanfaatkan untuk menjadi lokasi Ujian Elementalist, karena hanya memiliki persentase kecil akan bertemu dengan ras lainnya.
Arya sudah tidak sabar, ia sudah bisa membayang perjalanan menyenangkan diluar Elemental City, tapi semua itu sirna seketika ketika pembagian kelompok.
"Kelompok pertama, Arya Frost dan Asuna Blaze"
Langsung saja Arya menggebrak meja dan berdiri dari tempat duduknya, Asuna yang berada beberapa meter darinya melakukan hal yang sama. Mata mereka bertemu, mata mereka berdua memancarkan aura yang mengatakan bahwa mereka keberatan dengan pembagian kelompok ini.
"T..t..t....tunggu sebentar Pengawas Astral, kenapa aku harus sekelompok dengan DIA?!" kata Arya sambil menunjuk Asuna.
"Kau kira aku juga mau satu kelompok dengan mu HAH?!" balas Asuna.
"Kalau begitu menjauh sana dasar flame thrower"
"Apa katamu rambut uban?"
"Ehem"
Pengawas Astral berdeham untuk mengakhiri pertikaian mereka, mereka pun duduk kembali sambil memasang wajah kesal. Para Elementalist yang lainnya hanya bisa saling memandang satu sama lain sambil mengangkat bahu.
"Maafkan kami Tuan Arya, Nona Asuna. Pembagian kelompok sudah tidak bisa diganggu gugat karena sudah ditentukan sejak jauh-jauh hari. Sebenarnya kami sengaja membuat kelompok dengan Elementalist yang memiliki elemen yang saling bertolak belakang, hal ini bertujuan untuk membuat kalian dapat bekerja sama walaupun rekan kalian adalah musuh alami kalian"
"Kalian berdua ini memang musuh alami ya? Yang lainnya walaupun saling bertolak belakang tidak ada yang selalu bertengkar seperti kalian" ujar Timothy.
"Diam besi karatan!" bentak Arya dan Asuna bersamaan.
"Ap...apa?! kalian tadi memanggilku apa?"
"Diamlah Timothy kau itu berisik sekali" timpal Kevin.
Begitulah pada akhirnya Arya dan Asuna berakhir dikelompok yang sama, mereka tidak saling menyapa satu sama lain bahkan ketika mereka mendapat giliran untuk memilih perlengkapan, mereka hanya boleh membawa senjata dan pelindung, makanan dan keperluan lainnya harus mereka cari sendiri nanti di Wilayah Netral.
Arya berjalan menuju rak yang berisikan pedang-pedang, ditempat perlengkapan itu sangat lengkap. Hampir semua senjata ada disitu, Arya mengambil salah satu pedang disitu. Ia mencoba menimbang-nimbang pedang itu. Terlalu berat, lebih baik menggunakan katana saja pikirnya lalu mengambil salah satu katana dari raknya.
"Apa yang akan kau gunakan?" tanya Asuna tiba-tiba
"Bukan urusanmu"
"Tentu saja urusanku, kita akan menjadi satu kelompok jadi aku harus tahu apa kau bisa berguna untuku nantinnya"
"Hah! lihat saja nanti nona, siapa yang akan berguna untuk siapa"
"Wahh sudah lama sekali"
Asuna mendekat menuju rak pedang dan mengambil salah satu pedang rapier, dan ia pun menunjukan kebolehanya menggunakan pedang itu. Arya (walaupun dengan sangat berat hati) mengakui bahwa kemampuan Asuna menggunakan pedang itu sangat luar biasa, tusukan demi tusukan ia lancarkan yang pasti akan membuat lawanya kewalahan. Saat Asuna mengakhiri peragaan pedangnya Arya pun bertepuk tangan sebagai tanda ia mengakui kemampuan perempuan itu.
"Apa kau dulu bermain anggar?"
"Iya tapi aku sudah lama berhenti"
"Kenapa? Kalau boleh aku tahu"
"Ayahku tidak memperbolehkan"
"Mmm sayang sekali padahal kemampuan mu cukup hebat lo"
"Terima kasih" kata Asuna sambil tersenyum manis
Aduh......seandainya sikapnya selalu seperti ini pasti sudah sejak lama aku melamarnya ucap Arya dalam hati.
"Lalu apa yang akan kau gunakan kalau begitu?" tanya Arya.
"Aku akan menggunakan benda ini" jawab Asuna sambil mengangkat sebuah busur.
"Kau juga bisa memanah"
Asuna hanya tersenyum, lalu menunjukan kebolehanya memanah. Dan ternyata dia juga hebat dalam memanah. Semua anak panahnya mengenai sasaran dengan tepat, bahkan bila sasaran itu bergerak atau dia sendiri(Asuna) yang bergerak sambil memanah.
"Kau lebih suka menggunakan pedang rapier itu kan?" celetuk Arya tiba-tiba.
"Eh? Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Karena kau terlihat lebih bahagia ketika menggunakanya tadi, aku mengerti ayahmu tidak ingin melihat putri kesayangannya terluka sehingga dia memintamu untuk belajar memanah. Tapi semua ini kan kau yang menjalaninya jadi ikuti saja kata hatimu"
Asuna terdiam, ia tidak menyangka Arya bisa mengetahui sebanyak itu hanya dengan mendengar informasi minim yang ia berikan tadi.
"Aku akan menggunakan ini, aku tidak perlu memperagakannya padamu kan?" kata Arya sambil menunjukan katana yang ia ambil sebelumnya.
"Eh....?! Kenapa? Aku kan tidak tahu kemampuanmu menggunakan benda itu" protes Asuna
Arya tidak memperdulikan protes-protes yang dilontarkan Asuna padanya, setelah itu mereka mengambil pelindung, Arya menggunakan pelindung yang terbuat dari kulit agar ia bisa bergerak lebih leluasa. Sedangkan Asuna menggunakan zirah satu lengan berwarna keemasan, setelah persiapan selesai para Elementalist dikumpulkan disuatu ruangan yang berisi lima lingkaran yang berdiameter cukup besar sehingga seorang manusia bisa melewatinya.
"Ini adalah portal yang akan mengirim kalian ke Wilayah Netral tanpa terdeteksi, dan ini alat komunikasi yang bisa kalian gunakan saat ingin kembali kemari" kata Pengawas Astral.
Ia memberikan sebuah alat komunikasi kecil yang bisa dipasang ditelinga, benda ini juga bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok masing-masing.
"Baiklah ini adalah kertas yang berisi apa yang kalian harus cari, kami akan mengirim kalian ditempat-tempat yang berjauhan sehingga kalian tidak mempunyai kemungkinan untuk bertemu dengan kelompok lain. Ingat, temukan barangnya lalu kembali secepat mungkin itulah cara kalian agar bisa melewati tahap ini"
Portal telah dinyalakan, mereka semua bersiap didepan portal masing-masing.
"Ujian Elementalist Pertama dimulai!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Abe Alfan Hidayat Bey
yahuuttt ni
2022-07-06
0
Ibn Edy
mantap thor
2022-06-02
1
John Singgih
sekelompok dengan orang yang menyebalkan & kecerdasan Arya yang mampu mengalahkan pengawas po
2021-07-23
1