Pertandingan final ini disambut dengan sangat meriah, hal ini terlihat jelas saat Pengawas Astral membuka pertandingan ini dengan menyampaikan beberapa patah kata pada penonton. Arya tidak dapat menangkap apa yang ia katakan, ia terlalu tegang untuk bisa fokus mendengarkan apa yang dikatakan Astral. Sepertinya Astral hanya memberikan perkenalan kepada penonton tentang profil kedua finalis yang bertanding, Arya menduga hal ini dari nada bicaranya dan juga sorakan penonton yang terdengar sesaat setelah namanya atau Zayn disebutkan.
"Kedua Finalis dipersilahkan memasuki Arena"
Teriakan penonton pun semakin meriah, dan dengan kaki yang terasa sangat berat Arya melangkah kedalam arena. Dia melihat sekeliling arena dan mendapati banyak sekali penonton entah kenapa ia merasa penonton pada pertandingan ini jauh lebih banyak dari pada pertandingan-pertandingan sebelumnya, tapi banyak beredar isu yang mengatakan para mantan Pemimpin Negara menyaksikan pertandingan ini.
Diantara teriakan penonton itu, Arya juga mendengar sorakan dari para Elementalist lainnya yang menonton pertandingan itu. Mereka bersorak untuk menyemangati dengan memanggil nama Arya dan Zayn, Arya bisa mendengar dengan jelas suara Elizabeth dan Timothy yang menyemangatinya dengan berapi-api.
"Ayo kak Arya kau pasti bisa, aku sayang padamu!!!"
"Ayo kalahkan dia Arya! Balaskan dendamku!!!"
"Hey! Bisakah kalian tenang sedikit? Gendang telingaku bisa pecah jika berada didekat kalian berdua"
Mendengar bentakan dari Kevin kepada Elizabeth dan Timothy membuat Arya tidak kuasa untuk menahan senyuman diwajahnya, lalu ia melihat lawan tandingnya, Zayn yang mengenakan perlengkapan pertandingannya yang berwarnya hitam. Ia menggunakan sebuah masker yang menyatu dengan pakaianya, ia benar-benar terlihat seperti seorang Assasin atau mungkin Ninja pikir Arya.
Mereka sampai ditengah arena tepat dihadapan Pengawas Astral, Zayn menatap Arya dengan tatapan bertanya. Lalu ia melepas masker yang menutupi hidung dan mulutnya, dengan wajah bingung ia pun bertanya.
"Bagaimana bisa seorang yang bahkan tidak mengetahui kemampuan lawannya tersenyum sebelum bertanding?"
"Apakah kau tidak pernah mendengar bahwa senyum itu adalah ibadah?" Arya balik bertanya.
"Mmm jadi ada yang seperti itu ya? Baguslah kalau begitu" jawabnya sambil tersenyum.
Entah kenapa Arya tidak mengatakan alasan sebenarnya ia tersenyum, ia hanya tidak ingin Zayn tahu bahwa ia gelisah. Karena jika hal itu diketahui, sama saja dia sudah kalah sebelum bertanding, tapi memang kenyataanya ia tidak mengetahui sedikitpun tentang kemampuan Zayn.
Jadi pada pertandingan ini yang harus ia lakukan adalah bertarung dengan semua yang ia punya dan menemukan cara menangani kemampuan Zayn secara langsung setelah melihat dan merasakan dengan tubuhnya sendiri.
"Saya tidak perlu memberitahukan peraturanya lagi bukan? Apakah kalian sudah siap?"
Zayn dengan cepat memasang maskernya lagi dan mengeluarkan senjatanya yang ia pasang dipinggang, inilah kali pertama Arya melihat senjata yang digunakan oleh Zayn. Dia menggunakan Dual Shuriken, dia memegang dua shuriken berukuran sedang dikedua tangannya, ia memutar kedua shuriken itu pada jari-jarinya dengan sangat cekatan. Arya juga dengan segera meraih gagang pedang yang ada dipinggang bagian belakangnya.
"Siap" ucap mereka berdua bersamaan.
"Pertandingan Final antara Arya Frost vs Zayn Black dimulai!!!"
-----------------------------<<>>-----------------------------
Mereka berdua sama-sama tidak bergerak untuk beberapa saat, Arya bisa merasakan kehati-hatian dari Zayn dan juga konsentrasi yang sangat tinggi dari tatapan matanya. Arya merasakan gerakan kecil yang dilakukan Zayn dengan segera ia mencabut pedangnya dan berdiri dengan kuda-kuda siap bertarung.
"Apa kau tidak akan menyerang lebih dulu?" tanya Zayn.
"Aku juga maunya seperti itu, tapi sepertinya melakukan hal itu tidak semudah mengucapkannya" jawab Arya.
"Kalau begitu biarkan aku yang menyerang terlebih dahulu"
Dengan sebuah gerakan kecil Zayn menghentakan kakinya ke tanah, pada awalnya Arya tidak menyadari apa yang terjadi. Ia tersadar setelah mendengar teriakan peringatan dari Timothy, tapi semuanya sudah terlambat. Bayangan dari Zayn sudah mengenai bayangan miliknya dan saat itu terjadi tiba-tiba semuanya gelap.
Arya tidak bisa merasakan apa-apa, tubuhnya seperti mati rasa. Ia juga tidak bisa melihat apa-apa semuanya gelap dan sunyi, mata miliknya tetap terbuka tapi ia tidak bisa melihat apa-apa ia berusaha mengusap matanya dengan tangan dan menoleh ke segala arah tapi tidak membuahkan hasil, lalu ia mendengar bisikan pelan Zayn ditelinganya.
"Loss of Senses"
Dengan cepat Arya menebas ke arah bisikan itu tapi ia tidak mengenai apapun, bisikan itu mulai terdengar kembali. Tapi rasanya sekarang bisikan itu seperti berbicara di kepala Arya.
"Ini adalah salah satu teknik milikku, teknik ini bisa melumpuhkan seluruh indera yang dimiliki oleh targetnya"
Tiba-tiba Arya merasakan hantaman keras pada perutnya, serangan itu membuat ia bertekuk lutut dan susah bernafas. Kemudian beberapa serangan mendarat ke tubuhnya lagi saat ia berusaha berdiri, dalam beberapa menit ia merasakan tubuhnya telah babak belur.
"Maaf Arya, mungkin teknik ini terlihat curang tapi inilah kemampuan milikku, bukankah sangat cocok dengan pekerjaan seorang Assasin?"
Arya terus berusaha berdiri sambil melindungi bagian-bagian vital dari tubuhnya, serangan dari Zayn tidak mengendor sedikit pun. Ia terus menyerang dengan diselangi bisikan-bisikan yang membuat kepala Arya terasa mau pecah.
"Menyerahlah, kau tidak akan bisa lepas dari teknik ini. Apakah kau mau menyerah?"
Arya dengan nafas berat menggelengkan kepalanya.
"Sayang sekali, tapi ini sudah berakhir"
Arya menahan sebuah tendangan yang diarahkan Zayn ke kepalanya, ia memegang pergelangan kaki Zayn dengan tangan kanannya. Dengan sangat sigap Zayn segera menjauh setelah menyadari kakinya diselimuti es, Arya berdiri dengan dikelilingi udara dingin. Dia menghembuskan nafas panjang yang membuat ia semakin dikelilingi oleh kabut tersebut.
"Bagaimana bisa kau?" tanya Zayn.
"Terima kasih karena kau telah memberi ku waktu untuk terlepas dari teknik itu " jawab Arya sambil berbalik badan.
"Tidak kusangka kau akan mematahkan jari kelingkingmu" ucap Zayn tidak percaya.
Jari kelingking milik Arya bergelantung lemah setelah Arya menekuknya dengan sangat kuat agar ia bisa terlepas dari teknik milik Zayn, jari itu sekarang berwarna biru dan membengkak. Rasanya memang sakit tapi itu sepadan dengan hasil yang ia dapatkan, seketika ia mendengar sorakan meriah dari para penonton. Dia juga bisa mendengar dengan jelas teriakan semangat Timothy setelah melihat dirinya berhasil lepas dari kendali Zayn.
"Sebaiknya kau tidak berencana mengendalikan ku lagi Zayn" celetuk Arya tiba-tiba.
"Mmm?"
"Bayangan mu sudah siap berada dibelakangku kan? Maaf tapi hal itu tidak akan berhasil lagi karena aku sudah membekukan semua saraf indera yang aku miliki" ujar Arya sambil menempelkan jembol miliknya di dahi.
"Wah-wah sepertinya ini bukan situasi yang baik" balas Zayn sambil merendahkan tubuhnya dengan sikap siaga.
Dengan cepat Arya menghentakan kakinya ke tanah, dari hentakan itu muncul es dengan ujung runcing yang mengarah ke arah Zayn, Zayn segera berusaha menghindar tetapi serangan itu terlalu cepat. Serangan itu terpecah menjadi dua bagian dan mengelilingi Zayn dan pada akhirnya membuat sebuah dinding es yang memenjara Zayn.
"Tidak akan ku biarkan kau lari" kata Arya pelan.
Arya meloncati dinding itu dan mengayunkan pedang dengan sangat cepat ke arah kepala Zayn, Zayn menahan serangan itu dengan shuriken yang ada di kedua tangannya, Zayn segera melompat menjauh dan melemparkan kedua shurikennya ke arah Arya. Arya menghindari kedua shuriken itu dan tetap mengincar tubuh Zayn dengan pedangnya, tapi tepat sebelum Arya mengenai tubuh Zayn ia terpaksa merunduk karena kedua shuriken milikn Zayn kembali ke arahnya.
"Bagaimana bisa......"
Sebelum Arya menyelesaikan kata-katanya Zayn segera melemparkan satu shuriken ke arahnya, Arya menghindarinya dengan satu langkah kecil tapi tiba-tiba ia menyadari bukan hanya satu shuriken yang mengarah padanya, Zayn tidak membiarkan Arya berpikir ia langsung menerjang ke arah Arya dan disitulah Arya melihat empat sosok Zayn mengarah ke arahnya bersamaan dari empat arah yang berbeda.
Mereka berempat menerjang dan menggores Arya dengan senjata mereka, mereka menangkap shuriken yang mereka lemparkan ke satu sama lain. Arya berada ditengah-tengah keempat Zayn tanpa bisa bergerak ia merasa seperti terikat oleh sesuatu.
"Shadow Clones" ucap Zayn.
Arya berusaha memberontak, lalu ia mengeluarkan hawa dingin dari tubuhnya dan disitulah ia melihat badanya sudah terikat benang-benang dari shuriken milik Zayn.
"Sepertinya kau telat untuk menyadarinya, tapi asal kau tahu benang itu terbuat dari bahan yang sangat kuat dan tidak bisa putus dengan mudah. Dan jika aku menarik benang ini maka ia akan membelit tubuh mu sampai hancur, jadi maukah kau menyerah?"
"Tidak akan" balas Arya dengan lantang.
"Kalau begitu sampai jumpa" ujar Zayn sambil menarik benangnya dengan sekuat tenaga.
Tubuh Arya terbelit dan hancur, tapi tiba-tiba kabut putih muncul saat tubuhnya tercerai berai. Zayn yang melihat itu memicingkan matanya, lalu tiba-tiba terdengar suara dari atas dinding es.
"Mungkin aku tidak bisa membuat banyak, tapi bukan hanya kau yang bisa bisa membuat klon" teriak Arya dari atas dinding.
Seketika sorakan dan tepukan meriah dari para penonton semakin menjadi-jadi, Arya menepukan kedua tangannya dan membuat dinding es itu semakin dekat. Keempat Zayn yang berada di dalam dinding itu semakin terhimpit dan akan remuk jika tidak segera keluar dari sana.
Arya dengan cepat menyadarinya dan segera melompat dari dinding es itu, betul saja ketika Arya baru saja melompat Zayn menghancurkan dinding es itu dengan melemparakan kedua shurikenya ke segala arah sambil mengarahkannya dengan benang. Setelah semua es itu hancur dia segera melesat ke arah Arya dengan mengarah kedua shuriken ke arah leher Arya.
Dengan cekatan Arya memundurkan kepalanya dan melayang tendangan yang tepat mengenai perut dari Zayn, belum selesai Arya dengan cepat membanting Zayn ke lantai dan melakukan kuncian lengan terhadap Zayn. Zayn tidak tinggal diam dia melemparkan shuriken ke arah kepala Arya sehingga Arya terpaksa melepas kunciannya.
Zayn memegangi lengan yang baru saja dikunci oleh Arya, Arya kembali mencabut pedang dari sarungnya.
"Hey Zayn, kau bilang kau sudah dilatih teknik Assasin sejak kecil bukan? Akan ku tunjukan sebuah teknik membunuh yang pernah aku baca" ujar Arya sambil tersenyum.
"Sungguh? Aku tidak sabar melihatnya" jawab Zayn sambil meringis.
"Offshoot Step"
Arya melangkah mengelilingi Zayn dengan pelan, ia melangkah dengan irama yang sama. Seperti yang ia baca dari buku, dan kalau berhasil maka Zayn akan melihat Arya dengan jumlah banyak yang berjalan mengelilingi dirinya, Arya menyadari teknik itu berhasil saat melihat tatapan terkejut dari Zayn. Lalu ia menenangkan dirinya dan menunggu waktu yang tepat.
Ia mulai menyelinap ke belakang Zayn dan menghantamkan dua ayunan pedang kepada kedua lutut Zayn sehingga membuat Zayn bertekuk lutut, ia berputar kehadapan Zayn dan menghantamkan gagang pedang miliknya ke arah dagu Zayn. Zayn pun terlempar ke udara, belum selesasi Arya meluncurkan tendangan atas dengan kaki kananya yang juga mengenai dagu dari Zayn.
Serangan telak itu membuat Zayn terkapar di lantai, Arya dengan waspada tetap memperhatikan Zayn dengan teliti. Ia terduduk di lantai lalu melepas maskernya dan meludahkan darah dari mulutnya.
"Kau benar-benar kuat Arya" ujar Zayn sambil tersenyum
"Kau juga" balas Arya dengan sopan.
"Aku akan serius melawan mu, jadi aku harap kau juga serius" kata Zayn.
Tiba-tiba dari bayangan Arya muncul dua klon bayangan milik Zayn, Arya telat menyadari hal tersebut karena konsentrasinya buyar akibat berbicara dengan Zayn. Kedua klon itu mengikatkan benang di kedua pergelangan tangan Arya, dan menariknya menjauh sehingga Arya berdiri dengan kedua tangan tertarik ke kiri dan ke kanan. Dia tidak bisa bergerak. Lalu satu klon lagi muncul dari belakang Zayn.
"Ini akan menjadi serangan terakhir" ucap Zayn.
Lalu klon tersebut melemparkan Zayn ke udara, ia melayang tinggi diudara lalu aura kegelapan menyelimuti tubuhnya. Dia menyatukan kedua tangannya yang memegang shuriken diatas kepala, lalu mengarahkannya kepada Arya. Ia pun memulai berputar, sehingga serangan itu terlihat seperti sebuah tornado hitam berujung runcing.
"Lawan aku dengan serius Arya, ini adalah serangan terakhir ku, Black Tornado!" teriak Zayn.
Melihat serangan dahsyat yang mengarah padanya, Arya membuang nafas panjang. Dengan seketika benang yang melilit kedua pergelangan tangannya itu membeku, es itu terus mengalir sampai pada klon yang memegangnya, seluruh tubuh kedua klon itu membeku. Arya menarik kedua tanganya dan mengancurkan benang itu beserta kedua klon tersebut, setelah menghancurkan kedua klon Zayn ia mengangkat pedangnya diatas kepala.
Ia memegang pedang itu dengan kedua tanganya, dia menggeser sedikit kakinya dan secara tiba-tiba es menyelubungi kakinya dan membuatnya terlihat seperti menggunakan sepatu dari es. Ia sengaja melakukan hal tersebut untuk memperkuat pijakan kakinya, lalu dia mengendalikan pernafasan dengan tenang dan tepat sebelum serangan mengenai dirinya ia mengayunkan pedangnya kearah depan.
Seketika Black Tornado milik Zayn terhenti, dari ayunan pedang Arya muncul bongkahan es besar yang mengunci kedua lengan Zayn. Bongkahan es itu terbelah akibat Black Tornado milik Zayn tapi serangan itu sangat kuat sampai bisa menghentikan serangan Zayn dan juga menggetarkan arena pertandingan, bongkahan es itu memanjang terus sampai dinding arena.
Zayn tidak bisa bergerak karena kedua lengannya beku akibat serangan itu, sehingga membuatnya menggelantung diudara terlihat seperti orang yang disalib. Arya melihat Zayn dengan tatapan serius. Lalu ia memasukan kembali pedangnya ke sarung dan memasang posisi seakan-akan ingin mencabutnya, ia merendahkan badannya, dengan tangan kanan memegang gagang pedang miliknya. Dia menatap dengan tajam.
"Kau bilang ingin bertarung dengan serius kan? Baiklah, aku tidak menyangkan akan menggunakan teknik ini. teknik ini mungkin memang belum sempurna tapi aku sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk membalas perasaan mu itu"
Lalu Arya menarik nafas panjang.
"Teknik Pedang Aliran Perguruan Shu, Kamaitachi"
Setelah mengatakan itu, tubuh Arya tiba-tiba menghilang. Tubuhnya terlihat lagi diujung arena bersebelahan dengan dinding arena, ia melakukan tebasan dari depan tubuh Zayn hingga dinding arena. Saat ini ia berdiri diapit oleh dua bongkahan es yang ia keluarkan sebelumnya, dia tidak bergerak pose tubuhnya masih seperti orang yang baru saja menayunkan pedang. Lalu setelah beberapa saat ia memutar pedangnya dan memasukan dengan perlahan kesarungnya.
Tepat saat seluruh bagian pedang memasuki sarungnya seketika arena bergetar, muncul angin kencang disekitar arena yang membuat kaca pelindung arena pecah berantakan. Lalu tiba-tiba pada area yang dia lewati saat melakukan tebasan bermunculan banyak sekali bekas tebasan yang tidak terhitung jumlahnya, bahkan kedua bongkahan es besar yang membekukan lengan Zayn hancur menjadi serpihan kecl-kecil. Langit-langit dan juga lantai tidak luput terkena dampak serangan itu.
Bisa dibilang serangan itu menghancurkan hampir 50% dari arena pertandingan, tubuh Zayn yang berada di area yang dilewati Kamaitachi terhentak-hentak beberapa kali di udara seperti terkena serang bertubi-tubi yang tidak terhitung jumlahnya, saat dampak serangan itu berakhir tubuh Zayn pun terjatuh ke lantai. Tapi bukan hanya dia yang terjatuh ke lantai, sang pemilik teknik pun ikut tumbang. Arya terjatuh setelah mengacungkan tangannya ke udara untuk menandakan kemenangannya.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Aku tidak percaya si Bodoh itu mengajarkan kepada Arya teknik itu!" teriak Bianchi kesal.
"Hey, bisakah kau tidak berteriak di dekat terlingaku" balas Astral.
Astral dan Bianchi berada di tribun Pengawas Ujian, tersisa mereka berdua ditempat itu karena delapan Pengawas lainnya bergegas untuk memeriksa keadaan Arya, Zayn, dan juga para penonton. Astral dan Bianchi tidak ikut karena ingin memeriksa rekaman ulang Kamaitachi milik Arya.
"Hey Gio? Jawab aku, bagaimana Arya bisa melakukan teknik itu jika bukan dia yang mengajarkannya?"tanya Bianchi tidak sabaran.
"Tenangkan dirimu Bianchi"
"Bagaimana mungkin aku bisa tenang? Teknik itu terlalu berbahaya dan mempunyai resiko tinggi, akh......aku kesal!!!" ucap Bianchi sambil mengacak-acak rambutnya
"Sepertinya dia tidak mengajarkan teknik ini pada Arya" timpal Astral pelan.
"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Bianchi.
"Teknik ini belum sempurna"
"Lalu? Dari mana Arya bisa mengetahui teknik itu?"
"Entahlah aku juga tidak tahu, tapi aku menemukan sesuatu yang menarik dari pertandingan ini"
"Mmm....? Apa itu?"
"Ternyata orang genius itu belum tentu bisa mengalahkan orang yang berbakat"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Tee
geludnya bagus, tapi sayang, banyak bet asspull-nya. Setidaknya kasih 1 foreshadowing untuk setiap serangan baru dari MC.
2023-07-20
1
In
teknik.a Killua kah?
2022-10-06
1
John Singgih
betul banget pak astral
2021-07-23
1