"Hey mau sampai kapan kau mengabaikan ku?" tanya Timothy sambil menunjuk ke arahnya.
"Maaf anda siapa yaa?" jawab Arya malas.
Saat itu mereka berdua sedang berada di kamar Arya, petang itu rencananya Arya ingin mengerjakan tugas dan mempelajari buku baru yang ia pinjam di Perpustakaan Pusat Penelitian tapi semua rencana indah itu berantakan setelah si kurang kerjaan ini datang dan mulai bercerita tentang hal-hal yang tidak penting.
"Ayolah Arya, mau sampai kapan kau menjadi kutu buku seperti itu? Ini sudah 1 bulan sejak kau menghabiskan waktumu hanya untuk membaca"
"Heehh kau kira siapa yang membuatku terlambat dihari pertama dan menyebabkan aku ditertawakan oleh semuanya karena tidak bisa menjawab soal paling sederhana untuk para Elementalist?" Arya menatap tajam ke arah Timothy. Kata-katanya menusuk tajam tepat pada intinya, membuat Timothy diam membeku.
Namun Timothy memaksakan riak suaranya keluar dari tenggorokannya, ia mencoba membela diri.
"E..itu...e...bukankah aku sudah minta maaf tentang kejadian itu?"
"Buat apa? Seingatku kaulah orang yang tertawa paling keras"
"T..t..tapi kan itu sudah lama sekali jadi mari kita lupakan saja yaa hahaha, dan bukankah sekarang kau sudah menguasai semuanya?"
Perasaan Arya memang sudah lebih baik dibandingkan saat pertama kali mengikuti latihan, hal ini disebabkan karena ia menghabiskan waktu di perpustakaan dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengejar ketertinggalannya dari yang lain. Dan tentu saja itu ditunjang dengan perpustakaan super lengkap yang berada di Pusat Penelitian, ternyata selama ini buku-buku tentang Elementalist disembunyikan ditempat ini. Pastas Arya tidak bisa menemukan satu pun di Perpustakaan yang ada di Permukaan.
"Nahh kau tahu kenapa aku bisa menguasainya sekarang? Itu semua karena benda ini" Arya menimpuk kepala Timothy dengan buku yang ia pegang.
"Aww, sakit tahu"
"Dan tidak adakah orang lain yang bisa kau ganggu? Kenapa kau selalu kemari dan berceloteh terus menerus tanpa henti? Haruskan ku jahit mulutmu itu?"
"Aku kesepian kau tahu, aku tidak tahu harus melakukan apa sendirian. Dan juga aku merasa tidak enak mengganggu yang lainya"
"Lalu apa kau tidak merasa kalau kau itu sedang menggangguku?"
"Tentu saja tidak" jawabnya antusias.
Tanpa basa basi Arya menendang perut orang menyebalkan di depannya, dia kesal mendengar jawaban yang terdengar tanpa dosa itu.
Dengan wajah penuh kesakitan Timothy memaksakan dirinya untuk berbicara "Adududuh kau ini...."
"Apa? Kalau kau tidak suka keluar sana"
"Karena inilah aku selalu kesini"
"Apa? Kau itu masochist ya? Atau jangan-jangan kau itu......homo?" ekspresi jijik terlihat di wajah arya ketika ia menatap Timothy.
"Bukan, aku ini masih waras brengsek. Hanya kau yang akrab denganku kau tahu? Sedangkan yang lainya itu e.....bagaimana yaa mereka agak rumit" Timothy menggaruk-garuk kepalanya, perlahan ia membayangkan satu-persatu wajah elementalist lainnya, ia merasa tidak ada satupun dari mereka yang dapat akrab dengan dirinya, sifat merekalah yang menjadi masalah utamanya.
"Jelaskan" pinta Arya.
"Mmm kau tau aku dan Kevin sering bertemu karena hubungan keluarga kami baik, tapi jujur saja aku tidak terlalu akrab dengannya. Lalu saat aku ke kamarnya aku bahkan tidak dibukakan pintu, ini juga dilakukan oleh Zayn"
"Harusnya aku juga melakukan hal yang sama" Arya bergumam sendiri.
"Sedangkan Ali juga membuatku takut, sebenarnya tidak ada yang aneh dari anak itu. Dia juga baik padaku dan selalu tersenyum ramah, tapi saat aku bersamanya dia tidak pernah berbicara sekalipun jadi disana aku hanya berbicara sendiri seperti orang gila dan ia hanya diam mendengarkan. Hal itu membuat suasana jadi agak canggung"
"Harusnya aku juga melakukan trik yang satu ini" gumam Arya lagi.
"Jadi itulah mengapa aku selalu kemari"
"Carilah kesibukan lain, kenapa kau tidak mengerjakan tugas dan belajar lalu tidur saja"
"AHA! Itu juga salah satu alasan ku datang kemari malam ini" kata Timothy sambil mengeluarkan buku tugasnya.
"Hah? Kau sungguh ingin mengerjakan tugas dengan orang yang bahkan tidak bisa menjawab soal paling mudah disini?" cibir Arya.
"Ayolah, tugas kali ini sulit sekali. Tolong bantu aku master" katanya sambil membungkuk.
Arya menghela nafas panjang, lalu membantu si pengganggu itu mengerjakan tugasnya agar ia cepat pergi dari sini.
"Wahhh kau hebat sekali Arya, bagaimana caramu bisa menjawab soal ini?"
"Dengan membaca dan belajar"
"Tapi aku tidak mengerti, bukankah kau selalu tidur di kelas? Bagaimana kau bisa menjawabnya?"
"Aku juga tidak mengerti, kau sendiri. Bukankah kau selalu memperhatikan di kelas? Kenapa kau tidak bisa menjawabnya?" Arya balik bertanya.
Timothy terdiam mendengar perkataan itu, Arya puas bisa membungkam si mulut cerewet itu. Setelah menjelaskan cara menjawab tugas itu Arya pun berdiri dan mengambil jaketnya.
"Ehh kau mau kemana? Aku belum selesai, bagaimana kalau aku salah menjawabnya? " tanya Timothy penasaran.
"Itu resiko yang harus kau tanggung, bukankah sudah aku jelaskan tadi. Aku mau keluar sebentar mencari udara segar"
"Udara segar? Kau ingin pergi ke Plant Region?"
Arya tidak menjawab pertanyaan itu, ia hanya berjalan sambil melambaikan tanganya tanpa menoleh ke arah Timothy.
-----------------------------<<>>-----------------------------
Arya berjalan diantara tumbuhan-tumbuhan teh, ia sedang berada di perkebenunan teh yang ada di Plant Region, Plant Region adalah salah satu Region yang ada di Pusat Penelitian. Di tempat inilah tanaman-tanaman untuk kebutuhan pangan dan latihan Elementalist dibudidayakan.
"Pantas saja mereka tidak pernah kekurangan apapun, dengan ini bahkan mereka tidak perlu pasokan apapun dari Permukaan" gumam Arya sambil terus berjalan.
Dia suka berada ditempat ini karena udara disini sangat segar dan bisa menenangkan pikiranya (apalagi jika baru bertemu Timothy), ia mengadah ke arah langit-langit. Cahaya bulan purnama menyinari tempat itu sehingga pemandangan tempat itu terlihat jelas.
Tentu saja langit yang ada diatasnya itu bukan langit yang sesungguhnya, dia masih berada di Pusat Penilitian yang artinya ia masih tetap berada dibawah tanah. Langit-langit yang berada di Plant Region dilengkapi dengan layar proyeksi yang berfungsi memproyeksikan langit yang ada diluar, hal ini digunakan untuk membantu tanaman-tanaman yang berada disini mudah berfotosintesis. Sehingga mereka bisa tumbuh dengan baik.
Saat sedang asyik menatap bulan Arya menyadari sesuatu, dia tidak sendiri di tempat itu. Beberapa meter didepanya Arya melihat siluet seseorang membungkuk seperti sedang menanam sesuatu. Arya mengendap mendekati orang itu tanpa suara lalu melihat apa yang sedang ia lakukan melalui sebelah kepala orang itu.
"Apa yang sedang kau lakukan Rena?" bisik Arya ditelinga orang itu.
"KYAA!!!" teriak perempuan itu kaget.
"Ah...hai, maafkan aku. Apa aku mengejutkanmu?" sapa Arya sambil tersenyum padanya.
Rena Green sang Elementalist Alam dengan rambut pendek berwarna hijau itu masih terlihat terkejut, dia hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Arya. Lalu Arya mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri, dengan malu-malu ia meraih tangan Arya sambil menunduk menatap sepatu bot yang ia kenakan.
"Hai" kata Arya tersenyum sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Rena.
Rena diam beberapa menit, mukanya terlihat merona dibawah sinar bulan purnama malam itu. Dia terus menunduk sambil melihat sepatunya.
"H..h..hai" akhirnya ia menyahut sambil tergagap.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Lalu Rena menunjuk tempat dimana ia membungkuk tadi, Arya melihat bahwa daun teh pada bagian itu sudah mengering dan berwarna kecokelatan.
"Wahh sepertinya teh ini diserang sesuatu, apa kau tahu apa itu Rena?" tanya Arya.
"H...h...ha...hama" jawabnya pelan.
"Ohh jadi tadi kau ingin memperbaiki daun-daun yang sudah kering ini ya?"
Rena mengangguk mengiyakan tanpa bersuara.
"Baiklah kalau begitu, aku akan membantumu"
Rena terlihat terkejut mendengarnya dan melemparkan tatapan bertanya pada Arya.
"M...m..mem...membantu?"
"Yap" jawab Arya semangat.
Lalu Arya mencabut daun-daun teh kering pada tanaman teh disitu, setelah semua daun keringnya telah dicabut Rena menggunakan kemampuan untuk menumbuhkan daun-daun teh yang baru. Mereka berdua pun mengagumi hasil kerja mereka, hasilnya tidak buruk. Tanaman teh itu terlihat seperti tanaman teh yang ada disekitarnya, mereka berdua pun saling menatap sambil tersenyum dan tos untuk merayakan keberhasilan mereka.
"Mmm Rena?"
"Iya?"
"Kalu kau tidak keberatan, ayo kita kembali ke asrama bersama-sama" ajak Arya.
Rena menunduk untuk beberapa saat, lalu ia mengangguk menyetujui ajakan Arya tapi sambil memalingkan wajahnya dari Arya. Mereka berdua pun berjalan di kebun teh itu sambil disinari sinar bulan purnama yang sangat indah. Arya terus berusaha mengajak Rena mengobrol agar mereka lebih akrab, tapi semua pembicaraan yang Arya berikan hanya ditanggapi dengan anggukan dan jawaban-jawaban singkat (seperti SMS-an dengan cewek sedang PMS).
"Eee Rena? Apa kau merasa tidak nyaman didekatku?"
"Bu....bu...bukanya begitu, ha..ha...hanya saja..........."
"Hanya saja?"
"Se...sebenarnya saya merasa kalau anda adalah orang yang sangat luar biasa, anda bisa mudah untuk berbicara dan bergaul dengan orang lain. Menurut saya itu sangat hebat, karena saya tidak bisa melakukanya"
"E.....Rena apakah cara berbicaramu itu tidak terlalu sopan? Kita ini seumuran lo, panggil saja aku Arya"
"T...t...tapi bukankah tidak sopan langsung memanggil seseorang dengan nama depannya?"
"Pfftt Bwahahahhaha"
Arya tidak bisa menahan tawa mendengar apa yang dikatakan Rena, anak ini sungguh polos. Pasti keluarga angkatnya mendidiknya dengan sangat baik itulah yang dipikirkan Arya pada saat itu, karena Arya tertawa wajah Rena memerah karena malu, ia menunduk menatap sepatunya sambil terus berjalan.
"Muhhh.....karena inilah aku tidak berani berbicara dengan yang lain, apa yang salah dengan cara bicara ku?" gumamnya pelan.
"Hah?"
"Eh??! A..a..apa a..anda mendengar yang saya katakan tadi? T..t..tolong dilupakan saja, saya hanya berbicara sendiri" katanya dengan wajah memerah.
"Hahaha tidak ada yang salah dengan cara bicaramu Rena, hanya saja kita ini temankan? Kau tidak perlu berbicara sesopan itu. Dan juga kita semua ini satu tim, kita semua adalah Elementalist jadi jangan terlalu kaku seperti itu dong" ujar Arya sambil menahan tawa.
"T..t..tapi beginilah saya dididik"
"Kalau begitu biasakanlah"
"Heh?"
"Biasakanlah berbicara dengan orang lain seperti kau berbicara dengan dirimu sendiri sebelumnya"
"T..t..tapi..."
"Tidak apa, kau pasti bisa. Cobalah berbicara dengan para gadis itu terlebih dahulu jika kau belum siap berbicara dengan para lelaki" kata Arya sambil tersenyum.
Rena terdiam mendengar perkataan itu, sepertinya ia sedang menguatkan dirinya untuk mencoba apa yang dikatakan Arya tadi.
"Rena?"
"Hmm?"
"Aku minta maaf ya karena tadi menertawakanmu dan juga karena lancang memanggilmu langsung dengan nama depanmu, aku sungguh minta maaf" kata Arya sambil menempelkan kedua telapak tangannya didepan dada.
"E...e...e t..t..tidak apa-apa, anda tidak perlu meminta maaf. Harusnya saya berterimakasih karena anda telah membantu saya merapikan tanaman teh tadi dan juga memberikan saya saran"
"Syukurlah kalau begitu, tapi Rena apa kau tahu........."
Arya mendekatkan wajahnya pada Rena, Mereka telah sampai didepan tangga menuju asrama.
"Kau itu unik, kau itu seperti tanaman putri malu yang menunjukan dirinya yang sebenarnya saat merasa nyaman dan akan menutup dirinya sendiri saat merasa terusik, menurutku itu sangat manis"
Mata Rena membesar mendengar apa yang dikatakan Arya, lalu Arya melambaikan tangan dan berjalan menaiki tangga menuju asrama laki-laki meninggalkan Rena dengan wajah yang merah padam.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Bagus sekali Tuan Arya, sepertinya tidak sia-sia anda mengurung diri di perpustakaan" kata Pengawas Astral.
Arya baru saja menjawab pertanyaan yang diberikan padanya, sebenarnya dia lengah sehingga Pengawas Astral menyadari kalau dia tertidur di kelas. Karena inilah ia pun harus rela menerima lemparan biji matahari yang sangat keras(Pengawas Astral selalu membawa snack biji matahari(Kuaci)) dan menjawab pertanyaan yang diajukan Pengawas Astral, untunglah dia sudah mempersiapkan diri untuk pelajaran hari itu malam sebelumnya.
"Tapi tetap saja tidak baik tidur di kelas Tuan Arya, walaupun dari yang saya dengar anda sudah berkembang dan sudah bisa mengikuti semua pelajaran dengan baik tapi anda harus terus belajar terutama pada pengendalian Agnet"
"Agnet?" gumam Arya kesal.
Dia memang sudah menguasai hampir semua pelajaran sekarang tapi masalahnya adalah pada Pengetahuan Umum yaitu bagian pengendalian Agnet, dia benci pelajaran ini. Ini sama seperti pelajaran matematika tapi versi para Elementalist. Agnet adalah sebutan untuk tenaga dalam yang digunakanan untuk bertempur, dia tidak menyukai pelajaran ini karena ia harus berusaha mengendalikan Agnet dengan membagi-baginya keseluruh tubuh. Berapa persen ke tangan lah, ke kaki lah,Agnet juga digunakan untuk pengendalian Element dan masih banyak lagi. Hal ini membuatnya frustrasi.
Tapi praktiknya masih lebih baik dari pada pelajaran tentang teori pengendalian Agnet, jika praktik ia masih bisa berusaha untuk mencobanya. Sedangkan di teori ia benar-benar tidak bisa mengikutinya sama sekali, dia memang tidak cocok dengan apapun yang berbau angka-angka.
Setelah ia mempelajarinya sebenarnya kekuatan Elementalist itu sangat sederhana, Kekuatan Elementalist dibagi menjadi 4 tingkatan. Master,Lord,Dragon,dan Slayer. Master adalah puncak kekuatan pengendalian, Lord adalah puncak dari kekuatan fisik, Dragon adalah puncak dari konsentrasi, dan Slayer adalah penggabungan ketiga tingkatan sebelumnya.
Ketika seorang Elementalist bisa mencapai keempat tingkatan tersebutlah baru mereka disebut sebagai Elementalist sempurna, yah...tapi dia hanya membaca teorinya saja disalah satu buku di perpustakaan. Sebenarnya dia sangat yakin jika keempat tingkat kekuatan itu sangat susah dikendalikan dan mempunyai beberapa syarat agar bisa digunakan, dan dia masih belum paham pada bagian itu.
"Baiklah pelajaran sampai disini saja, terimakasih atas perhatianya" ucap Pengawas Astral sambil merapikan bukunya lalu berjalan ke arah pintu.
Mereka semua juga merapikan buku-buku mereka dan bersiap untuk keluar ruangan, tapi tiba-tiba Pengawas Astral berhenti di muka pintu lalu menoleh ke arah mereka.
"Oh iya saya lupa menyampaikan sesuatu, Ujian Elementalist tahap Pertama akan segera dimulai"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Risa(。•̀ᴗ-)✧
bagus bangett
2025-03-01
1
princesB
udah read banyak kali ini novel bagus bgt😻
2023-09-01
1
Ibn Edy
tetap semangat thor
2022-06-02
0