"Arya? Sampai kapan kita akan menunda untuk memeriksa gua-gua itu?" tanya Asuna dengan nada bosan.
Malam itu mereka berdua sedang duduk dekat api unggun seperti biasanya, entah kenapa ini telah menjadi kebiasaan mereka akhir-akhir ini setelah mereka menyantap makan malam mereka. Arya sedang membersihkan bilah pedangnya agar tidak berkarat, dia mendengar pertanyaan Asuna tapi ia memilih untuk tetap diam dan melanjutkan pekerjaanya.
"Hey Arya? Apa kau mendengarku? Waktu kita hanya tersisa satu minggu lagi lo?"
Arya mengalihkan pandangan dari bilah pedangnya dan menatap Asuna, dia diam untuk beberapa saat. Lalu dia kembali melanjutkan pekerjaanya.
"Hey! Kau sengaja mengacuhkan aku ya?!"
"Belum saatnya" jawab Arya tenang.
"Kenapa?"
"Untuk saat ini lebih baik kita mengumpulkan makanan saja terlebih dahulu untuk bertahan hidup"
"Tapi sekarang kita sudah bisa mendapatkan makanan setiap hari kan? Untuk apa mengumpulkanya kalau begitu?"
"Bukanya sudah jelas? Kita mengumpulkan makanan juga untuk terus melatih kemampuan memanah milik mu, aku tidak ingin kau melakukan hal bodoh seperti saat kita berburu untuk pertama kalinya. Apa kau ingin hal seperti itu terjadi saat kita bertemu Minotaur nanti?"
"Tapi......bukankah kemampuan ku sudah lebih baik?" tanya Asuna terdengar sedikit murung.
Arya merasa sedikit bersalah setelah mendengar perubahaan nada suara Asuna, jujur saja kemampuan Asuna sudah jauh lebih baik dari saat pertama kali mereka berburu. Bahkan sekarang ia sudah mampu memanah ikan-ikan yang yang ada di sungai dari atas tebing setinggi 5 meter tanpa meleset sedikit pun, hal itu menunjukan perkembangan yang sangat luar biasa menurut Arya.
"Belum cukup, bersabarlah sedikit lagi. Kita pasti akan segera pergi memeriksa gua-gua itu, tapi dengan kemampuan mu yang sekarang masih terlalu berbahaya"
"Apa kau mengkhawatirkan ku?" tanya Asuna sambil memelintir rambut hitam miliknya.
Arya hanya diam dan menatapnya dengan tatapan bertanya.
"A...a...apa?! Jangan melihatku seperti itu huuh!" kata Asuna lalu memalingkan wajahnya dengan muka merah padam.
"Jangan kepedean seperti itu dong, dasar" ujar Arya sambil berdiri.
Arya berjalan mendekati Asuna yang masih memalingkan wajah darinya.
"Aku tidak kepede---" ucap Asuna kesal sambil kembali menoleh pada Arya.
Tapi dia tidak berhasil menyelesaikan kata-katanya karena Arya sudah berada dihadapanya dan mengelus-elus kepalanya sambil tersenyum.
"Aku pasti, akan melindungimu"
Mendengar ucapan Arya itu mata Asuna membelalak lalu ia hanya menunduk dengan wajah memerah disertai oleh anggukan kecil pertanda ia menyetujui apa yang Arya katakan tadi.
"Tapi kita belum tahu apa benar-benar ada seekor Minotaur di gua-gua itu kan?" tanya Asuna sambil masih menunduk.
"Tenang saja, aku yakin pasti ada" jawab Arya penuh keyakinan.
"Kenapa kau bisa begitu yakin?" tanya Asuna lagi sambil memberanikan diri mendongak menatap Arya.
"Mmm firasatku berkata seperti itu"
"Hah?"
"Baiklah waktunya istirahat, selamat tidur tuan putri"
"Jangan membuat panggilan-panggilan aneh lagi, dasar" ujar Asuna kesal sambil berdiri.
Asuna berjalan menuju lubang tempat ia biasa beristirahat meninggalkan Arya di luar bersama langit malam bertabur bintang-bintang yang bersinar terang.
-----------------------------<<>>-----------------------------
Arya menatap api unggun dihadapanya sambil merenung, kepalanya penuh dengan banyak pikiran tentang apa yang harus ia lakukan agar dirinya dan Asuna dapat segera lolos dari tahap ini. Sebenarnya dia punya alasan tersendiri untuk menunda memeriksa gua-gua itu, sudah beberapa malam dia dan Asuna merencanakan akan memeriksa gua-gua itu pada pagi berikutnya. Tapi Arya selalu membatalkan rencana tersebut pada keesokan harinya.
Ini bukan tanpa alasan, dia merasakan sesuatu yang aneh setiap malam saat dia terjaga. Ada sesuatu yang terjadi disekitar sini yang mempengaruhi tubuhnya, entah apa itu. Yang jelas ini bukan sesuatu yang bagus karena hanya dia yang merasakanya, dia pernah menanyakan tentang ini pada Asuna tapi si Tuan Putri tukang tidur itu berkata ia tidak merasakan sesuatu yang aneh. Dan menurut Arya hal ini cukup berbahaya, dia memiliki firasat buruk tentang hal ini.
Lamunan Arya pudar ketika tiba-tiba Asuna keluar dari lubang tempat ia beristirahat dengan ekspresi wajah aneh.
"Ah si Tuan Putri tukang ti----eh maksudku Asuna, ada apa?" tanya Arya cepat.
Ia berharap Asuna tidak mendengar apa yang dia katakan barusan.
"Hey Arya?" panggil Asuna pelan.
"Hmm?"
"Apakah kau......"
"Apa? Jangan malu-malu begitu, itu tidak cocok dengan sifat mu" ejek Arya.
"Apa katamu?! Dasar menyebalkan!!!"
"Iya-iya ada apa tuan putri?"
"Aku ingin minta tolong"
"Minta tolong apa? Katakan saja"
"Aku ingin....."
"Hmm?"
Asuna terlihat ragu untuk menyampaikanya pada Arya.
"Aku ingin buang air, bisakah kau mengantarkan ku?" kata Asuna akhirnya sambil tertunduk dengan wajah memerah karena malu.
"Eh?" kata Arya bingung.
"Jangan buat aku mengulanginya lagi dasar bodoh!"
"Ta..ta..tapi Asuna kenapa? Masa kau sudah sebesar ini masih diantar untuk buang air?" tanya Arya menahan tawa.
"Di rumah kan kamar mandinya ada di dalam" gumam Asuna pelan.
"Ah iya aku lupa kau kan seorang Hime-sama"
"Berhenti memanggilku seperti itu brengsek"
"Iya-iya aku antarkan, jangan-jangan kali ini kau mau buang yang besar ya?" goda Arya.
"Aku ingin buang air kecil dasar bodoh........!!!" teriak Asuna sambil memukul-mukul Arya.
Pada akhirnya Arya mengantarkan Asuna untuk buang air kecil walaupun dalam perjalanan Arya tidak lupa menyempatkan diri untuk menggoda Asuna dengan ejekan-ejekan yang Arya yakin pasti membuatnya sangat kesal.
"Kenapa tempatnya jauh sekali sih?" tanya Asuna saat mereka akhirnya sampai ditujuan.
"Maaf saja ya nona, aku tidak ingin mencium bau tidak sedap saat aku terjaga semalaman" jawab Arya sambil menjulurkan lidah.
"Memangnya sebau itu apa?" gumam Asuna pelan.
"Siapa yang tau"
"Ekkhh....Arya.....kalau saja aku sudah boleh menggunakan kekuatanku" geram Asuna.
"Aku akan segera kabur dengan kekuatanku, cepat sana bukannya tadi kau sudah tidak tahan?" balas Arya dengan santai.
"Awas ya, jangan berani-berani untuk mengintip!" peringat Asuna.
"Terimakasih saranya, tapi maaf aku tidak tertarik" kata Arya sambil bersandar pada pohon.
Asuna pun berjalan ke arah sungai dengan wajah masam.
"Jangan lupa disiram ya?" kata Arya sambil terkekeh.
"Tanpa kau beritahu pun pasti aku lakukan" sahut Asuna kesal.
Setelah mendengar suara siraman air Arya menoleh dari balik pohon dan melihat Asuna berjalan kearahnya sambil mengelap tangan.
"Sudah lega?" goda Arya.
"Berisik!" bentak Asuna.
Arya tersenyum melihat kelakuan perempuan itu, tapi senyum itu seketika menghilang saat ia melihat sesuatu yang ada dibelakang Asuna. Arya segera menarik tangan Asuna dan merebahkannya di tanah sehingga mereka berdua tersembunyi dibalik semak-semak, Arya menyekap mulut Asuna dengan sebelah tangan sementara tangan yang satu lagi dia tempelkan pada bibirnya sendiri untuk mengisyaratkan agar Asuna diam.
Awalnya Asuna memberontak tapi setelah ia melihat wajah serius dan isyarat dari Arya ia pun diam, Arya melihat sesuatu, tepatnya seseorang. Dia tidak tahu apakah orang itu laki-laki atau perempuan karena orang itu menggunakan tudung kepala, orang itu meloncat dari pohon ke pohon dengan sangat lincah. Dia seperti menari diantara pepohonan, indah sekali pikir Arya.
Disaat yang bersamaan Asuna yang mulutnya disekap oleh Arya merasakan sesuatu yang lengket dan berlendir menempel pada kulit tangannya dan ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia berontak dan membuat semak-semak tempat mereka bersembunyi bergerak-gerak, tapi itu sudah cukup bagi orang itu untuk menyadari ada seseorang disana. Dengan sigap Arya menahan Asuna dan menyingkirkan cacing tanah pada tangan Asuna.
Tapi semuanya sudah terlambat orang itu telah melihat kearah semak-semak tempat mereka bersembunyi.
"Siapa disana?" teriaknya.
Ia turun dari pepohonan dan berjalan mendekati sungai, dia memicingkan matanya dan menatap ke arah semak-semak yang berada diseberang sungai dengan wajah waspada. Arya melihat wajah orang itu dan yang paling Arya ingat dari orang itu adalah warna matanya yang biru. Tiba-tiba terdengar suara-suara dibelakang orang itu, dia pun menoleh dengan cepat dan kembali melompat ke pepohonan dan menghilang.
Arya baru sadar kalau dari tadi ia menahan nafas saking tegangnya, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskanya dengan lega. Tadi itu bahaya sekali.
"Arya bisakah kau menyingkir dari ku" tanya Asuna pelan.
Arya menunduk melihat Asuna, dia baru sadar bahwa mereka ada diposisi yang sulit dijelaskan. Dengan cepat Arya menjauh sambil mengangkat tangannya.
"Ma...ma...maaf Asuna aku tidak bermaksud" jawab Arya sambil tergagap.
Asuna berusaha menenangkan dirinya dengan menarik nafas dalam-dalam dan berdeham pelan sambil menutup mulutnya dengan tangan kanan.
"Apa itu tadi" tanya Asuna akhirnya.
"Kita harus segera kembali dan sepertinya kita harus mengurungkan niat kita untuk memeriksa gua-gua itu secepatnya" jawab Arya sambil berdiri dan membersihkan celananya.
"Hey jawab aku dulu tadi itu apa?" tanya Asuna lagi.
Arya menarik tangan Asuna agar dia berdiri dan menggandeng tanganya sambil berjalan untuk segera menjauh dari tempat itu.
"Hey Arya, tolong jelaskan situasi kita"
"Elf" gumam Arya pelan.
"Eh? Apa katamu tadi?" tanya Asuna dengan terkejut.
"Kita berada tepat diperbatasan antara Wilayah Netral dengan Wilayah kekuasaan para Elf, dengan kata lain hutan yang berada diseberang sungai itu adalah Wilayah kekuasaan dari ras terkuat. Dan tentu saja kita tidak ingin mencuri perhatian mereka bukan?"
-----------------------------<<>>-----------------------------
Pada akhirnya mereka memutuskan untuk tidak melakukan apapun beberapa hari setelah insiden pertemuan tidak terduga dengan Elf itu, karena Arya khawatir beberapa Elf akan diperintahkan untuk berpatroli disekitar tempat itu akibat kejadian tersebut. Tapi karena tuntutan waktu untuk meyelesaikan misi mereka sesuai dengan waktu yang telah ditentukan mereka berdua pun berangkat memeriksa gua-gua itu saat batas waktu mereka hanya tinggal tersisa 3 hari.
"Aku harap firasat mu tentang adanya Minotaur di gua-gua itu benar" celetuk Asuna.
"Aku juga berharap begitu" sahut Arya.
Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju gua yang telah dilihat Asuna minggu lalu, keduanya telah mengenakan perlengkapan untuk bertarung dan siap kapan saja jika tiba-tiba harus berhadapan dengan Minotaur. Tapi ternyata mereka kurang beruntung karena tidak menemukan apapun di dua gua yang mereka periksa terlebih dahulu, mereka hanya menemukan gua lembab yang penuh dengan bau tidak sedap akibat kotoran kelelawar.
"Ini yang terakhir" kata Asuna saat mereka berdua tepat berada di mulut gua terakhir.
"Iya, mari kita pertaruhkan semuanya di gua terakhir ini" ucap Arya sambil mencabut pedang dari sarungnya.
Mereka berdua saling tatap dan mengangguk bersama-sama lalu berjalan masuk ke dalam gua, mengejutkan ternyata di dalam gua terakhir tersebut mereka tidak menemukan bau tidak sedap dari kotoran kelelawar. Tapi mereka menemukan kerangka-kerangka binatang seperti rusa dan banyak binatang-binatang lainnya di dalam sana.
"Asuna, melihat hal ini aku bisa menyimpulkan dua hal"
"Hmm? Apa itu?"
"Sebenarnya ini lebih seperti kabar baik dan kabar buruk"
"Jangan bertele-tele, cepat beritahu aku"
"Kau ingin mendengar kabar baik terlebih dahulu atau kabar buruk?"
"Terserah, cepat beritahu aku"
"Kabar baiknya adalah tempat ini benar-benar dihuni oleh Minotaur"
"Sungguh? Syukurlah kalau begitu" kata Asuna senang.
"Dan kabar buruknya adalah, sepertinya mereka karnivora"
"Eh?"
Baru saja Arya berkata seperti itu, mereka berdua merasakan ada sesuatu dibelakang punggung mereka. Mereka merasakan nafas panas ditengkuk mereka masing-masing, dengan perlahan dan bersama-sama mereka menoleh kebelakang mereka.
Lalu mereka berdua berteriak sekuat tenaga karena terkejut saat melihat apa yang ada dihadapan mereka, seekor Minotaur dengan tinggi 3 meter dan tubuh penuh dengan otot berdiri dihadapan mereka. Minotaur itu memiliki bulu berwarna kemerahan dan tanduk berwarna hitam, ia juga membawa sebuah kapak perang berukuran besar dengan sebelah tangannya.
Tanpa menunggu apapun lagi si Minotaur mengangkat kapak perangnya dan siap mengayunkan kapak itu ke arah Asuna, dengan sigap Arya menarik Asuna kebelakang dan bersiap dengan pedangnya. Arya menahan ayunan kapak dari Minotaur itu dengan pedangnya, ternyata hantaman itu lebih berat dari yang ia duga sehingga ia harus menggunakan kedua tangan untuk memegang pedang miliknya agar pedang itu dapat menahan kapak perang si Minotaur.
"Asuna kita harus keluar dari sini, tempat ini terlalu sempit" geram Arya dengan gigi menggertak.
Setelah Arya berkata seperti itu Asuna dengan cepat meluncur melalui celah kaki dari Minotaur itu karena tubuh si Minotaur menutupi jalan keluar, setelah Asuna telah berhasil keluar dengan selamat. Arya menghempaskan kapak perang Minotaur tersebut dengan sekuat tenaga, hal ini membuat si Minotaur agak terhuyung-huyung dan kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Arya untuk keluar dari gua dengan cara sama seperti yang Asuna lakukan.
"Asuna siapkan anak panahmu" teriak Arya saat keluar dari gua.
Tanpa Arya suruh Asuna sudah siap dengan panah ditangannya, Minotaur berbulu merah itu dengan cepat menyusul Arya dan Asuna yang telah keluar dari gua. Dia mengeluarkan teriakan perang dari mulutnya, suara teriakan membuat burung-burung disekitar tempat itu terbang berhamburan karena terkejut. Arya dengan cepat berlari ke arah Minotaur itu sambil mengayunkan pedangnya, tapi si Minotaur tidak kalah cepat untuk mengayunkan kapak perang miliknya.
Senjata mereka beradu dengan kecepatan tinggi di udara sehingga menimbulkan percikan api akibat dua logam yang saling bergesekan dengan cepat, Asuna tidak hanya diam saja. ia ikut menyerang Minotaur itu dengan terus menghujankan anak panah ke arahnya, tapi Minotaur itu dengan gesit dan cekatan selalu berhasil menghindari anak panah tersebut.
Arya walaupun lebih unggul dalam kecepatan saat melawan si Minotaur dan berhasil beberapa kali melukai tubuhnya tapi luka-luka itu seperti tidak memiliki pengaruh apapun. Arya menyadari jika tebasan pedangnya terlalu dangkal jika seperti ini terus ia tidak akan bisa memberikan luka fatal pada monster ini, kulit dari monster ini terlalu tebal. Hanya anak panah Asuna yang bisa memberikan luka fatal pada monster ini.
"Asuna apa kau tidak bisa mengenainya?" tanya Arya sambil menghindari serangan dari si Minotaur.
"Apa kau tidak lihat aku sedang berusaha?" jawab Asuna kesal.
"Dia memiliki refleks yang bagus jadi anak panah mu pasti bisa dihindarinya"
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Berdiri dibelakang ku dan ikuti gerakan ku"
"Eh?"
"Lakukan saja"
"Seperti ini?" tanya Asuna setelah berada dibelakang Arya.
"Iya, sekarang arahkan panahnya ke punggungku" sahut Arya sambil masih menghindar dari si Minotaur.
"Ehh?! Apa maksudmu? Jika aku melakukan itu kau bisa terkena juga"
"Ckk tidak ada cara lain, dengan melakukan ini pasti bisa membuat refleksnya terlambat, cepat lakukan saja"
"T...ta..tapi kalau panah ku meleset bagaima---"
"Tenang saja, aku percaya padamu" kata Arya sambil menoleh dan tersenyum ke arahnya.
Setelah melihat itu Asuna tanpa ragu melepaskan anak panah tepat ke arah punggung dari Arya, Arya menggunakan apa yang dia pelajari dari Pengawas Romero. Dia meningkatkan indera pendengaranya agar bisa mendengar desiran angin saat anak panah melesat ke arahnya, dan dengan tepat waktu menghindar. Anak panah itu pun akhirnya menancap pada kulit tebal milik si Minotaur merah itu, monster itu melenguh kesakitan.
"Lanjutkan Asuna" perintah Arya.
Dengan cepat Asuna mengikuti semua gerakan Arya dan melepaskan anak panah miliknya, dengan kata lain Arya menjadi target panah miliknya. Arya lah yang menentukan anak panah itu akan diarahkan ke bagian tubuh Minotaur yang mana, hanya dalam beberapa saat tubuh si Minoataur pun telah penuh dengan anak panah yang menancap. Tapi ia terlihat masih penuh dengan tenaga, Arya pun melakukan sesuatu yang terlintas dipikiranya, ia memanjat tubuh Minotaur itu dengan cepat dan duduk pada bahu monster besar itu.
Ia lalu menusukan pedangnya ke arah mata kanan si Minotaur dan beberapa saat kemudian anak panah dari Asuna menyusul untuk menghancurkan mata kiri dari si Minotaur, setelah kedua bola matanya hancur Minotaur itu mengamuk membabi buta sehingga Arya terlempar dari bahunya.
Dia mendengus dengan kencang lalu berlari sekuat tenaga ke arah Arya sambil mengarahkan tanduk hitamnya, Arya tidak sempat menghindar dan harus terkena tandukan dari si Minotaur yang membuat terpental ke dinding dekat mulut gua. Dia merasa beberapa tulangnya patah akibat serangan itu.
"Jangan mendekat" teriak Arya ketika melihat Asuna ingin mendekatinya.
Minotaur itu kembali melakukan serangan seperti sebelumnya, dia mengejar Arya walalupun ia terus menghindar. Minotaur itu, walaupun matanya telah hancur ia menggunakan penciumanya untuk mengetahui posisi dari Arya.
"Asuna tolong bidik kakinya"
Asuna melakukan seperti Arya suruh, Arya dengan cepat menggiring Minotaur ke arah dinding dekat mulut gua. Minotaur itu masih dengan kekuatan yang tidak ada habisnya mengejar Arya tanpa lelah.
"Sekarang!!!" teriak Arya.
Asuna melepaskan anak panahnya tepat sebelum si Minotaur sampai pada dinding, serangan ini membuatnya sedikit terpincang-pincang dan merusak keseimbangan miliknya. Melihat itu Arya dengan cepat berlari ke arah dinding dan menmpelkan pedang miliknya pada dinding tesebut, akibat dari laju serangan miliknya si Minotaur tidak dapat berhenti dan terus mendekat ke arah pedang yang telah disiapkan Arya pada dinding tersebut. Dan saat si Minotaur hampir sampai Arya mendaki dinding itu dengan kakinya dan melompat ke belakang Minotaur itu, Minotaur itu pun menabrak dinding tersebut dengan kepala tertancap pada pedang milik Arya.
Arya tersengal-sengal akibat pertempurang sengit tadi, tiba-tiba kesadaranya menghilang dan yang terakhir ia lihat adalah Asuna yang berlari ke arahnya sambil memanggil-manggil namanya. Saat ia tersadar ia kepalanya telah dibaringkan dipangkuan Asuna, ia melihat wajah Asuna yang terlihat khawatir dan ada beberapa butir air mata diujung mata perempuan itu.
"Bodoh" katanya setelah melihat Arya siuman.
"Hey apa itu caramu menyapa orang baru saja siuman?" tanya Arya sambil tersenyum.
Asuna hanya diam dan tidak berkata-kata untuk beberapa saat.
"Maaf aku membuat mu khawatir" kata Arya akhirnya sambil bangun dari posisinya.
"A...a...aku tidak mengkhawatirkan mu" balas Asuna.
"Sepertinya kita berhasil"
"Iya, tapi apa kita belum gagal?"
"Tenang saja, jika kita telah gagal pasti kita berdua sudah dikirim kembali"
"Kau benar"
"Baiklah ayo kita kembali ke Elemental City" ucap Arya sambil berdiri.
-----------------------------<<>>-----------------------------
"Aku kira kalian tidak akan datang" sambut Timothy ketika Arya dan Asuna keluar dari portal.
Arya melihatnya dengan tatapan jenuh, lalu menoleh pada Asuna dan bertanya.
"Siapa dia?"
"Aku juga tidak kenal" tambah Asuna
"Hey! Kalian berdua membuat kesepakatan untuk tidak mengenalku ya?"
Sebenarnya Arya cukup senang bertemu dengan Timothy lagi, tapi ini masih terlalu dini untuk mendengarkan celoteh tidak penting darinya.
"Jadi tuan tidak dikenal bisakah kau menjelaskan kondisi saat ini?" tanya Arya.
"Ahh dasar, kalian hampir gagal. Kalian adalah tim ke 4 yang tiba, dengan kata lain kalian tim terakhir yang akan lolos ke tahap selanjutnya"
"Sungguh? Syukurlah kita berhasil" kata Arya melepas nafas lega.
"Lalu siapa yang belum datang?" tanya Asuna.
Pertanyaan Asuna langsung terjawab beberapa detik kemudian ketika portal dekat mereka aktif dan memunculkan dua sosok orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ali dan Selena.
"Ahh sepertinya kami gagal ya?" tanya Selena sambil tertawa lemah.
Ali juga hanya bisa tertunduk lesu.
"Kalian hanya telat beberapa menit, kami juga baru sampai" sahut Asuna.
"Sepertinya kami berdua terlalu asik melakukan banyak hal disana" kata Selena sambil menggaruk kepalanya.
"Melakukan banyak hal? Seperti apa?" tanya Arya.
"Mmm kau tau, membuat saluran air, tempat berteduh, tempat mengumpulkan makan dan masih banyak lagi"
"Ehh Selena? Apa kalian berencana untuk membuat pemukiman penduduk disana?" tanya Arya melihatnya dengan tatapan aneh.
"Ahahaha sepertinya begitu" jawab Selena sambil tertawa.
"Jadi urutanya bagaimana?" tanya Asuna pada Timothy.
"Zayn dan Elizabeth menyelesaikan misi mereka hanya dalam waktu satu minggu, disusul oleh Kevin dan Rena 2 hari setelahnya, lalu aku dan Lexa baru tiba kemarin malam, dan kalian berembat tiba hari ini" jelas Timothy.
"Waahh hebat sekali mereka bisa secepat itu menyelesaikan misinya" ujar Selena kagum.
Arya berpikir bahwa dia dan Asuna juga seharusnya bisa menyelesaikan misi mereka lebih cepat lagi jika saja mereka tidak terjebak diperbatasan wilayah kekuasaan Elf. Lalu Arya melihat Pengawas Astral datang mendekati mereka, ia menundukan badan pada mereka berempat.
"Akhirnya semuanya sudah tiba, bisakah anda memberikan pada saya barang yang anda telah kumpulkan?"
Arya dengan segera memberikan sebuah kantung kulit yang berisi tanduk Minotaur yang telah mereka dapatkan kepada Pengawas Astral.
"Barang yang kalian kumpulkan juga Nona Wave" kata Pengawas Astral pada Selena.
"Eh? Tapi bukanya kami terlambat?" tanya Selena sambil mengeluarkan sebuah kantung kulit juga.
Pengawas Astral hanya tersenyum dan mengambil kantung tersebut dari tangan Selena, ia memberika isyarat pada mereka untuk mengikutinya. Pengawas Astral membawa mereka ke salah satu ruangan tempat mereka biasa latihan, di ruangan itu para Elementalist lainya telah menunggu mereka.
"Baiklah saya akan menjelaskan apa yang harus kalian lakukan selanjutnya" ucap Pengawas Astral setelah mereka semua telah duduk.
"Pertama selamat pada 4 tim yang lolos ke babak berikutnya, delapan Elementalist akan mengikuti babak berikutnya. Dan mulai sekarang kalian bukan tim lagi, mulai sekarang kalian akan bertarung untuk diri kalian sendiri"
Seketika suasana di ruangan itu berubah, mereka semua saling melirik satu sama lain dengan tatapan curiga. Arya tidak terlalu peduli walaupun Asuna juga melakukan hal yang sama padanya.
"Eh.....Pengawas lalu kami berdua harus melakukan apa?" tanya Selena tiba-tiba.
"Ahh Tuan Sand dan Nona Wave, walaupun kalian adalah tim terakhir yang tiba kalian berdua berhasil mengumpulkan barang yang diminta. Dan itu menunjukan kalian hanya kurang beruntung, jadi kalian berdua tetap dapat mengikuti Ujian Elementalist tahap ke 2, tapi tidak bisa berpartisipasi dan mendapatkan hadiah dari Ujian tahap pertama ini"
"Sungguh? Syukurlah, ya kan Ali?" ujar Selena pada Ali.
Mereka berdua terlihat senang setelah mendengar kabar tersebut.
"Tapi, kalian tetap harus menjalani hukuman karena datang paling akhir"
"Eh?!!!"
"Baiklah saya akan menjelaskan babak ke 2 ini, pada babak ini akan terjadi pertarungan 1 lawan 1 antara delapan Elementalist yang tersisa. Pada tahap ini kalian diperbolehkan menggunakan seluruh kemampuan kalian saat bertarung, Saya berharap jangan sampai ada yang terbunuh"
Para Elementalist yang lolos mendengarkan dengan seksama penjelasan Pengawas Astral.
"Kalian diperbolehkan membawa senjata dan sejenisnya, dan siapa yang memenangkan babak ke 2 ini akan dinobatkan sebagai Ketua dari Elementalist generasi ini"
"Aku ingin bertanya Pengawas" kata Arya sambil mengangkat tangan.
"Mmm? Silahkan Tuan Frost"
"Kenapa kami harus bertarung?"
"Karena orang yang paling kuat itu pasti selalu didengarkan oleh yang lainnya" jawab Pengawas Astral tenang.
Arya setuju dengan pendapat itu, tapi jujur saja ia tidak terlalu menyukainya.
"Apa kami harus bertarung dengan para perempuan? Bukankah jika seperti itu kami sedikit lebih unggul dari mereka?" tanya Arya.
"Benar sekali Pengawas, itu sedikit tidak seimbang menurutku" tambah Timothy.
"Menurut saya tidak begitu" jawab Pengawas Astral.
"Apa maksud anda?" tanya Kevin sambil mengernyitkan dahinya.
"Ahh begini sebaiknya kalian para lelaki jangan terlalu meremehkan para perempuan, jika tidak kalian bisa menyesal"
"Apa dasar anda berkata seperti itu?" tanya Arya.
"Mmm karena Ujian Elementalist Tahap 1 babak ke dua yang terdahulu pemenangnya adalah seorang wanita" jawab Pengawas Astral sambil membalas tatapan dari Arya.
"Mmm?"
"Pemenang pertandingan sebelumnya adalan ibu anda, Lyan Frost. Dan dia adalah Pemimpin Elementalist pada generasinya"
Mata Arya membelalak mendengar perkataan itu, apa benar ibunya sehebat itu?.
"Sebaiknya kau tidak terlalu meremehkan kami Aru?" sahut Lexa sambil melihat ke arah Arya.
"Dia benar, aku pasti akan membakar mu. Lihat saja nanti" tambah Asuna.
Arya menghela nafas panjang, dia lupa kalau para Elementalist perempuan ini adalah monster-monster ganas yang siap menyerang kapan saja. jadi sebaiknya ia berhati-hati"
"Baiklah kalau sudah tidak ada pertanyaan lagi, silahkan maju ke depan sini dan ambil nomer undian yang ada didalam kotak yang ada didepan saya ini" kata Pengawas Astral.
Satu persatu dari mereka maju dan mengambil secarik kertas dari kotak tersebut, saat giliran Arya tiba ia berjalan dengan santai. Tapi langkahnya terhenti saat melewati Asuna.
"Aku pasti akan mengalahkan mu" kata Asuna padanya.
"Sungguh? Apa kau benar-benar berpikir kau bisa mengalahkan aku BAKASUNA?" ejek Arya.
"Lihat saja nanti jika bertemu bertemu dalam pertandingan ini, akan aku hanguskan kau"
"Hahaha aku sudah tidak sabar menantikanya, berjuanglah" kata Arya sambil tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
Setelah mereka semua mendapatkan nomer undian, Pengawas Astral membuat bagan untuk mereka dan mengisi nomer pada bagan itu yang terdiri dari angka 1 sampai dengan 8.
"Baiklah semuanya sudah mendapat nomernya kan? Mari kita lihat siapa yang akan bertarung di pertandingan pertama, silahkan nomer urut 1 dan 2 tunjukan nomer kalian"
Langsung saja pemilik nomer 1 dan 2 mengangkat nomer mereka tinggi-tinggi. Mata Pengawas membesar melihat siapa pemilik dua nomer tersebut menandakan bahwa ia agak sedikit terkejut, lalu dia tersenyum kecil.
"Pertandingan pertama Ujian Elementalist tahap 1 babak yang ke 2, Elizabeth Light vs Arya Frost"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Ibn Edy
semangat terus thor
2022-06-02
0
John Singgih
lanjut ke babak selanjutnya & kerjasama yang sukses antara Asuna dengan arya
2021-07-23
1
Doel Dz
Inspirasinya scene minotaur pasti dari Episode pas awal Kiritod nunjukkin Skill Dual Sword~ wooh pas beud lawannya Buanteng~
2021-04-16
1