Chapter 11 - Akhir Babak Pertama

"Arya? Sampai kapan kita akan menunda untuk memeriksa gua-gua itu?" tanya Asuna dengan nada bosan.

Malam itu mereka berdua sedang duduk dekat api unggun seperti biasanya, entah kenapa ini telah menjadi kebiasaan mereka akhir-akhir ini setelah mereka menyantap makan malam mereka. Arya sedang membersihkan bilah pedangnya agar tidak berkarat, dia mendengar pertanyaan Asuna tapi ia memilih untuk tetap diam dan melanjutkan pekerjaanya.

"Hey Arya? Apa kau mendengarku? Waktu kita hanya tersisa satu minggu lagi lo?"

Arya mengalihkan pandangan dari bilah pedangnya dan menatap Asuna, dia diam untuk beberapa saat. Lalu dia kembali melanjutkan pekerjaanya.

"Hey! Kau sengaja mengacuhkan aku ya?!"

"Belum saatnya" jawab Arya tenang.

"Kenapa?"

"Untuk saat ini lebih baik kita mengumpulkan makanan saja terlebih dahulu untuk bertahan hidup"

"Tapi sekarang kita sudah bisa mendapatkan makanan setiap hari kan? Untuk apa mengumpulkanya kalau begitu?"

"Bukanya sudah jelas? Kita mengumpulkan makanan juga untuk terus melatih kemampuan memanah milik mu, aku tidak ingin kau melakukan hal bodoh seperti saat kita berburu untuk pertama kalinya. Apa kau ingin hal seperti itu terjadi saat kita bertemu Minotaur nanti?"

"Tapi......bukankah kemampuan ku sudah lebih baik?" tanya Asuna terdengar sedikit murung.

Arya merasa sedikit bersalah setelah mendengar perubahaan nada suara Asuna, jujur saja kemampuan Asuna sudah jauh lebih baik dari saat pertama kali mereka berburu. Bahkan sekarang ia sudah mampu memanah ikan-ikan yang yang ada di sungai dari atas tebing setinggi 5 meter tanpa meleset sedikit pun, hal itu menunjukan perkembangan yang sangat luar biasa menurut Arya.

"Belum cukup, bersabarlah sedikit lagi. Kita pasti akan segera pergi memeriksa gua-gua itu, tapi dengan kemampuan mu yang sekarang masih terlalu berbahaya"

"Apa kau mengkhawatirkan ku?" tanya Asuna sambil memelintir rambut hitam miliknya.

Arya hanya diam dan menatapnya dengan tatapan bertanya.

"A...a...apa?! Jangan melihatku seperti itu huuh!" kata Asuna lalu memalingkan wajahnya dengan muka merah padam.

"Jangan kepedean seperti itu dong, dasar" ujar Arya sambil berdiri.

Arya berjalan mendekati Asuna yang masih memalingkan wajah darinya.

"Aku tidak kepede---" ucap Asuna kesal sambil kembali menoleh pada Arya.

Tapi dia tidak berhasil menyelesaikan kata-katanya karena Arya sudah berada dihadapanya dan mengelus-elus kepalanya sambil tersenyum.

"Aku pasti, akan melindungimu"

Mendengar ucapan Arya itu mata Asuna membelalak lalu ia hanya menunduk dengan wajah memerah disertai oleh anggukan kecil pertanda ia menyetujui apa yang Arya katakan tadi.

"Tapi kita belum tahu apa benar-benar ada seekor Minotaur di gua-gua itu kan?" tanya Asuna sambil masih menunduk.

"Tenang saja, aku yakin pasti ada" jawab Arya penuh keyakinan.

"Kenapa kau bisa begitu yakin?" tanya Asuna lagi sambil memberanikan diri mendongak menatap Arya.

"Mmm firasatku berkata seperti itu"

"Hah?"

"Baiklah waktunya istirahat, selamat tidur tuan putri"

"Jangan membuat panggilan-panggilan aneh lagi, dasar" ujar Asuna kesal sambil berdiri.

Asuna berjalan menuju lubang tempat ia biasa beristirahat meninggalkan Arya di luar bersama langit malam bertabur bintang-bintang yang bersinar terang.

-----------------------------<<>>-----------------------------

Arya menatap api unggun dihadapanya sambil merenung, kepalanya penuh dengan banyak pikiran tentang apa yang harus ia lakukan agar dirinya dan Asuna dapat segera lolos dari tahap ini. Sebenarnya dia punya alasan tersendiri untuk menunda memeriksa gua-gua itu, sudah beberapa malam dia dan Asuna merencanakan akan memeriksa gua-gua itu pada pagi berikutnya. Tapi Arya selalu membatalkan rencana tersebut pada keesokan harinya.

Ini bukan tanpa alasan, dia merasakan sesuatu yang aneh setiap malam saat dia terjaga. Ada sesuatu yang terjadi disekitar sini yang mempengaruhi tubuhnya, entah apa itu. Yang jelas ini bukan sesuatu yang bagus karena hanya dia yang merasakanya, dia pernah menanyakan tentang ini pada Asuna tapi si Tuan Putri tukang tidur itu berkata ia tidak merasakan sesuatu yang aneh. Dan menurut Arya hal ini cukup berbahaya, dia memiliki firasat buruk tentang hal ini.

Lamunan Arya pudar ketika tiba-tiba Asuna keluar dari lubang tempat ia beristirahat dengan ekspresi wajah aneh.

"Ah si Tuan Putri tukang ti----eh maksudku Asuna, ada apa?" tanya Arya cepat.

Ia berharap Asuna tidak mendengar apa yang dia katakan barusan.

"Hey Arya?" panggil Asuna pelan.

"Hmm?"

"Apakah kau......"

"Apa? Jangan malu-malu begitu, itu tidak cocok dengan sifat mu" ejek Arya.

"Apa katamu?! Dasar menyebalkan!!!"

"Iya-iya ada apa tuan putri?"

"Aku ingin minta tolong"

"Minta tolong apa? Katakan saja"

"Aku ingin....."

"Hmm?"

Asuna terlihat ragu untuk menyampaikanya pada Arya.

"Aku ingin buang air, bisakah kau mengantarkan ku?" kata Asuna akhirnya sambil tertunduk dengan wajah memerah karena malu.

"Eh?" kata Arya bingung.

"Jangan buat aku mengulanginya lagi dasar bodoh!"

"Ta..ta..tapi Asuna kenapa? Masa kau sudah sebesar ini masih diantar untuk buang air?" tanya Arya menahan tawa.

"Di rumah kan kamar mandinya ada di dalam" gumam Asuna pelan.

"Ah iya aku lupa kau kan seorang Hime-sama"

"Berhenti memanggilku seperti itu brengsek"

"Iya-iya aku antarkan, jangan-jangan kali ini kau mau buang yang besar ya?" goda Arya.

"Aku ingin buang air kecil dasar bodoh........!!!" teriak Asuna sambil memukul-mukul Arya.

Pada akhirnya Arya mengantarkan Asuna untuk buang air kecil walaupun dalam perjalanan Arya tidak lupa menyempatkan diri untuk menggoda Asuna dengan ejekan-ejekan yang Arya yakin pasti membuatnya sangat kesal.

"Kenapa tempatnya jauh sekali sih?" tanya Asuna saat mereka akhirnya sampai ditujuan.

"Maaf saja ya nona, aku tidak ingin mencium bau tidak sedap saat aku terjaga semalaman" jawab Arya sambil menjulurkan lidah.

"Memangnya sebau itu apa?" gumam Asuna pelan.

"Siapa yang tau"

"Ekkhh....Arya.....kalau saja aku sudah boleh menggunakan kekuatanku" geram Asuna.

"Aku akan segera kabur dengan kekuatanku, cepat sana bukannya tadi kau sudah tidak tahan?" balas Arya dengan santai.

"Awas ya, jangan berani-berani untuk mengintip!" peringat Asuna.

"Terimakasih saranya, tapi maaf aku tidak tertarik" kata Arya sambil bersandar pada pohon.

Asuna pun berjalan ke arah sungai dengan wajah masam.

"Jangan lupa disiram ya?" kata Arya sambil terkekeh.

"Tanpa kau beritahu pun pasti aku lakukan" sahut Asuna kesal.

Setelah mendengar suara siraman air Arya menoleh dari balik pohon dan melihat Asuna berjalan kearahnya sambil mengelap tangan.

"Sudah lega?" goda Arya.

"Berisik!" bentak Asuna.

Arya tersenyum melihat kelakuan perempuan itu, tapi senyum itu seketika menghilang saat ia melihat sesuatu yang ada dibelakang Asuna. Arya segera menarik tangan Asuna dan merebahkannya di tanah sehingga mereka berdua tersembunyi dibalik semak-semak, Arya menyekap mulut Asuna dengan sebelah tangan sementara tangan yang satu lagi dia tempelkan pada bibirnya sendiri untuk mengisyaratkan agar Asuna diam.

Awalnya Asuna memberontak tapi setelah ia melihat wajah serius dan isyarat dari Arya ia pun diam, Arya melihat sesuatu, tepatnya seseorang. Dia tidak tahu apakah orang itu laki-laki atau perempuan karena orang itu menggunakan tudung kepala, orang itu meloncat dari pohon ke pohon dengan sangat lincah. Dia seperti menari diantara pepohonan, indah sekali pikir Arya.

Disaat yang bersamaan Asuna yang mulutnya disekap oleh Arya merasakan sesuatu yang lengket dan berlendir menempel pada kulit tangannya dan ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia berontak dan membuat semak-semak tempat mereka bersembunyi bergerak-gerak, tapi itu sudah cukup bagi orang itu untuk menyadari ada seseorang disana. Dengan sigap Arya menahan Asuna dan menyingkirkan cacing tanah pada tangan Asuna.

Tapi semuanya sudah terlambat orang itu telah melihat kearah semak-semak tempat mereka bersembunyi.

"Siapa disana?" teriaknya.

Ia turun dari pepohonan dan berjalan mendekati sungai, dia memicingkan matanya dan menatap ke arah semak-semak yang berada diseberang sungai dengan wajah waspada. Arya melihat wajah orang itu dan yang paling Arya ingat dari orang itu adalah warna matanya yang biru. Tiba-tiba terdengar suara-suara dibelakang orang itu, dia pun menoleh dengan cepat dan kembali melompat ke pepohonan dan menghilang.

Arya baru sadar kalau dari tadi ia menahan nafas saking tegangnya, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskanya dengan lega. Tadi itu bahaya sekali.

"Arya bisakah kau menyingkir dari ku" tanya Asuna pelan.

Arya menunduk melihat Asuna, dia baru sadar bahwa mereka ada diposisi yang sulit dijelaskan. Dengan cepat Arya menjauh sambil mengangkat tangannya.

"Ma...ma...maaf Asuna aku tidak bermaksud" jawab Arya sambil tergagap.

Asuna berusaha menenangkan dirinya dengan menarik nafas dalam-dalam dan berdeham pelan sambil menutup mulutnya dengan tangan kanan.

"Apa itu tadi" tanya Asuna akhirnya.

"Kita harus segera kembali dan sepertinya kita harus mengurungkan niat kita untuk memeriksa gua-gua itu secepatnya" jawab Arya sambil berdiri dan membersihkan celananya.

"Hey jawab aku dulu tadi itu apa?" tanya Asuna lagi.

Arya menarik tangan Asuna agar dia berdiri dan menggandeng tanganya sambil berjalan untuk segera menjauh dari tempat itu.

"Hey Arya, tolong jelaskan situasi kita"

"Elf" gumam Arya pelan.

"Eh? Apa katamu tadi?" tanya Asuna dengan terkejut.

"Kita berada tepat diperbatasan antara Wilayah Netral dengan Wilayah kekuasaan para Elf, dengan kata lain hutan yang berada diseberang sungai itu adalah Wilayah kekuasaan dari ras terkuat. Dan tentu saja kita tidak ingin mencuri perhatian mereka bukan?"

-----------------------------<<>>-----------------------------

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk tidak melakukan apapun beberapa hari setelah insiden pertemuan tidak terduga dengan Elf itu, karena Arya khawatir beberapa Elf akan diperintahkan untuk berpatroli disekitar tempat itu akibat kejadian tersebut. Tapi karena tuntutan waktu untuk meyelesaikan misi mereka sesuai dengan waktu yang telah ditentukan mereka berdua pun berangkat memeriksa gua-gua itu saat batas waktu mereka hanya tinggal tersisa 3 hari.

"Aku harap firasat mu tentang adanya Minotaur di gua-gua itu benar" celetuk Asuna.

"Aku juga berharap begitu" sahut Arya.

Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju gua yang telah dilihat Asuna minggu lalu, keduanya telah mengenakan perlengkapan untuk bertarung dan siap kapan saja jika tiba-tiba harus berhadapan dengan Minotaur. Tapi ternyata mereka kurang beruntung karena tidak menemukan apapun di dua gua yang mereka periksa terlebih dahulu, mereka hanya menemukan gua lembab yang penuh dengan bau tidak sedap akibat kotoran kelelawar.

"Ini yang terakhir" kata Asuna saat mereka berdua tepat berada di mulut gua terakhir.

"Iya, mari kita pertaruhkan semuanya di gua terakhir ini" ucap Arya sambil mencabut pedang dari sarungnya.

Mereka berdua saling tatap dan mengangguk bersama-sama lalu berjalan masuk ke dalam gua, mengejutkan ternyata di dalam gua terakhir tersebut mereka tidak menemukan bau tidak sedap dari kotoran kelelawar. Tapi mereka menemukan kerangka-kerangka binatang seperti rusa dan banyak binatang-binatang lainnya di dalam sana.

"Asuna, melihat hal ini aku bisa menyimpulkan dua hal"

"Hmm? Apa itu?"

"Sebenarnya ini lebih seperti kabar baik dan kabar buruk"

"Jangan bertele-tele, cepat beritahu aku"

"Kau ingin mendengar kabar baik terlebih dahulu atau kabar buruk?"

"Terserah, cepat beritahu aku"

"Kabar baiknya adalah tempat ini benar-benar dihuni oleh Minotaur"

"Sungguh? Syukurlah kalau begitu" kata Asuna senang.

"Dan kabar buruknya adalah, sepertinya mereka karnivora"

"Eh?"

Baru saja Arya berkata seperti itu, mereka berdua merasakan ada sesuatu dibelakang punggung mereka. Mereka merasakan nafas panas ditengkuk mereka masing-masing, dengan perlahan dan bersama-sama mereka menoleh kebelakang mereka.

Lalu mereka berdua berteriak sekuat tenaga karena terkejut saat melihat apa yang ada dihadapan mereka, seekor Minotaur dengan tinggi 3 meter dan tubuh penuh dengan otot berdiri dihadapan mereka. Minotaur itu memiliki bulu berwarna kemerahan dan tanduk berwarna hitam, ia juga membawa sebuah kapak perang berukuran besar dengan sebelah tangannya.

Tanpa menunggu apapun lagi si Minotaur mengangkat kapak perangnya dan siap mengayunkan kapak itu ke arah Asuna, dengan sigap Arya menarik Asuna kebelakang dan bersiap dengan pedangnya. Arya menahan ayunan kapak dari Minotaur itu dengan pedangnya, ternyata hantaman itu lebih berat dari yang ia duga sehingga ia harus menggunakan kedua tangan untuk memegang pedang miliknya agar pedang itu dapat menahan kapak perang si Minotaur.

"Asuna kita harus keluar dari sini, tempat ini terlalu sempit" geram Arya dengan gigi menggertak.

Setelah Arya berkata seperti itu Asuna dengan cepat meluncur melalui celah kaki dari Minotaur itu karena tubuh si Minotaur menutupi jalan keluar, setelah Asuna telah berhasil keluar dengan selamat. Arya menghempaskan kapak perang Minotaur tersebut dengan sekuat tenaga, hal ini membuat si Minotaur agak terhuyung-huyung dan kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Arya untuk keluar dari gua dengan cara sama seperti yang Asuna lakukan.

"Asuna siapkan anak panahmu" teriak Arya saat keluar dari gua.

Tanpa Arya suruh Asuna sudah siap dengan panah ditangannya, Minotaur berbulu merah itu dengan cepat menyusul Arya dan Asuna yang telah keluar dari gua. Dia mengeluarkan teriakan perang dari mulutnya, suara teriakan membuat burung-burung disekitar tempat itu terbang berhamburan karena terkejut. Arya dengan cepat berlari ke arah Minotaur itu sambil mengayunkan pedangnya, tapi si Minotaur tidak kalah cepat untuk mengayunkan kapak perang miliknya.

Senjata mereka beradu dengan kecepatan tinggi di udara sehingga menimbulkan percikan api akibat dua logam yang saling bergesekan dengan cepat, Asuna tidak hanya diam saja. ia ikut menyerang Minotaur itu dengan terus menghujankan anak panah ke arahnya, tapi Minotaur itu dengan gesit dan cekatan selalu berhasil menghindari anak panah tersebut.

Arya walaupun lebih unggul dalam kecepatan saat melawan si Minotaur dan berhasil beberapa kali melukai tubuhnya tapi luka-luka itu seperti tidak memiliki pengaruh apapun. Arya menyadari jika tebasan pedangnya terlalu dangkal jika seperti ini terus ia tidak akan bisa memberikan luka fatal pada monster ini, kulit dari monster ini terlalu tebal. Hanya anak panah Asuna yang bisa memberikan luka fatal pada monster ini.

"Asuna apa kau tidak bisa mengenainya?" tanya Arya sambil menghindari serangan dari si Minotaur.

"Apa kau tidak lihat aku sedang berusaha?" jawab Asuna kesal.

"Dia memiliki refleks yang bagus jadi anak panah mu pasti bisa dihindarinya"

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Berdiri dibelakang ku dan ikuti gerakan ku"

"Eh?"

"Lakukan saja"

"Seperti ini?" tanya Asuna setelah berada dibelakang Arya.

"Iya, sekarang arahkan panahnya ke punggungku" sahut Arya sambil masih menghindar dari si Minotaur.

"Ehh?! Apa maksudmu? Jika aku melakukan itu kau bisa terkena juga"

"Ckk tidak ada cara lain, dengan melakukan ini pasti bisa membuat refleksnya terlambat, cepat lakukan saja"

"T...ta..tapi kalau panah ku meleset bagaima---"

"Tenang saja, aku percaya padamu" kata Arya sambil menoleh dan tersenyum ke arahnya.

Setelah melihat itu Asuna tanpa ragu melepaskan anak panah tepat ke arah punggung dari Arya, Arya menggunakan apa yang dia pelajari dari Pengawas Romero. Dia meningkatkan indera pendengaranya agar bisa mendengar desiran angin saat anak panah melesat ke arahnya, dan dengan tepat waktu menghindar. Anak panah itu pun akhirnya menancap pada kulit tebal milik si Minotaur merah itu, monster itu melenguh kesakitan.

"Lanjutkan Asuna" perintah Arya.

Dengan cepat Asuna mengikuti semua gerakan Arya dan melepaskan anak panah miliknya, dengan kata lain Arya menjadi target panah miliknya. Arya lah yang menentukan anak panah itu akan diarahkan ke bagian tubuh Minotaur yang mana, hanya dalam beberapa saat tubuh si Minoataur pun telah penuh dengan anak panah yang menancap. Tapi ia terlihat masih penuh dengan tenaga, Arya pun melakukan sesuatu yang terlintas dipikiranya, ia memanjat tubuh Minotaur itu dengan cepat dan duduk pada bahu monster besar itu.

Ia lalu menusukan pedangnya ke arah mata kanan si Minotaur dan beberapa saat kemudian anak panah dari Asuna menyusul untuk menghancurkan mata kiri dari si Minotaur, setelah kedua bola matanya hancur Minotaur itu mengamuk membabi buta sehingga Arya terlempar dari bahunya.

Dia mendengus dengan kencang lalu berlari sekuat tenaga ke arah Arya sambil mengarahkan tanduk hitamnya, Arya tidak sempat menghindar dan harus terkena tandukan dari si Minotaur yang membuat terpental ke dinding dekat mulut gua. Dia merasa beberapa tulangnya patah akibat serangan itu.

"Jangan mendekat" teriak Arya ketika melihat Asuna ingin mendekatinya.

Minotaur itu kembali melakukan serangan seperti sebelumnya, dia mengejar Arya walalupun ia terus menghindar. Minotaur itu, walaupun matanya telah hancur ia menggunakan penciumanya untuk mengetahui posisi dari Arya.

"Asuna tolong bidik kakinya"

Asuna melakukan seperti Arya suruh, Arya dengan cepat menggiring Minotaur ke arah dinding dekat mulut gua. Minotaur itu masih dengan kekuatan yang tidak ada habisnya mengejar Arya tanpa lelah.

"Sekarang!!!" teriak Arya.

Asuna melepaskan anak panahnya tepat sebelum si Minotaur sampai pada dinding, serangan ini membuatnya sedikit terpincang-pincang dan merusak keseimbangan miliknya. Melihat itu Arya dengan cepat berlari ke arah dinding dan menmpelkan pedang miliknya pada dinding tesebut, akibat dari laju serangan miliknya si Minotaur tidak dapat berhenti dan terus mendekat ke arah pedang yang telah disiapkan Arya pada dinding tersebut. Dan saat si Minotaur hampir sampai Arya mendaki dinding itu dengan kakinya dan melompat ke belakang Minotaur itu, Minotaur itu pun menabrak dinding tersebut dengan kepala tertancap pada pedang milik Arya.

Arya tersengal-sengal akibat pertempurang sengit tadi, tiba-tiba kesadaranya menghilang dan yang terakhir ia lihat adalah Asuna yang berlari ke arahnya sambil memanggil-manggil namanya. Saat ia tersadar ia kepalanya telah dibaringkan dipangkuan Asuna, ia melihat wajah Asuna yang terlihat khawatir dan ada beberapa butir air mata diujung mata perempuan itu.

"Bodoh" katanya setelah melihat Arya siuman.

"Hey apa itu caramu menyapa orang baru saja siuman?" tanya Arya sambil tersenyum.

Asuna hanya diam dan tidak berkata-kata untuk beberapa saat.

"Maaf aku membuat mu khawatir" kata Arya akhirnya sambil bangun dari posisinya.

"A...a...aku tidak mengkhawatirkan mu" balas Asuna.

"Sepertinya kita berhasil"

"Iya, tapi apa kita belum gagal?"

"Tenang saja, jika kita telah gagal pasti kita berdua sudah dikirim kembali"

"Kau benar"

"Baiklah ayo kita kembali ke Elemental City" ucap Arya sambil berdiri.

-----------------------------<<>>-----------------------------

"Aku kira kalian tidak akan datang" sambut Timothy ketika Arya dan Asuna keluar dari portal.

Arya melihatnya dengan tatapan jenuh, lalu menoleh pada Asuna dan bertanya.

"Siapa dia?"

"Aku juga tidak kenal" tambah Asuna

"Hey! Kalian berdua membuat kesepakatan untuk tidak mengenalku ya?"

Sebenarnya Arya cukup senang bertemu dengan Timothy lagi, tapi ini masih terlalu dini untuk mendengarkan celoteh tidak penting darinya.

"Jadi tuan tidak dikenal bisakah kau menjelaskan kondisi saat ini?" tanya Arya.

"Ahh dasar, kalian hampir gagal. Kalian adalah tim ke 4 yang tiba, dengan kata lain kalian tim terakhir yang akan lolos ke tahap selanjutnya"

"Sungguh? Syukurlah kita berhasil" kata Arya melepas nafas lega.

"Lalu siapa yang belum datang?" tanya Asuna.

Pertanyaan Asuna langsung terjawab beberapa detik kemudian ketika portal dekat mereka aktif dan memunculkan dua sosok orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ali dan Selena.

"Ahh sepertinya kami gagal ya?" tanya Selena sambil tertawa lemah.

Ali juga hanya bisa tertunduk lesu.

"Kalian hanya telat beberapa menit, kami juga baru sampai" sahut Asuna.

"Sepertinya kami berdua terlalu asik melakukan banyak hal disana" kata Selena sambil menggaruk kepalanya.

"Melakukan banyak hal? Seperti apa?" tanya Arya.

"Mmm kau tau, membuat saluran air, tempat berteduh, tempat mengumpulkan makan dan masih banyak lagi"

"Ehh Selena? Apa kalian berencana untuk membuat pemukiman penduduk disana?" tanya Arya melihatnya dengan tatapan aneh.

"Ahahaha sepertinya begitu" jawab Selena sambil tertawa.

"Jadi urutanya bagaimana?" tanya Asuna pada Timothy.

"Zayn dan Elizabeth menyelesaikan misi mereka hanya dalam waktu satu minggu, disusul oleh Kevin dan Rena 2 hari setelahnya, lalu aku dan Lexa baru tiba kemarin malam, dan kalian berembat tiba hari ini" jelas Timothy.

"Waahh hebat sekali mereka bisa secepat itu menyelesaikan misinya" ujar Selena kagum.

Arya berpikir bahwa dia dan Asuna juga seharusnya bisa menyelesaikan misi mereka lebih cepat lagi jika saja mereka tidak terjebak diperbatasan wilayah kekuasaan Elf. Lalu Arya melihat Pengawas Astral datang mendekati mereka, ia menundukan badan pada mereka berempat.

"Akhirnya semuanya sudah tiba, bisakah anda memberikan pada saya barang yang anda telah kumpulkan?"

Arya dengan segera memberikan sebuah kantung kulit yang berisi tanduk Minotaur yang telah mereka dapatkan kepada Pengawas Astral.

"Barang yang kalian kumpulkan juga Nona Wave" kata Pengawas Astral pada Selena.

"Eh? Tapi bukanya kami terlambat?" tanya Selena sambil mengeluarkan sebuah kantung kulit juga.

Pengawas Astral hanya tersenyum dan mengambil kantung tersebut dari tangan Selena, ia memberika isyarat pada mereka untuk mengikutinya. Pengawas Astral membawa mereka ke salah satu ruangan tempat mereka biasa latihan, di ruangan itu para Elementalist lainya telah menunggu mereka.

"Baiklah saya akan menjelaskan apa yang harus kalian lakukan selanjutnya" ucap Pengawas Astral setelah mereka semua telah duduk.

"Pertama selamat pada 4 tim yang lolos ke babak berikutnya, delapan Elementalist akan mengikuti babak berikutnya. Dan mulai sekarang kalian bukan tim lagi, mulai sekarang kalian akan bertarung untuk diri kalian sendiri"

Seketika suasana di ruangan itu berubah, mereka semua saling melirik satu sama lain dengan tatapan curiga. Arya tidak terlalu peduli walaupun Asuna juga melakukan hal yang sama padanya.

"Eh.....Pengawas lalu kami berdua harus melakukan apa?" tanya Selena tiba-tiba.

"Ahh Tuan Sand dan Nona Wave, walaupun kalian adalah tim terakhir yang tiba kalian berdua berhasil mengumpulkan barang yang diminta. Dan itu menunjukan kalian hanya kurang beruntung, jadi kalian berdua tetap dapat mengikuti Ujian Elementalist tahap ke 2, tapi tidak bisa berpartisipasi dan mendapatkan hadiah dari Ujian tahap pertama ini"

"Sungguh? Syukurlah, ya kan Ali?" ujar Selena pada Ali.

Mereka berdua terlihat senang setelah mendengar kabar tersebut.

"Tapi, kalian tetap harus menjalani hukuman karena datang paling akhir"

"Eh?!!!"

"Baiklah saya akan menjelaskan babak ke 2 ini, pada babak ini akan terjadi pertarungan 1 lawan 1 antara delapan Elementalist yang tersisa. Pada tahap ini kalian diperbolehkan menggunakan seluruh kemampuan kalian saat bertarung, Saya berharap jangan sampai ada yang terbunuh"

Para Elementalist yang lolos mendengarkan dengan seksama penjelasan Pengawas Astral.

"Kalian diperbolehkan membawa senjata dan sejenisnya, dan siapa yang memenangkan babak ke 2 ini akan dinobatkan sebagai Ketua dari Elementalist generasi ini"

"Aku ingin bertanya Pengawas" kata Arya sambil mengangkat tangan.

"Mmm? Silahkan Tuan Frost"

"Kenapa kami harus bertarung?"

"Karena orang yang paling kuat itu pasti selalu didengarkan oleh yang lainnya" jawab Pengawas Astral tenang.

Arya setuju dengan pendapat itu, tapi jujur saja ia tidak terlalu menyukainya.

"Apa kami harus bertarung dengan para perempuan? Bukankah jika seperti itu kami sedikit lebih unggul dari mereka?" tanya Arya.

"Benar sekali Pengawas, itu sedikit tidak seimbang menurutku" tambah Timothy.

"Menurut saya tidak begitu" jawab Pengawas Astral.

"Apa maksud anda?" tanya Kevin sambil mengernyitkan dahinya.

"Ahh begini sebaiknya kalian para lelaki jangan terlalu meremehkan para perempuan, jika tidak kalian bisa menyesal"

"Apa dasar anda berkata seperti itu?" tanya Arya.

"Mmm karena Ujian Elementalist Tahap 1 babak ke dua yang terdahulu pemenangnya adalah seorang wanita" jawab Pengawas Astral sambil membalas tatapan dari Arya.

"Mmm?"

"Pemenang pertandingan sebelumnya adalan ibu anda, Lyan Frost. Dan dia adalah Pemimpin Elementalist pada generasinya"

Mata Arya membelalak mendengar perkataan itu, apa benar ibunya sehebat itu?.

"Sebaiknya kau tidak terlalu meremehkan kami Aru?" sahut Lexa sambil melihat ke arah Arya.

"Dia benar, aku pasti akan membakar mu. Lihat saja nanti" tambah Asuna.

Arya menghela nafas panjang, dia lupa kalau para Elementalist perempuan ini adalah monster-monster ganas yang siap menyerang kapan saja. jadi sebaiknya ia berhati-hati"

"Baiklah kalau sudah tidak ada pertanyaan lagi, silahkan maju ke depan sini dan ambil nomer undian yang ada didalam kotak yang ada didepan saya ini" kata Pengawas Astral.

Satu persatu dari mereka maju dan mengambil secarik kertas dari kotak tersebut, saat giliran Arya tiba ia berjalan dengan santai. Tapi langkahnya terhenti saat melewati Asuna.

"Aku pasti akan mengalahkan mu" kata Asuna padanya.

"Sungguh? Apa kau benar-benar berpikir kau bisa mengalahkan aku BAKASUNA?" ejek Arya.

"Lihat saja nanti jika bertemu bertemu dalam pertandingan ini, akan aku hanguskan kau"

"Hahaha aku sudah tidak sabar menantikanya, berjuanglah" kata Arya sambil tersenyum dan melanjutkan langkahnya.

Setelah mereka semua mendapatkan nomer undian, Pengawas Astral membuat bagan untuk mereka dan mengisi nomer pada bagan itu yang terdiri dari angka 1 sampai dengan 8.

"Baiklah semuanya sudah mendapat nomernya kan? Mari kita lihat siapa yang akan bertarung di pertandingan pertama, silahkan nomer urut 1 dan 2 tunjukan nomer kalian"

Langsung saja pemilik nomer 1 dan 2 mengangkat nomer mereka tinggi-tinggi. Mata Pengawas membesar melihat siapa pemilik dua nomer tersebut menandakan bahwa ia agak sedikit terkejut, lalu dia tersenyum kecil.

"Pertandingan pertama Ujian Elementalist tahap 1 babak yang ke 2, Elizabeth Light vs Arya Frost"

Terpopuler

Comments

Ibn Edy

Ibn Edy

semangat terus thor

2022-06-02

0

John Singgih

John Singgih

lanjut ke babak selanjutnya & kerjasama yang sukses antara Asuna dengan arya

2021-07-23

1

Doel Dz

Doel Dz

Inspirasinya scene minotaur pasti dari Episode pas awal Kiritod nunjukkin Skill Dual Sword~ wooh pas beud lawannya Buanteng~

2021-04-16

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!