Sore itu anak-anak sudah mulai berkumpul kembali di tempat biasanya, beberapa dari mereka asyik membicarakan tentang cerita yang mereka dengarkan kemarin dan merasa tidak sabar untuk mengetahui kelanjutannya, tetapi ada juga beberapa anak yang menatap jalan setapak yang menuju ke hutan seperti sedang menunggu seseorang. Sampai menjelang senja, masih belum ada tanda-tanda kedatangan orang yang mereka tunggu.
" Apa hari ini kakak tidak datang yaa? " kata salah seorang anak yang menunggu.
" Tenang saja dia pasti akan datang " kata seorang anak dengan penuh keyakinan.
" Bagaimana kau bisa yakin? " tanya anak itu dengan wajah meremehkan.
" Karena..............." kata anak itu menjawab. Tapi sebelum anak itu menyelesaikan kata-katanya mereka mendengar suara yang sangat familiar ditelinga mereka.
" Apa kalian sedang menunggu seseorang? " tanya suara itu.
" Wakhhhhh...............!!!!????? " kata mereka kaget secara bersamaan.
Sesosok orang dengan jubah bertudung yang mereka tunggu-tunggu telah berdiri dibelakang mereka sambil ikut menatap ke jalan setapak yang biasa ia lewati untuk datang ke desa itu. Anak-anak yang kaget itu kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Si Pendongeng, tapi selalu dipotong sebelum mereka menyelesaikan pertanyaan mereka.
" Sejak kapan..................!!! "
" Hahaha apa kalian menugguku? " potong Si Pendongeng
" Bagaimana cara kakak bisa.............!!! "
" Sudah sampai mana cerita kita kemarin? " potong Si Pendongeng lagi.
" Tapi bagaimana......................!!! "
" Mmm...............apanya? " potong Si Pendongeng sambil bertanya dengan senyuman diwajahnya.
" Ahhhh........... sudahlah lupakan " kata mereka mengalah.
" Ada apa ? " tanya Si Pendongeng dengan ekspresi bingung.
" Sudahlah lupakan saja, lebih baik kakak lanjutkan ceritanya " kata mereka dengan kesal.
" Hehehehe bukankah kalian berkumpul disini karena hal itu?, itulah sebabnya aku bertanya kemarin itu sudah sampai mana? " katanya sambil tersenyum.
" Titik Balik Umat Manusia kak " jawab salah satu dari mereka.
" Ohhhhh sudah sejauh itukah? Baiklah jadi begini....." kata Si Pendongeng mulai bercerita, anak-anak pun mulai mendegarkan dengan wajah serius. Tapi Si Pendongeng terdiam selama 10 menit.
" Jadi.....gimana kak? " tanya mereka bingung karena Si Pendongeng.
" Oaahhhh maaf-maaf aku lupa kelanjutanya, berikan aku waktu mengingat sebentar " kata Si Pendongeng sambil menggaruk kepalanya.
" Hahhh............????!!!! " teriak mereka kesal sambil terjatuh dari tempat duduk mereka.
" Hahahaha aku hanya ingin merusak wajah serius kalian itu, kenapa kalian serius sekali? " kata Si Pendongeng sambil tertawa.
" Kakak jangan bercanda seperti itu dong, kami sudah serius tau??? " kata mereka dengan kesal.
" Hahahaha baiklah maaf-maaf hanya saja kalian mengingatkanku pada teman-temanku, oke jadi begini ceritanya " kata Si Pendongeng.
Titik Balik Umat Manusia terjadi saat Perang Besar Antar Ras Pertama, pada perang ini terjadi perselisihan antar 4 ras besar, kenapa aku tidak memasukan ras Manusia dalam perang ini karena kita para Manusia ikut dalam perang ini bukan karena kita ingin, tetapi karena kita semua terjebak dalam perang ini sebagai bala bantuan bagi 4 ras lainya. Waktu itu banyak Manusia yang diikutsertakan dalam perang tersebut sebagai bala tentara dari 4 ras lainya.
" Kenapa bisa seperti itu kak? " tanya seorang anak.
" Bukankah sudah kubilang sebelumnya? Kita ini hanya sebagai budak 4 ras lainya, jadi terserah mereka memerintahkan kita untuk melakukan apa. Dan para pemimpin, bangsawan, dan orang-orang kaya dari ras Manusia memberikan harta benda mereka untuk bantuan perang agar mereka tidak dikirim untuk ikut dalam perang, sungguh menyedihkan bukan? " kata Si Pendongeng sambil menghela nafas.
Di dalam perang ini kita para manusia berperang antar sesama ras kita demi kepentingan ras lainya, miris bukan? Tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak memiliki kemampuan untuk melawan, karena kita hanya ras yang terlupakan oleh Tuhan. Itulah pikir semua orang pada saat itu. Lalu saat semuanya telah menjadi kacau dan berantakan disitulah manusia menemukan sebuah harapan yang nantinya akan dikenal dengan nama Titik Balik Umat Manusia.
" Dari tadi kakak berbicara bertele-tele terus, kami ingin tau apa itu Titik Balik Umat Manusia itu dari kemarin tau? " kata salah seorang anak laki-laki.
" Iya-iya sabar napa? Ini juga ceritanya mau masuk kesitu " kata Si Pendongeng sambil cemberut.
Anak-anak pun tertawa karena melihat tingkah laku Si Pendongeng yang kekanak-kanakan.
" Pada saat perang itu, terdapat 10 orang ras Manusia yang mengalami kehilangan terbesar dalam hidup mereka yang membuat mereka seakan mati dan tanpa pegangan hidup, kalian tau? Rasa kehilangan yang sangat besar, seperti saat Kapten Bajak Laut Topi Jerami kehilangan Si Tinju Api dalam anime One..... ehem.......ehem..........ee....... maksudku adalah rasa kehilangan yang sampai membuat kalian ingin mati seperti itu. " kata Si Pendongeng sambil menyeka ingusnya yang keluar karena sedih, entah karena ceritanya atau karena scene anime yang dia ingat itu. Anak-anak menatapnya dengan wajah datar.
" Kehilangan seperti apa itu kak? Apakah kehilangan orang yang berharga seperti di anime tersebut? " tanya seorang anak.
" Wallahualam bishawab, tidak ada yang tau pasti kehilangan seperti apa itu. Hanya mereka sendiri dan Tuhan yang tau " jawab Si Pendongeng.
Kemudian 10 orang tersebut berdoa kepada Tuhan dengan bersungguh-sungguh, mereka melepaskan semua keluh kesah mereka dan berdoa dengan sepenuh hati agar Tuhan memberikan bantuan kepada mereka, mereka hanya tidak ingin kehilangan lagi hal yang penting bagi mereka. Karena kehilangan yang mereka terima sudah cukup menghapuskan semua alasan mereka untuk tetap hidup. Lalu, mereka pun bertemu dengan-Nya.
" Bertemu dengan siapa? " tanya mereka bersamaan bingung.
" Siapa lagi? Tentu saja Tuhan. Tapi bukan bertemu secara harfiah sih.....Mmmm bagaimana ya cara menjelaskanya?, mereka seperti diberikan petunjuk oleh Tuhan " jawab Si Pendongeng.
Dan doa mereka dijawab oleh Tuhan, Tuhan pun bertanya pada mereka. Apakah kau ingin melindungi hal yang berharga bagimu? Melindungi ras Manusia dan melepaskan mereka dari perbudakan dan penganiayaan dari ras lainya agar tidak ada lagi orang yang merasakan kehilangan yang sama seperti yang kau rasakan. Dan menjadi penjaga perdamaian antara 5 ras yang ada, mereka pun bertanya kepada Tuhan, bukankah hal tersebut membutuhkan sebuah kekuatan yang besar? Tentu saja membutuhkan kekuatan yang besar untuk membuat perdamaian antar ras. Kemudian Tuhan menjanjikan kekuatan tersebut kepada kesepuluh orang tersebut, tapi dengan syarat.........
" Dengan syarat.......? " kata anak-anak itu dengan wajah serius.
" Dengan syarat........... apa ayo penasaran kan? " kata Si Pendongeng sambil menggoda mereka.
" Ahhh... ayolah kak, nanti keburu larut terus ceritanya gak selesei lagi " kata seorang anak.
" Hahaha iya-iya pasti ku selesaikan kok, tidak akan sampai larut malam " katanya sambil tersenyum misterius.
" Maksudnya? " kata mereka.
" Baiklah kita lanjutkan " kata Si Pendongeng tanpa memerdulikan pertanyaan tersebut.
Syarat yang diberikan kepada sepuluh orang tersebut terbilang berat, karena memiliki tanggung jawab yang besar, bahkan hal ini bisa disebut anugerah sekaligus kutukan. Tapi kesepuluh orang tersebut menyetujui syarat tersebut, dan mereka mendapatkan kekuatan luar biasa yang membuat 4 ras lainya tidak memandang sebelah mata lagi kepada para Manusia.
Kesepuluh orang tersebut dianugerahi Kekuatan Element oleh Tuhan, kekuatan yang belum pernah ada di dunia dan kekuatan yang bahkan para Elf yang notabenenya adalah ras tertua tidak tahu apapun akan hal tersebut. Hal ini membuat gempar seluruh ras yang ada. Kesepuluh orang tersebut menghapuskan perbudakan Manusia dan melindungi umat Manusia dari 4 ras lainya, apakah 4 ras lainya diam saja? Tentu saja tidak!
Mereka berusaha melawan kesepuluh Manusia tersebut. Tapi apa daya, mereka tidak bisa mengalahkannya karena mereka bersepuluh diberikan kekuatan untuk menjaga perdamaian di dunia ini. Satu orang dari kesepuluh Manusia tersebut saja dapat menghancurkan 1 batalion tentara ras manapun yang berusaha melawan mereka, kesepuluh orang inilah yang nantinya akan dikenal dengan nama Elementalist.
" Tunggu sebentar kak, apa maksudnya dengan anugerah sekaligus kutukan itu? " potong seorang anak.
" Ehhhh kau malah baru bertanya saat ceritanya sejauh ini? " tanya Si Pendongeng sambil menghela nafas.
" Eheheheh habisnya ceritanya terlalu seru untuk dipotong " katanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
" Hahhh........ baiklah, jadi maksud dari kekuatan anugerah sekaligus kutukan adalah mereka akan diberikan kekuatan yang besar oleh Tuhan tetapi sebagai gantinya mereka harus menjaga perdamaian dan kealamian masing-masing elemen yang mereka pegang, ohh iya aku lupa memberitahu masing-masing Elementalist hanya bisa menggunakan 1 Elemen saja lo, mereka menguasai Elemen yang berbeda-beda satu sama lain, dan........salah satu kutukanya juga adalah......semua keturunan dari para Elementalist akan mendapatkan Kekuatan Elemen juga dan meneruskan tugas para pendahulunya, seperti siklus reinkarnasi begitu. Itulah penyebabnya dikatakan kutukan " jelas Si Pendongeng.
" Tapi kak? Jika seperti itu bukankah Elementalist akan berjumlah banyak? " tanya seorang anak perempuan.
" Maksudmu? " Si pendongeng balik bertanya.
" Tadi kakak bilang semua keturunan dari Elementalist akan mendapatkan Kekuatan Elemen? " jawab anak perempuan itu.
" Ohhh kalian salah paham, hahahahaha maksud kalian adalah jika para Elementalist mempunyai anak lebih dari satu maka semuanya akan mendapat Kekuatan Elemen begitu? " tanya Si Pendongeng.
Si anak perempuan yang bertanya pun mengangguk dengan bersungguh-sungguh.
" Bukan seperti itu, hanya salah satu dari keturunan Elementalist yang akan mendapatkan Kekuatan Elemen, keturunan anak yang mendapatkan Kekuatan Elemen itulah yang akan mempunyai anak yang juga memiliki kekuatan Elemen, jadi selain anak yang mendapatkan kekuatan tersebut tetap menjadi anak Manusia biasa tanpa Kekuatan Elemen, dan ingat bahwa Semua keturunan dari para Elementalist tersebut hanya mewarisi Elemen milik orang tua mereka " jelas Si Pendongeng.
" Ohhhhh seperti itu " kata mereka dengan wajah paham.
" Ada satu kutukan lagi yang didapatkan oleh para Elementalist. " kata Si Pendongeng.
" Apa itu? " tanya mereka bersamaan.
" Mereka memiliki ciri fisik yang melambangkan Elemen mereka " jawab Si Pendongeng.
" Maksud kakak? " tanya mereka.
" Kalian akan tau jika melihatnya dengan mata kepala kalian sendiri " kata Si Pendongeng sambil tertawa.
" Yaahhhh...... " kata mereka kecewa.
" Baiklah kita lanjutkan kisahnya " lanjut Si Pendongeng.
Setelah para Elementalist muncul tidak ada ras yang berani terhadap mereka, para Elf yang terkenal angkuh menundukan kepala mereka kepada para Elementalist, Witch yang selalu menganggap remeh orang yang tidak bisa menggunakan sihir berusaha mendapat bantuan mereka, para Demon menggunakan semua tipu muslihat mereka untuk dapat menjilati para Elementalist dengan kata-kata manis mereka. Para Demi-Human berusaha mendapatkan simpati mereka.
Para Elementalist pun membuat sebuah perjanjian perdamaian antara 5 ras yang akhirnya disetujui oleh semua pihak dan menciptakan perdamaian yang belum pernah dirasakan oleh Manusia dalam waktu yang sangat lama.
Tetapi pada akhirnya para Elementalist merasakan bahwa para ras lainya hanya mennghormati mereka bersepuluh dan masih tetap saja memandang rendah kepada ras Manusia selain para Elemaentalist, dengan kata lain mereka hanya takut terhadap para Elementalist sehingga tidak menyentuh para Manusia.
Setelah mempertimbangkan hal tersebut para Elementalist pun setuju untuk memisahkan dimensi dari ke 5 ras tersebut pada dimensi mereka masing-masing. Hal ini ditentang oleh 4 ras lainya, karena mereka menganggap jika hal ini terjadi mereka tidak dapat memanfaatkan manusia lagi. Tapi para Elementalist telah membulatkan tekad mereka untuk menjaga perdamaian dunia ini dan pada akhirnya kelima ras tersebut ditempatkan di dimensi mereka masing-masing. Tamatt......
" Bagaimana menurut kalian dengan ceritanya? " tanya Si Pendongeng.
" Kerenn.......kak jadi itulah awal mula semuanya ya? " jawab mereka.
" Bisa dibilang begitu hahahaha " kata Si Pendongeng sambil tertawa.
" Ohhh begitu yaa, tapi apakah kakak pernah mendengar tentang hancurnya Pemisah Dimensi 50 tahun yang lalu? " kata seorang anak laki-laki.
" Mmmm dari mana kau mendengar cerita itu? " tanya Si Pendongeng tertarik.
" Dari para pedagang yang datang dari kota kak, hal ini sedang menjadi buah bibir di desa. Benar kan? " kata anak laki-laki itu pada teman-temanya.
Mereka semua membenarkan perkataan anak laki-laki itu.
" Ehhhh tidak kusangka kabar itu sudah sampai disini " kata Si Pendongeng tersenyum.
" Apakah itu benar kak? " tanya seorang anak perempuan dengan wajah takut.
" Hahaha aku tidak tau pasti ya, apakah aku terlihat seperti orang yang berumur diatas 50 tahun dimatamu? " tanya Si Pendongeng.
" Tentu saja tidak, tapi kakak kan punya pengetahuan yang luas. " kata anak perempuan itu.
" Hahahaha kalian tenang saja semuanya pasti akan baik-baik saja, terutama dimensi kalian. " kata Si Pendongeng.
" Hah? Dimensi kami? Maksud kakak? " tanya mereka bersamaan.
" Hahahaha jangan pikirkan hal sepele itu, sepertinya ini adalah pertemuan terakhir kita semuanya " kata Si Pendongeng sambil tertawa.
" Memangnya kakak mau pergi ke mana? " tanya seorang ianak perempuan.
" Aku ingin bertemu dengan teman-temanku " katanya sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan melewati jalan setapak yang biasa ia lewati.
" Sampai jumpa, semoga kita bisa bertemu kembali yaa " katanya sambil menoleh dan melambaikan tangan kepada anak-anak itu.
Anak-anak pun berkumpul bersama sambil melihat Si Pendongeng yang akan pergi. Mereka melambaikan tangan kepadanya, tiba-tiba angin bertiup cukup kencang sehingga menerbangkan tudung jubah milik Si Pendongeng. Tapi sebelum tudung itu terbuka sepenuhnya Si Pendongeng menangkap dan memasangnya kembali. Dia pun menoleh kepada anak-anak yang telihat kaget akan apa yang mereka lihat, kemudian ia memberikan isyarat dengan cara menempelkan jarinya dibibir seperti meminta jangan membertitahu siapapun tentang apa yang mereka lihat. Lalu dengan satu ayunan jubahnya ia menghilang seperti pertemuan mereka sebelumnya.
" Hei, apakah kalian melihat warna rambut kakak it........."
kata seorang anak laki-laki sambil masih melihat tempat Si Pendongeng menghilang lalu menoleh secara perlahan-lahan kepada teman-temanya.
Belum selesai berbicara dia melihat teman-teman perempuanya dengan wajah merah merona seperti telah melihat sesuatu yang luar biasa.
" Kakak itu, TAMPAN SEKALI KYAaAAA..........!!! " teriak para perempuan.
" Hahhhhhh............!!!!!! " kata si anak laki-laki kebingungan sambil memegang kepalanya.
Di tempat lain. Di sebuah tanah lapang yang dikelilingi oleh hutan yang berada dekat dengan desa itu, terdapat sosok dengan jubah bertudung yang tidak lain dan tidak bukan adalah Si Pendongeng, ia duduk disebuah batu besar pada tanah lapang tersebut sambil melihat bulan dan memakan buah plum, dia duduk ditempat itu seperti menunggu seseorang.
Benar saja beberapa saat kemudian terdengar suara lirih yang memecahkan kesunyian ditempat itu.
" Cerita yang sangat menarik, kau tau? Aku sampai bisa membayangkan semua kejadian itu dikepalaku " kata suara itu.
Kemudian dari balik pepohonan-pepohonan hutan yang rimbun munculah sesosok orang dengan jubah bertudung yang sama dengan Si Pendongeng tapi dengan corak yang berbeda, sosok itu berjalan mendekati Si Pendongeng dan berhenti tepat di belakangnya.
" Benarkah? Kau terlalu memujiku, kau tau? " jawab Si Pendongeng tanpa menoleh kepada pendatang baru tersebut.
" Tidak juga, aku bersungguh-sungguh mengatakan ceritamu itu bagus sekali, untuk seorang anak yang selalu tidur di kelas sih. " jawab usil Si Pendatang Baru sambil melepaskan tudung jubah yang ada dikepalanya.
Saat itulah wajah Si Pendatang baru terlihat, dia adalah seorang perempuan yang sangat cantik dengan rambut panjang berwarna hitam, dikedua sisi kepalanya ada beberapa helai rambut yang diikatkan kebelakang kepalanya,. Tapi yang paling menarik dari penampilanya adalah warna matanya yang merah seperti buah apel yang matang pada pohonya.
"Ehhh..... ku kira tadi kau mau memujiku? " jawab Si Pendongeng masih tanpa menoleh kepada Si Perempuan.
" Itu memang pujian bukan? Jadi sekarang kau mau apa? Apakah kau akan melanjutkan ceritanya? Arya? " tanya Si Perempuan.
" Tentu saja aku akan melanjutkan ceritanya, tapi apakah menurutmu........" kata Si Pendongeng sambil melepaskan tudung jubahnya dari kepala.
Disitulah untuk pertama kali sosok Si Pendongeng terlihat, dia adalah seorang pria dengan wajah yang tampan, dia memiliki rambut berantakan yang berwarna putih seputih salju, dan bola matanya yang berwarna biru seperti batu saphire.
" Bukankah Cerita tadi itu agak terlalu panjang untuk sebuah prolog, Asuna? " tanyanya sambil menoleh dengan wajah tersenyum kepada perempuan bernama Asuna tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Singgih Sunaryo
tapi konsep pemisahan dimensi ini udh lumayan 50% akurat benar ..... ini untuk memisahkan manusia dari makhluk2 lainnya ... tp sebenernya masih bisa ditembus
2024-01-14
1
Singgih Sunaryo
aneh2 aja lu ahh author .... jgn pake ucapan islam kykny kurang cocok untuk novel2 cerita2 animasi masa lampau
2024-01-14
1
Daisuke
good
2024-01-12
0