Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan

"Inilah yang aku pikirkan selama ini"

Timothy menyerahkan selembar kertas yang diisi dengan tulisan penuh coretan dimana-mana, Arya mengernyitkan dahi setelah melihat sekilas tulisan yang ada dikertas itu.

"Siapa yang menulis ini? Terlihat seperti tulisan anak TK"

"Hey jangan menghina tulisanku ya!"

"Tapi sungguh tulisan ini agak...ya....apakah kau bercita-cita menjadi dokter?"

"Ahh sudahlah jangan bahas tulisanya, baca isinya. I.SI.NYA"

Lalu Arya mulai membaca kertas penuh coretan yang disodorkan padanya, Arya harus berusaha lebih keras agar bisa membaca tulisan cakar ayam itu, sekilas ia bisa membaca judulnya yang terlihat seperti "Profesi para Pengawas". Ia melanjutkan membaca isinya :

Profesi para Pengawas

Giovani van Astral      -----------------> Guru

Konohakura Rea         ------------------> Ahli Botani

Ursa Berlin                    ------------------> Pandai Besi

Benjamin Liquite        ------------------> Pengrajin

Zafrone Allucia            ------------------> Dokter

Raymon Gustav           ------------------> Chef

Eyecracker Romero   ------------------> Musisi

Julius Varuq                  ------------------> Mata-mata (orang mesum)

Sinistral La Bianchi    ------------------> Instruktur Olahraga

Magna Po                        ------------------> Tukang Makan

 

 

 

 

Timothy Iron

"Apa ini?"

"Itu adalah profesi para Pengawas dari apa apa yang kulihat selama ini"

"Bukan itu yang kutanyakan, kenapa kau mempersiapkan letak tanda tangan? Ini bukan formulir pendaftaran atau sejenisnya kan?"

"I..i...itu...hanya...sebagai penanda aku yang membuatnya"

"Itu tidak penting" kata Arya lalu mencoret bagian tanda tangan tersebut.

"Akhhh kenapa kau mencoretnya?!! Kau ini jahat sekali" teriak Timothy seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat

Arya tidak memerdulikan protes Timothy dan tetap melanjutkan mencari kesalahan dalam kertas tersebut.

"Dan kenapa kau menulis pekerjaan Pengawas Po tukang makan?"

"Lalu memangnya pekerjaannya apa? Yang ku lihat dia hanya makan terus menerus"

"Aku juga sebenarnya tidak mengerti apa tugas yang ia emban, tapi kalau dari yang kita dengar dari pengawas-pengawas lainnya dia pasti mempunyai tugas yang penting"

"Iya tapi apa sebenarnya tugas dari orang itu?"

"Entah, mungkin kita akan segera tahu" kata Arya sambil menyerahkan kertas itu kembali.

"Eh? Apa kau sependapat denganku tentang profesi yang lain?"

"Mmm sepertinya"

"Bahkan tentang Pengawas Varuq yang---"

"Iya, aku setuju dengan mu" potong Arya cepat.

Arya melanjutkan sarapanya yang tertunda karena mengurusi tulisan anak TK Timothy, seharusnya mereka tidak perlu membahas hal itu. Karena mereka akan mengatahui apa tugas Magna Po secepatnya, bahkan lebih cepat dari yang mereka duga.

-----------------------------<<>>-----------------------------

Pelatihan terakhir pada hari itu adalah Uknown, mereka memasuki kelas seperti biasa. Tapi ada sesuatu yang berbeda di ruangan tersebut kali ini, Pengawas Po tidak sedang memakan sesuatu melainkan dia seperti sedang menunggu mereka datang.

"Sepertinya kalian sebentar lagi akan menghadapi ujian tahap pertama, ada satu syarat agar kalian bisa mengikuti ujian. Kalian harus bisa melalui tes yang aku berikan"

Mereka semua pun saling menatap satu sama lain dengan kebingungan, apa maksud orang ini? Dia yang hanya makan dari pertemuan pertama mereka akan memberikan mereka tes? Jangan bercanda.

"Dengan kata lain, kalian hanya bisa mengikuti ujian jika aku telah mengesahkan kalian untuk dapat mengikutinya"

"Tapi pengawas, tes seperti apa yang harus kami lalui? Anda tidak pernah mengajarkan kami apapun" tanya Asuna sambil mengangkat tangan.

"Benar sekali, kami bahkan tidak mempunyai gambaran bagaimana tes yang akan anda berikan" kata Arya menyetujui.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain, tumben mereka berdua bisa menyetujui hal yang sama. Hal yang tidak pernah terjadi dan tidak pernah mereka berdua harapkan terjadi.

"Tuan Frost dan Nona Blaze, kalian akan segera mengetahuinya saat tesnya dimulai"

"Jadi maksud anda kami tidak bisa mempersiapkan diri untuk tesnya?" kali ini Zayn yang bertanya.

"Benar sekali"

"Itu tidak masuk akal, bagaimana kami bisa lulus kalau begitu?" timpal Kevin.

"Kalian bisa mengulangi tesnya berapa kalipun, sesuka hati kalian. Pelatihan lainnya akan ditiadakan mulai saat ini, kenapa kalian diberikan kesempatan mengulang sesuka hati? Itu karena kalian sudah dipastikan tidak akan bisa melewati tes ini disaat pertama kali mencobanya"

Arya sedikit kesal mendengar perkataan itu, ia juga menyadari bahwa yang lainya juga merasakan hal yang sama denganya.

"Baiklah kita akan segera mulai tesnya, silahkan keluar dari ruangan. Lalu nanti yang dipanggil namanya masuk kembali ke ruangan ini"

-----------------------------<<>>-----------------------------

Setelah beberapa orang mengikuti tesnya Arya menyadari sesuatu, tidak ada satu pun yang sudah mengikuti tes berhasil lulus. Mereka semua keluar dari ruangan tes dengan muka kesal, terutama Kevin,Zayn,Asuna, dan Elizabeth.

"Mereka berempat terlihat seperti ingin membunuh orang ya?" bisik Timothy pada Arya.

Arya setuju denganya, bahkan Arya berani bersumpah melihat rambut Asuna sedikit berkobar karena kesal. Lalu tibalah giliran Arya, Arya memasuki ruangan tersebut dengan berhati-hati. Ruangan itu sudah sedikit diubah, kursi dan meja yang biasa mereka kenakan telah dipindahkan dan hanya meyisakan satu kursi ditengah ruangan yang diduduki oleh Pengawas Po.

"Baklah Tuan Frost, aku akan menjelaskan peraturan tesnya. Kau lihat pin yang ku pegang ini?" tanya Pengawas Po sambil menunjukan pin yang ada ditanganya.

Arya mengangguk pelan tanpa bersuara.

"Kau hanya harus merebutnya dari ku dalam waktu 15 menit, kau boleh merebutnya dengan cara apapun. Kau boleh menyerangku dengan kekuatan penuh bahkan menggunakan Agnet dan kekuatan Elemen, tapi ingat kekuatan Elemen mu belum stabil jadi jangan memaksakan diri kalau tidak kau bisa berakhir seperti peserta-peserta sebelumnya"

Jadi pasti sebelumnya peserta yang lain telah menggunakan Agnet dan kekuatan Elemen untuk menyerangnya, bagaimana cara orang ini masih bisa bertahan. Arya berpikir dengan keras bagaimana caranya agar ia bisa merebut pin tersebut.

"Pengawas apa anda akan menggunakan Agnet?"

"Iya tentu saja, kalau tidak aku pasti tidak bisa menyamai kalian. Tapi sebagai gantinya aku tidak bisa menggunakan 100 % Agnet ku dan hanya boleh diam duduk disini serta hanya menggunakan satu tangan saat bertahan, bukankah itu cukup adil? Baiklah kita mulai tesnya"

Arya diam sejenak ditempat itu, ia menganilisis setiap sudut ruangan secara teliti. Ia mengamati dan membayangkan apa yang bisa ia lakukan dan bagaimana cara Pengawas Po bisa menghindari dua Elementalist dengan unsur tercepat yaitu Cahaya dan Petir. Ia juga bisa bertahan dari Elementalist dengan daya rusak paling besar yaitu Api dan bisa mengalahkan Elementalist dengan teknik paling baik saat ini.

"Apakah kau tidak akan menyerang tuan Frost? Waktu terus berjalan" ujar Pengawas Po setelah 5 menit pertama berlalu sambil mengeluarkan snack dari sakunya.

Arya berjalan pelan mengelilingi Pengawas Po yang duduk ditengah ruangan, ia berhenti tepat dibelakang Pengawas Po. Sehingga posisinya dibelakangi oleh si Pengawas.

"Menyerang dari titik buta ya? Sepetinya kau cukup pintar, tapi jangan kira kau yang pertama melakukan ide itu"

Arya meregangkan bagian-bagian tubuhnya.

"Pengawas sebaiknya anda puaskan diri anda untuk berbicara sekarang, karena setelah aku mulai akan ku buat anda tidak sempat untuk berbicara"

Arya mengambil posisi start seperti atlet pelari profesional, ia menggunakan Agnet pada kakinya. Dia harus hati-hati jika terlalu berlebihan ia bisa melesat terlalu jauh. Arya pun melesat cepat kearah Pengawas Po dengan sekali dorongan kakinya, tepat sebelum ia menabrak Po ia meluncur melalui kolong kursi yang digunakan Po. Sehingga memberikan efek seolah-olah Arya menghilang tiba-tiba dan muncul tepat didepan si Pengawas.

Arya tidak bisa mengelabui mata Po, dengan cepat dia sudah menemukan Arya yang berjongkok didepanya. Arya sudah duga kecepatan tidak bisa mengelabuinya, jika bisa pasti Elizabeth dan Kevin sudah berhasil merebut pin itu.

Tanpa melewatkan waktu sedetikpun Arya melancar serangan pertamanya, ia melakukan tendangan atas menggunakan kaki kiri dari posisi berjongkok, tendangan itu bisa ditahan dengan mudah oleh Po. Lalu Arya menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan dilantai dan mengayunkan kaki kananya ke arah wajah Po, hanya dengan gerakan kecil Po berhasil menghindari tendangan kedua dari Arya.

Lalu Arya mendorong tubuhnya menggunakan kedua tangan sehingga ia terangkat ke udara, lalu meluncurkan tendangan keras menggunakan kirinya yang dihindari Po dengan merunduk cepat. Belum serangannya yang sebelumnya selesai Arya sudah mengankat kaki kanannya tinggi diatas kepala sang Pengawas. Lalu melakukan tendagan ke arah bawah secara vertikal menggunakan punggung kakinya.

Tapi serangan itu berhasil ditahan dengan satu tangan oleh Po, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Arya. Arya menggunakan seluruh Agnet ia simpan ditangan kanannya dan mengarahkan tangan itu dengan cepat ke arah saku baju Po tempat pin itu berada, tepat ketika tangan Arya hanya berjarak 1 cm dari saku itu. Po melakukan ledakan Agnet dari seluruh tubuhnya sehingga Arya terpental menjauh dan kembali ke posisi sebelum tes dimulai.

Nafas Arya terengah-engah karena terlalu banyak menggunakan Agnet secara berturut-turut, sepertinya ia harus istirahat untuk mengisi Agnetnya kembali. Tatapan mata Pengawas Po berubah, kali ini tatapan mata itu penuh dengan konsentrasi. Sepertinya ia mulai serius.

Selama beberapa waktu mereka tidak bergerak dari posisi masing-masing, Arya yang berusaha mengumpulkan Agnetnya kembali dan Pengawas Po yang bersiap dalam posisi siaga. Lalu tepat 5 menit sebelum tes berakhir Arya menyadari sesuatu lalu tersenyum sambil mengangkat tanganya.

"Aku menyerah Pengawas"

"Eh?!! Kenapa? Kau masih punya 5 menit terakhir" kata Pengawas Po terkejut atas keputusan Arya.

"Mmm menurutku 5 menit itu tidak cukup merebut pin itu dari anda, dan juga aku masih lelah karena menggunakan Agnet terlalu banyak" kata Arya sambil menguap.

"Tapi----"

"Tak apa, bukankah aku bisa mengulang lagi sesuka hatiku" potong Arya berjalan menuju arah pintu keluar sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Tepat sebelum ia membuka pintu keluar Arya menoleh kearah Pengawas Po.

"Tapi ingat Pengawas, kali ini aku sudah cukup puas membuat anda tidak bisa berbicara saat bertarung tadi. Bersiaplah dites selanjutnya karena aku pasti bisa merebut pin itu dari anda" kata Arya sambil tersenyum lalu melambaikan tanganya saat keluar dari pintu.

"Huhh......bukankah dia itu agak mengerikan Gio?" kata Pengawas Po sambil menghela nafas.

Pengawas Astral yang sedari tadi mengawasi tes sambil menyembunyikan hawa keberadaanya mendekati Pengawas Po.

"Sepertinya kau kewalahan dibuatnya"

"Benar sekali, dan bahkan tadi ia hanya menggunakan Agnet. Bagaimana jika dia juga menggunakan kekuatan Elemen? Tapi aku bingung mengapa dia menyerah padahal masih memiliki 5 menit terakhir"

"Sepertinya ia menyadari sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu jadi berhati-hatilah dites selanjutnya. Jangan lengah saat menghadapinya"

"Iya-iya, aku tak sabar bagaimana dia akan berkembang kedepannya" kata Pengawas Po sambil tersenyum"

-----------------------------<<>>-----------------------------

Dites selanjutnya Arya membawa sebotol air mineral menuju ruangan tes, Po memperhatikannya dengan seksama, apa yang akan dilakukan anak ini kali ini? Arya berjalan dengan santai sambil tersenyum pada Po.

"Apa anda sudah siap untuk menyerahkan pin itu pada saya Pengawas?"

"Hee sepertinya kau mulai sedikit sombong hanya karena kemarin berhasil mendesakku, kali ini aku akan serius sejak awal tes"

Arya tahu dan bisa merasakan hal itu, dia yakin Pengawas Po akan serius sejak awal karena apa yang telah ia lakukan dites sebelumnya. Jadi ia hanya berdoa semoga semuanya berjalan lancar kali ini, ia pun membuka tutup botol air mineralnya dan meminum sedikit air tersebut.

"Minumlah Pengawas" kata Arya sambil melemparkan botol itu pada Po.

Tanpa basa-basi Pengawas Po menegak air itu hingga habis.

"Hehh aku tidak menyangka anda akan meminumnya, ku pikir anda akan mengira aku memasukan sesuatu dalam air itu"

"Tidak mungkin kau memasukan sesuatu ke dalam air yang kau sendiri meminumnya bukan"

"Orang ini cerdik juga, semoga semua ini berjalan seperti yang aku pikirkan" batin Arya.

Arya mulai meregangkan badanya seperti tes sebelumnya, ia mengambil posisi siap menyerang.

"Pengawas bersiaplah, aku akan merebut pin itu hanya dalam 5 menit"

"Apa kau mencoba menggertak? Maaf saja tapi itu tidak akan berhasil. Baiklah rebut pin ini dengan seluruh kemampuan mu, tes dimulai!!!"

-----------------------------<<>>-----------------------------

Lima menit kemudian pin tersebut sudah berada ditangan Arya, ia melempar-lemparkan pin itu seperti melempar koin ke udara.

"Hah......aku tidak menyangka kau akan melakukan hal licik seperti itu" ujar Pengawas Po tersenyum masam.

"Aku tidak melakukan hal licik apapun" jawab Arya sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Aku tidak menduga air tadi kau gunakan untuk hal seperti itu"

"Jangan terlalu kaget seperti itu, aku hanya beruntung karena prediksiku tepat. Aku hanya memprediksi anda akan meminum air dibotol dan menumpahkan beberapa tetes air ke saku pakaian anda"

"Dan kau pun menggunakan pengendalian es pada air tersebut untuk mendorong pin itu keluar?"

"Tepat sekali, bukankah anda menyadari sesuatu dites sebelumnya? Aku tidak menggunakan kemampuan Elemen ku sama sekali"

"Lalu jika aku meminum air itu tanpa menumpahkan setetes air pun apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan tetap merebut pin ini walaupun hanya dengan menggunakan Agnet, aku yakin bisa melakukannya"

"Bagaimana kau menyadarinya?"

"Hmm? Tentang apa?"

"Kebiasaan ku memakan snack setiap lima menit sekali"

"Ahh....itu juga sebenarnya hanya tebakan yang beruntung, aku menyadarinya pada tes sebelumnya"

"Tapi bukankah kau hanya melawanku dalam 10 menit pertama"

"Benar, itulah mengapa aku mengatakan itu hanya tebakan yang beruntung. Aku hanya memperhatikan bahwa anda memakan snack itu setiap lima menit sekali, dengan kata lain aku hanya melihat anda dua kali mengeluarkan snack itu dalam tes sebelumnya"

"Dan kau pun mencoba peruntungan mu dalam 5 menit pertama ujian kali ini?"

"Benar sekali" jawab Arya tenang.

Pengawas Po terlihat kagum tentang kemampuan analisis yang Arya miliki, ia berpikir bahwa anak ini akan berkembang menjadi anak dengan kemampuan yang mengerikan dalam beberapa waktu kedepan. Lalu Pengawas Po pun menyerahkan formulir pengesahan yang diterima dengan senang hati oleh Arya, ia pun keluar dari ruangan tes dengan wajah sumringah. Dan menunjukan pin yang ia rebut tadi beserta formulir pengesahan para Elementalist lainya.

-----------------------------<<>>-----------------------------

"Sampai kapan kalian mau mengikuti tes itu?" gumam Arya kesal

Pagi itu mereka semua sedang sarapan di kantin seperti biasa, Arya sudah merasa sangat bosan karena belum melakukan apapun dalam seminggu ini. Karena ia telah mendapat formulir pengesahannya untuk mengikuti ujian ia jadi tidak memiliki kegiatan lain untuk dilakukan.

"Diamlah, aku saja sampai sekarang masih penasaran bagaimana cara kau bisa melewati tes ini dan menjadi orang pertama yang lulus" sahut Timothy sedikit kesal.

"Aku juga penasaran bagaimana cara kau bisa lulus Aru?" timpal Lexa.

"Aru? Lexa? namaku Arya"

"Terlalu panjang, jadi aku panggil Aru saja ya?" jawab Lexa dengan cuek.

"Jangan seenaknya mengubah nama orang dong"

Sebenarnya Arya menyadari bahwa para Elementalist lainnya penasaran bagaimana cara ia lulus, tapi tentu saja beberapa dari mereka berusaha tidak menunjukan rasa penasaranya. Mungkin karena gengsi, orang-orang seperti Asuna,Kevin,Zayn, dan Elizabeth terlihat sedikit kesal dan iri saat Arya menunjukan formulir pengesahan miliknya.

"Para Elementalist diminta menuju ruang tes" kata seorang anak laki-laki kepada mereka.

Sebelum berpisah, Arya membalikan badannya lalu bergumam dengan pelan, cukup pelan sehingga hanya mereka bersepuluh yang dapat mendengarnya.

"Perhatikan snacknya"

Ketika mendengar perkataan Arya itu, para Elementalist lainnya berhenti sejenak lalu menoleh pada Arya yang sudah melangkah menjauh dari tempat itu sambil melambaikan tangan. Setelah itu Arya tidak tahu apa yang terjadi, tapi keesokan harinya yang ia tahu adalah kesembilan Elementalist lainnya berhasil lulus tes pengesahan dalam waktu yang sama.

-----------------------------<<>>-----------------------------

"Baiklah apakah semuanya sudah mengerti peraturan ujiannya?" tanya Pengawas Astral.

Mereka mengangguk mengiyakan, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu oleh Arya telah tiba hari dimana Ujian Elementalist Pertama akan segera dimulai, dia sudah tidak sabar ujian seperti apa yang akan mereka lewati.

"Saya akan jelaskan sekali lagi agar lebih jelas, Ujian Elementalist Pertama ini akan dibagi menjadi 2 tahap, tahap pertama kalian mengikuti ujian secara berkelompok dan tahap kedua kalian akan mengikuti ujian secara individu. Tahap pertama bertujuan untuk melatih kerja sama kalian, ditahap ini kalian akan dibagi menjadi 5 kelompok yang berisikan 2 orang disetiap masing-masing kelompoknya. Tugas kalian adalah mengumpulkan benda yang diminta dalam waktu 2 minggu dan di tahap pertama ini kalian tidak boleh sama sekali menggunakan kemampuan pengendalian elemen kalian"

"Eh kenapa seperti itu Pengawas? Tanya Timothy.

"Tidak selamanya kalian hanya bisa mengharapkan kemampuan pengendalian kalian, itu sebabnya kami akan memberikan kalian senjata untuk kalian gunakan. Ohh iya saya lupa memberitahukan pada kalian bahwa lokasi ujiannya adalah Wilayah Netral"

"T..t...tunggu sebentar, Wilayah Netral? Berarti kami akan----"

"Keluar dari Elemental City" sambung Arya sambil tersenyum gembira.

Wilayah Netral adalah dataran luas yang dimana lokasi tersebut bukan berada di wilayah kekuasaan dari ras manapun, Wilyah Netral berada tepat ditengah-tengah dan menjadi pembatas daerah kekuasaan dari masing-masing ras dan siapapun yang masuk kewilayah ras lainnya berarti akan langsung dieksekusi ditempat.

Tidak ada hukum dari ras manapun yang diterapkan pada Wilayah Netral karena sudah menjadi kesepakatan antar ras. Tentu saja Manusia tidak ikut dalam kesepakatan ini, jadi tempat ini bisa dimanfaatkan untuk menjadi lokasi Ujian Elementalist, karena hanya memiliki persentase kecil akan bertemu dengan ras lainnya.

Arya sudah tidak sabar, ia sudah bisa membayang perjalanan menyenangkan diluar Elemental City, tapi semua itu sirna seketika ketika pembagian kelompok.

"Kelompok pertama, Arya Frost dan Asuna Blaze"

Langsung saja Arya menggebrak meja dan berdiri dari tempat duduknya, Asuna yang berada beberapa meter darinya melakukan hal yang sama. Mata mereka bertemu, mata mereka berdua memancarkan aura yang mengatakan bahwa mereka keberatan dengan pembagian kelompok ini.

"T..t..t....tunggu sebentar Pengawas Astral, kenapa aku harus sekelompok dengan DIA?!" kata Arya sambil menunjuk Asuna.

"Kau kira aku juga mau satu kelompok dengan mu HAH?!" balas Asuna.

"Kalau begitu menjauh sana dasar flame thrower"

"Apa katamu rambut uban?"

"Ehem"

Pengawas Astral berdeham untuk mengakhiri pertikaian mereka, mereka pun duduk kembali sambil memasang wajah kesal. Para Elementalist yang lainnya hanya bisa saling memandang satu sama lain sambil mengangkat bahu.

"Maafkan kami Tuan Arya, Nona Asuna. Pembagian kelompok sudah tidak bisa diganggu gugat karena sudah ditentukan sejak jauh-jauh hari. Sebenarnya kami sengaja membuat kelompok dengan Elementalist yang memiliki elemen yang saling bertolak belakang, hal ini bertujuan untuk membuat kalian dapat bekerja sama walaupun rekan kalian adalah musuh alami kalian"

"Kalian berdua ini memang musuh alami ya? Yang lainnya walaupun saling bertolak belakang tidak ada yang selalu bertengkar seperti kalian" ujar Timothy.

"Diam besi karatan!" bentak Arya dan Asuna bersamaan.

"Ap...apa?! kalian tadi memanggilku apa?"

"Diamlah Timothy kau itu berisik sekali" timpal Kevin.

Begitulah pada akhirnya Arya dan Asuna berakhir dikelompok yang sama, mereka tidak saling menyapa satu sama lain bahkan ketika mereka mendapat giliran untuk memilih perlengkapan, mereka hanya boleh membawa senjata dan pelindung, makanan dan keperluan lainnya harus mereka cari sendiri nanti di Wilayah Netral.

Arya berjalan menuju rak yang berisikan pedang-pedang, ditempat perlengkapan itu sangat lengkap. Hampir semua senjata ada disitu, Arya mengambil salah satu pedang disitu. Ia mencoba menimbang-nimbang pedang itu. Terlalu berat, lebih baik menggunakan katana saja pikirnya lalu mengambil salah satu katana dari raknya.

"Apa yang akan kau gunakan?" tanya Asuna tiba-tiba

"Bukan urusanmu"

"Tentu saja urusanku, kita akan menjadi satu kelompok jadi aku harus tahu apa kau bisa berguna untuku nantinnya"

"Hah! lihat saja nanti nona, siapa yang akan berguna untuk siapa"

"Wahh sudah lama sekali"

Asuna mendekat menuju rak pedang dan mengambil salah satu pedang rapier, dan ia pun menunjukan kebolehanya menggunakan pedang itu. Arya (walaupun dengan sangat berat hati) mengakui bahwa kemampuan Asuna menggunakan pedang itu sangat luar biasa, tusukan demi tusukan ia lancarkan yang pasti akan membuat lawanya kewalahan. Saat Asuna mengakhiri peragaan pedangnya Arya pun bertepuk tangan sebagai tanda ia mengakui kemampuan perempuan itu.

"Apa kau dulu bermain anggar?"

"Iya tapi aku sudah lama berhenti"

"Kenapa? Kalau boleh aku tahu"

"Ayahku tidak memperbolehkan"

"Mmm sayang sekali padahal kemampuan mu cukup hebat lo"

"Terima kasih" kata Asuna sambil tersenyum manis

Aduh......seandainya sikapnya selalu seperti ini pasti sudah sejak lama aku melamarnya ucap Arya dalam hati.

"Lalu apa yang akan kau gunakan kalau begitu?" tanya Arya.

"Aku akan menggunakan benda ini" jawab Asuna sambil mengangkat sebuah busur.

"Kau juga bisa memanah"

Asuna hanya tersenyum, lalu menunjukan kebolehanya memanah. Dan ternyata dia juga hebat dalam memanah. Semua anak panahnya mengenai sasaran dengan tepat, bahkan bila sasaran itu bergerak atau dia sendiri(Asuna) yang bergerak sambil memanah.

"Kau lebih suka menggunakan pedang rapier itu kan?" celetuk Arya tiba-tiba.

"Eh? Kenapa kau berkata seperti itu?"

"Karena kau terlihat lebih bahagia ketika menggunakanya tadi, aku mengerti ayahmu tidak ingin melihat putri kesayangannya terluka sehingga dia memintamu untuk belajar memanah. Tapi semua ini kan kau yang menjalaninya jadi ikuti saja kata hatimu"

Asuna terdiam, ia tidak menyangka Arya bisa mengetahui sebanyak itu hanya dengan mendengar informasi minim yang ia berikan tadi.

"Aku akan menggunakan ini, aku tidak perlu memperagakannya padamu kan?" kata Arya sambil menunjukan katana yang ia ambil sebelumnya.

"Eh....?! Kenapa? Aku kan tidak tahu kemampuanmu menggunakan benda itu" protes Asuna

Arya tidak memperdulikan protes-protes yang dilontarkan Asuna padanya, setelah itu mereka mengambil pelindung, Arya menggunakan pelindung yang terbuat dari kulit agar ia bisa bergerak lebih leluasa. Sedangkan Asuna menggunakan zirah satu lengan berwarna keemasan, setelah persiapan selesai para Elementalist dikumpulkan disuatu ruangan yang berisi lima lingkaran yang berdiameter cukup besar sehingga seorang manusia bisa melewatinya.

"Ini adalah portal yang akan mengirim kalian ke Wilayah Netral tanpa terdeteksi, dan ini alat komunikasi yang bisa kalian gunakan saat ingin kembali kemari" kata Pengawas Astral.

Ia memberikan sebuah alat komunikasi kecil yang bisa dipasang ditelinga, benda ini juga bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok masing-masing.

"Baiklah ini adalah kertas yang berisi apa yang kalian harus cari, kami akan mengirim kalian ditempat-tempat yang berjauhan sehingga kalian tidak mempunyai kemungkinan untuk bertemu dengan kelompok lain. Ingat, temukan barangnya lalu kembali secepat mungkin itulah cara kalian agar bisa melewati tahap ini"

Portal telah dinyalakan, mereka semua bersiap didepan portal masing-masing.

"Ujian Elementalist Pertama dimulai!!!"

Terpopuler

Comments

Abe Alfan Hidayat Bey

Abe Alfan Hidayat Bey

yahuuttt ni

2022-07-06

0

Ibn Edy

Ibn Edy

mantap thor

2022-06-02

1

John Singgih

John Singgih

sekelompok dengan orang yang menyebalkan & kecerdasan Arya yang mampu mengalahkan pengawas po

2021-07-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!