Prolog 0,5

Sore itu anak-anak sudah mulai berkumpul kembali di tempat biasanya, beberapa dari mereka asyik membicarakan tentang cerita yang mereka dengarkan kemarin dan merasa tidak sabar untuk mengetahui kelanjutannya, tetapi ada juga beberapa anak yang menatap jalan setapak yang menuju ke hutan seperti sedang menunggu seseorang. Sampai menjelang senja, masih belum ada tanda-tanda kedatangan orang yang mereka tunggu.

" Apa hari ini kakak tidak datang yaa? " kata salah seorang anak yang menunggu.

" Tenang saja dia pasti akan datang " kata seorang anak dengan penuh keyakinan.

" Bagaimana kau bisa yakin? " tanya anak itu dengan wajah meremehkan.

" Karena..............." kata anak itu menjawab. Tapi sebelum anak itu menyelesaikan kata-katanya mereka mendengar suara yang sangat familiar ditelinga mereka.

" Apa kalian sedang menunggu seseorang? " tanya suara itu.

" Wakhhhhh...............!!!!????? " kata mereka kaget secara bersamaan.

Sesosok orang dengan jubah bertudung yang mereka tunggu-tunggu telah berdiri dibelakang mereka sambil ikut menatap ke jalan setapak yang biasa ia lewati untuk datang ke desa itu. Anak-anak yang kaget itu kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Si Pendongeng, tapi selalu dipotong sebelum mereka menyelesaikan pertanyaan mereka.

" Sejak kapan..................!!! "

" Hahaha apa kalian menugguku? " potong Si Pendongeng

" Bagaimana cara kakak bisa.............!!! "

" Sudah sampai mana cerita kita kemarin? " potong Si Pendongeng lagi.

" Tapi bagaimana......................!!! "

" Mmm...............apanya? " potong Si Pendongeng sambil bertanya dengan senyuman diwajahnya.

" Ahhhh........... sudahlah lupakan " kata mereka mengalah.

" Ada apa ? " tanya Si Pendongeng dengan ekspresi bingung.

" Sudahlah lupakan saja, lebih baik kakak lanjutkan ceritanya " kata mereka dengan kesal.

" Hehehehe bukankah kalian berkumpul disini karena hal itu?, itulah sebabnya aku bertanya kemarin itu sudah sampai mana? " katanya sambil tersenyum.

" Titik Balik Umat Manusia kak " jawab salah satu dari mereka.

" Ohhhhh sudah sejauh itukah? Baiklah jadi begini....." kata Si Pendongeng mulai bercerita, anak-anak pun mulai mendegarkan dengan wajah serius. Tapi Si Pendongeng terdiam selama 10 menit.

" Jadi.....gimana kak? " tanya mereka bingung karena Si Pendongeng.

" Oaahhhh maaf-maaf aku lupa kelanjutanya, berikan aku waktu mengingat sebentar " kata Si Pendongeng sambil menggaruk kepalanya.

" Hahhh............????!!!! " teriak mereka kesal sambil terjatuh dari tempat duduk mereka.

" Hahahaha aku hanya ingin merusak wajah serius kalian itu, kenapa kalian serius sekali? " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Kakak jangan bercanda seperti itu dong, kami sudah serius tau??? " kata mereka dengan kesal.

" Hahahaha baiklah maaf-maaf hanya saja kalian mengingatkanku pada teman-temanku, oke jadi begini ceritanya " kata Si Pendongeng.

Titik Balik Umat Manusia terjadi saat Perang Besar Antar Ras Pertama, pada perang ini terjadi perselisihan antar 4 ras besar, kenapa aku tidak memasukan ras Manusia dalam perang ini karena kita para Manusia ikut dalam perang ini bukan karena kita ingin, tetapi karena kita semua terjebak dalam perang ini sebagai bala bantuan bagi 4 ras lainya. Waktu itu banyak Manusia yang diikutsertakan dalam perang tersebut sebagai bala tentara dari 4 ras lainya.

" Kenapa bisa seperti itu kak? " tanya seorang anak.

" Bukankah sudah kubilang sebelumnya? Kita ini hanya sebagai budak 4 ras lainya, jadi terserah mereka memerintahkan kita untuk melakukan apa. Dan para pemimpin, bangsawan, dan orang-orang kaya dari ras Manusia memberikan harta benda mereka untuk bantuan perang agar mereka tidak dikirim untuk ikut dalam perang, sungguh menyedihkan bukan? " kata Si Pendongeng sambil menghela nafas.

Di dalam perang ini kita para manusia berperang antar sesama ras kita demi kepentingan ras lainya, miris bukan? Tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak memiliki kemampuan untuk melawan, karena kita hanya ras yang terlupakan oleh Tuhan. Itulah pikir semua orang pada saat itu. Lalu saat semuanya telah menjadi kacau dan berantakan disitulah manusia menemukan sebuah harapan yang nantinya akan dikenal dengan nama Titik Balik Umat Manusia.

" Dari tadi kakak berbicara bertele-tele terus, kami ingin tau apa itu Titik Balik Umat Manusia itu dari kemarin tau? " kata salah seorang anak laki-laki.

" Iya-iya sabar napa? Ini juga ceritanya mau masuk kesitu " kata Si Pendongeng sambil cemberut.

Anak-anak pun tertawa karena melihat tingkah laku Si Pendongeng yang kekanak-kanakan.

" Pada saat perang itu, terdapat 10 orang ras Manusia yang mengalami kehilangan terbesar dalam hidup mereka yang membuat mereka seakan mati dan tanpa pegangan hidup, kalian tau? Rasa kehilangan yang sangat besar, seperti saat Kapten Bajak Laut Topi Jerami kehilangan Si Tinju Api dalam anime One..... ehem.......ehem..........ee....... maksudku adalah rasa kehilangan yang sampai membuat kalian ingin mati seperti itu. " kata Si Pendongeng sambil menyeka ingusnya yang keluar karena sedih, entah karena ceritanya atau karena scene anime yang dia ingat itu. Anak-anak menatapnya dengan wajah datar.

" Kehilangan seperti apa itu kak? Apakah kehilangan orang yang berharga seperti di anime tersebut? " tanya seorang anak.

" Wallahualam bishawab, tidak ada yang tau pasti kehilangan seperti apa itu. Hanya mereka sendiri dan Tuhan yang tau " jawab Si Pendongeng.

Kemudian 10 orang tersebut berdoa kepada Tuhan dengan bersungguh-sungguh, mereka melepaskan semua keluh kesah mereka dan berdoa dengan sepenuh hati agar Tuhan memberikan bantuan kepada mereka, mereka hanya tidak ingin kehilangan lagi hal yang penting bagi mereka. Karena kehilangan yang mereka terima sudah cukup menghapuskan semua alasan mereka untuk tetap hidup. Lalu, mereka pun bertemu dengan-Nya.

" Bertemu dengan siapa? " tanya mereka bersamaan bingung.

" Siapa lagi? Tentu saja Tuhan. Tapi bukan bertemu secara harfiah sih.....Mmmm bagaimana ya cara menjelaskanya?, mereka seperti diberikan petunjuk oleh Tuhan " jawab Si Pendongeng.

Dan doa mereka dijawab oleh Tuhan, Tuhan pun bertanya pada mereka. Apakah kau ingin melindungi hal yang berharga bagimu? Melindungi ras Manusia dan melepaskan mereka dari perbudakan dan penganiayaan dari ras lainya agar tidak ada lagi orang yang merasakan kehilangan yang sama seperti yang kau rasakan. Dan menjadi penjaga perdamaian antara 5 ras yang ada, mereka pun bertanya kepada Tuhan, bukankah hal tersebut membutuhkan sebuah kekuatan yang besar? Tentu saja membutuhkan kekuatan yang besar untuk membuat perdamaian antar ras. Kemudian Tuhan menjanjikan kekuatan tersebut kepada kesepuluh orang tersebut, tapi dengan syarat.........

" Dengan syarat.......? " kata anak-anak itu dengan wajah serius.

" Dengan syarat........... apa ayo penasaran kan? " kata Si Pendongeng sambil menggoda mereka.

" Ahhh... ayolah kak, nanti keburu larut terus ceritanya gak selesei lagi " kata seorang anak.

" Hahaha iya-iya pasti ku selesaikan kok, tidak akan sampai larut malam " katanya sambil tersenyum misterius.

" Maksudnya? " kata mereka.

" Baiklah kita lanjutkan " kata Si Pendongeng tanpa memerdulikan pertanyaan tersebut.

Syarat yang diberikan kepada sepuluh orang tersebut terbilang berat, karena memiliki tanggung jawab yang besar, bahkan hal ini bisa disebut anugerah sekaligus kutukan. Tapi kesepuluh orang tersebut menyetujui syarat tersebut, dan mereka mendapatkan kekuatan luar biasa yang membuat 4 ras lainya tidak memandang sebelah mata lagi kepada para Manusia.

Kesepuluh orang tersebut dianugerahi Kekuatan Element oleh Tuhan, kekuatan yang belum pernah ada di dunia dan kekuatan yang bahkan para Elf yang notabenenya adalah ras tertua tidak tahu apapun akan hal tersebut. Hal ini membuat gempar seluruh ras yang ada. Kesepuluh orang tersebut menghapuskan perbudakan Manusia dan melindungi umat Manusia dari 4 ras lainya, apakah 4 ras lainya diam saja? Tentu saja tidak!

Mereka berusaha melawan kesepuluh Manusia tersebut. Tapi apa daya, mereka tidak bisa mengalahkannya karena mereka bersepuluh diberikan kekuatan untuk menjaga perdamaian di dunia ini. Satu orang dari kesepuluh Manusia tersebut saja dapat menghancurkan 1 batalion tentara ras manapun yang berusaha melawan mereka, kesepuluh orang inilah yang nantinya akan dikenal dengan nama Elementalist.

" Tunggu sebentar kak, apa maksudnya dengan anugerah sekaligus kutukan itu? " potong seorang anak.

" Ehhhh kau malah baru bertanya saat ceritanya sejauh ini? " tanya Si Pendongeng sambil menghela nafas.

" Eheheheh habisnya ceritanya terlalu seru untuk dipotong " katanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

" Hahhh........ baiklah, jadi maksud dari kekuatan anugerah sekaligus kutukan adalah mereka akan diberikan kekuatan yang besar oleh Tuhan tetapi sebagai gantinya mereka harus menjaga perdamaian dan kealamian masing-masing elemen yang mereka pegang, ohh iya aku lupa memberitahu masing-masing Elementalist hanya bisa menggunakan 1 Elemen saja lo, mereka menguasai Elemen yang berbeda-beda satu sama lain, dan........salah satu kutukanya juga adalah......semua keturunan dari para Elementalist akan mendapatkan Kekuatan Elemen juga dan meneruskan tugas para pendahulunya, seperti siklus reinkarnasi begitu. Itulah penyebabnya dikatakan kutukan " jelas Si Pendongeng.

" Tapi kak? Jika seperti itu bukankah Elementalist akan berjumlah banyak? " tanya seorang anak perempuan.

" Maksudmu? " Si pendongeng balik bertanya.

" Tadi kakak bilang semua keturunan dari Elementalist akan mendapatkan Kekuatan Elemen? " jawab anak perempuan itu.

" Ohhh kalian salah paham, hahahahaha maksud kalian adalah jika para Elementalist mempunyai anak lebih dari satu maka semuanya akan mendapat Kekuatan Elemen begitu? " tanya Si Pendongeng.

Si anak perempuan yang bertanya pun mengangguk dengan bersungguh-sungguh.

" Bukan seperti itu, hanya salah satu dari keturunan Elementalist yang akan mendapatkan Kekuatan Elemen, keturunan anak yang mendapatkan Kekuatan Elemen itulah yang akan mempunyai anak yang juga memiliki kekuatan Elemen, jadi selain anak yang mendapatkan kekuatan tersebut tetap menjadi anak Manusia biasa tanpa Kekuatan Elemen, dan ingat bahwa Semua keturunan dari para Elementalist tersebut hanya mewarisi Elemen milik orang tua mereka " jelas Si Pendongeng.

" Ohhhhh seperti itu " kata mereka dengan wajah paham.

" Ada satu kutukan lagi yang didapatkan oleh para Elementalist. " kata Si Pendongeng.

" Apa itu? " tanya mereka bersamaan.

" Mereka memiliki ciri fisik yang melambangkan Elemen mereka " jawab Si Pendongeng.

" Maksud kakak? " tanya mereka.

" Kalian akan tau jika melihatnya dengan mata kepala kalian sendiri " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Yaahhhh...... " kata mereka kecewa.

" Baiklah kita lanjutkan kisahnya " lanjut Si Pendongeng.

Setelah para Elementalist muncul tidak ada ras yang berani terhadap mereka, para Elf yang terkenal angkuh menundukan kepala mereka kepada para Elementalist, Witch yang selalu menganggap remeh orang yang tidak bisa menggunakan sihir berusaha mendapat bantuan mereka, para Demon menggunakan semua tipu muslihat mereka untuk dapat menjilati para Elementalist dengan kata-kata manis mereka. Para Demi-Human berusaha mendapatkan simpati mereka.

Para Elementalist pun membuat sebuah perjanjian perdamaian antara 5 ras yang akhirnya disetujui oleh semua pihak dan menciptakan perdamaian yang belum pernah dirasakan oleh Manusia dalam waktu yang sangat lama.

Tetapi pada akhirnya para Elementalist merasakan bahwa para ras lainya hanya mennghormati mereka bersepuluh dan masih tetap saja memandang rendah kepada ras Manusia selain para Elemaentalist, dengan kata lain mereka hanya takut terhadap para Elementalist sehingga tidak menyentuh para Manusia.

Setelah mempertimbangkan hal tersebut para Elementalist pun setuju untuk memisahkan dimensi dari ke 5 ras tersebut pada dimensi mereka masing-masing. Hal ini ditentang oleh 4 ras lainya, karena mereka menganggap jika hal ini terjadi mereka tidak dapat memanfaatkan manusia lagi. Tapi para Elementalist telah membulatkan tekad mereka untuk menjaga perdamaian dunia ini dan pada akhirnya kelima ras tersebut ditempatkan di dimensi mereka masing-masing. Tamatt......

" Bagaimana menurut kalian dengan ceritanya? " tanya Si Pendongeng.

" Kerenn.......kak jadi itulah awal mula semuanya ya? " jawab mereka.

" Bisa dibilang begitu hahahaha " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Ohhh begitu yaa, tapi apakah kakak pernah mendengar tentang hancurnya Pemisah Dimensi 50 tahun yang lalu? " kata seorang anak laki-laki.

" Mmmm dari mana kau mendengar cerita itu? " tanya Si Pendongeng tertarik.

" Dari para pedagang yang datang dari kota kak, hal ini sedang menjadi buah bibir di desa. Benar kan? " kata anak laki-laki itu pada teman-temanya.

Mereka semua membenarkan perkataan anak laki-laki itu.

" Ehhhh tidak kusangka kabar itu sudah sampai disini " kata Si Pendongeng tersenyum.

" Apakah itu benar kak? " tanya seorang anak perempuan dengan wajah takut.

" Hahaha aku tidak tau pasti ya, apakah aku terlihat seperti orang yang berumur diatas 50 tahun dimatamu? " tanya Si Pendongeng.

" Tentu saja tidak, tapi kakak kan punya pengetahuan yang luas. " kata anak perempuan itu.

" Hahahaha kalian tenang saja semuanya pasti akan baik-baik saja, terutama dimensi kalian. " kata Si Pendongeng.

" Hah? Dimensi kami? Maksud kakak? " tanya mereka bersamaan.

" Hahahaha jangan pikirkan hal sepele itu, sepertinya ini adalah pertemuan terakhir kita semuanya " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Memangnya kakak mau pergi ke mana? " tanya seorang ianak perempuan.

" Aku ingin bertemu dengan teman-temanku " katanya sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan melewati jalan setapak yang biasa ia lewati.

" Sampai jumpa, semoga kita bisa bertemu kembali yaa " katanya sambil menoleh dan melambaikan tangan kepada anak-anak itu.

Anak-anak pun berkumpul bersama sambil melihat Si Pendongeng yang akan pergi. Mereka melambaikan tangan kepadanya, tiba-tiba angin bertiup cukup kencang sehingga menerbangkan tudung jubah milik Si Pendongeng. Tapi sebelum tudung itu terbuka sepenuhnya Si Pendongeng menangkap dan memasangnya kembali. Dia pun menoleh kepada anak-anak yang telihat kaget akan apa yang mereka lihat, kemudian ia memberikan isyarat dengan cara menempelkan jarinya dibibir seperti meminta jangan membertitahu siapapun tentang apa yang mereka lihat. Lalu dengan satu ayunan jubahnya ia menghilang seperti pertemuan mereka sebelumnya.

" Hei, apakah kalian melihat warna rambut kakak it........."

kata seorang anak laki-laki sambil masih melihat tempat Si Pendongeng menghilang lalu menoleh secara perlahan-lahan kepada teman-temanya.

Belum selesai berbicara dia melihat teman-teman perempuanya dengan wajah merah merona seperti telah melihat sesuatu yang luar biasa.

" Kakak itu, TAMPAN SEKALI KYAaAAA..........!!! " teriak para perempuan.

" Hahhhhhh............!!!!!! " kata si anak laki-laki kebingungan sambil memegang kepalanya.

Di tempat lain. Di sebuah tanah lapang yang dikelilingi oleh hutan yang berada dekat dengan desa itu, terdapat sosok dengan jubah bertudung yang tidak lain dan tidak bukan adalah Si Pendongeng, ia duduk disebuah batu besar pada tanah lapang tersebut sambil melihat bulan dan memakan buah plum, dia duduk ditempat itu seperti menunggu seseorang.

Benar saja beberapa saat kemudian terdengar suara lirih yang memecahkan kesunyian ditempat itu.

" Cerita yang sangat menarik, kau tau? Aku sampai bisa membayangkan semua kejadian itu dikepalaku " kata suara itu.

Kemudian dari balik pepohonan-pepohonan hutan yang rimbun munculah sesosok orang dengan jubah bertudung yang sama dengan Si Pendongeng tapi dengan corak yang berbeda, sosok itu berjalan mendekati Si Pendongeng dan berhenti tepat di belakangnya.

" Benarkah? Kau terlalu memujiku, kau tau? " jawab Si Pendongeng tanpa menoleh kepada pendatang baru tersebut.

" Tidak juga, aku bersungguh-sungguh mengatakan ceritamu itu bagus sekali, untuk seorang anak yang selalu tidur di kelas sih. " jawab usil Si Pendatang Baru sambil melepaskan tudung jubah yang ada dikepalanya.

Saat itulah wajah Si Pendatang baru terlihat, dia adalah seorang perempuan yang sangat cantik dengan rambut panjang berwarna hitam, dikedua sisi kepalanya ada beberapa helai rambut yang diikatkan kebelakang kepalanya,. Tapi yang paling menarik dari penampilanya adalah warna matanya yang merah seperti buah apel yang matang pada pohonya.

"Ehhh..... ku kira tadi kau mau memujiku? " jawab Si Pendongeng masih tanpa menoleh kepada Si Perempuan.

" Itu memang pujian bukan? Jadi sekarang kau mau apa? Apakah kau akan melanjutkan ceritanya? Arya? " tanya Si Perempuan.

" Tentu saja aku akan melanjutkan ceritanya, tapi apakah menurutmu........" kata Si Pendongeng sambil melepaskan tudung jubahnya dari kepala.

Disitulah untuk pertama kali sosok Si Pendongeng terlihat, dia adalah seorang pria dengan wajah yang tampan, dia memiliki rambut berantakan yang berwarna putih seputih salju, dan bola matanya yang berwarna biru seperti batu saphire.

" Bukankah Cerita tadi itu agak terlalu panjang untuk sebuah prolog, Asuna? " tanyanya sambil menoleh dengan wajah tersenyum kepada perempuan bernama Asuna tersebut.

Terpopuler

Comments

Singgih Sunaryo

Singgih Sunaryo

tapi konsep pemisahan dimensi ini udh lumayan 50% akurat benar ..... ini untuk memisahkan manusia dari makhluk2 lainnya ... tp sebenernya masih bisa ditembus

2024-01-14

1

Singgih Sunaryo

Singgih Sunaryo

aneh2 aja lu ahh author .... jgn pake ucapan islam kykny kurang cocok untuk novel2 cerita2 animasi masa lampau

2024-01-14

1

Daisuke

Daisuke

good

2024-01-12

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!