Entah sudah berapa lama ia terjatuh dari lubang itu. Namun, tiba-tiba saja Arya merasakan perubahan pada sisi-sisi dinding lubang tersebut, sisi-sisi dinding itu makin menyempit dan terus menyembit sampai berjarak sekitar beberapa centimeter dari tubuh Arya. Dan akhirnya dia dapat melihatnya, cahaya samar-samar dari dikejauhan, akhir dari lubang dalam ini.
Seketika dia mulai cemas karena menyadari sesuatu hal yang sangat penting, apa yang akan terjadi padanya jika dia terjatuh dari ketinggian yang entah berapa dalamnya seakan-akan itu melewati inti bumi? Mungkin, Tubuhnya akan hancur berantakan. Lalu ia berusaha memperlambat laju jatuhnya dengan menyentuh kedua sisi lubang tersebut menggunakan tangan dan kakinya.
Ahhh tidak bisa, laju jatuhnya terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan tanganku terbakar karena gesekan dengan dinding lubang ini, Oaaa ujung lubang semakin dekat. Tidak tidak Aaahhhhhhh. Eh, kok begini?
Saat tubuh Arya melewati ujung lubang tersebut dengan kecepatan bagaikan pembalap F1, tiba-tiba saja melambat tanpa alasan yang jelas. sehingga membuat dirinya seakan-akan hanya terjatuh dari ujung lubang itu saja, bukan dari permukaan tanah yang ada diatas.
"Aww. Aduh kakiku" umpatnya saat ia akhirnya mendarat di tanah lagi.
Dia terjatuh di sebuah ruangan dengan langit-langit setinggi 3 meter, ia menengadah untuk melihat lubang yang ia lewati sebelumnya.
Yah, Tidak apalah terjatuh dari ketinggian segitu. walaupun ini menyebabkan kakiku terasa nyeri.
Tapi itu lebih baik daripada terjatuh dari permukaan yang ada diatas sampai kesini. Bisa-bisa tubuhnya hancur berkeping-keping, meskipun ia belum mengerti apa yang terjadi tadi.
Ia kemudian mulai mengarahkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, ruangan itu adalah ruangan yang sangat luas, dinding-dinding ruangan tersebut seperti terbuat dari mesin-mesin canggih, ia bisa mengetahui itu karena dia melihat sekilas di dinding tersebut ada jaringan-jaringan seperti urat saraf yang menyala yang biasa dia lihat di film-film dengan tema robot.
Lalu matanya terhenti pada satu titik, banyak barang-barang berserakan disitu seperti tumpukan-tumpukan sampah pada tempat pembuangan sampah kota, dan Arya baru menyadari bahwa ia tidak sendiri di ruangan itu. Disekitar tumpukan barang itu ada sepuluh orang yang terlihat seperti sedang menunggu sesuatu, sembilan orang yang menyebar diantara tumpukan-tumpukan barang tersebut dan satu orang yang berada tepat di tengah-tengah mereka.
Sepertinya aku harus kesana bukan? Iya kan? Arya pun mulai melangkah menuju orang-orang tersebut. Saat dia sudah lumayan dekat ia menginjak sebuah ranting pohon dan membuat ranting itu patah dengan suara krakkk keras, sebenarnya tidak keras sih. Tapi karena suasana yang sunyi membuat suara apapun terdengar seperti itu. Seketika sepuluh pasang mata menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda, Arya menghentikan langkahnya dengan tubuh kaku. Ia merasa seperti sedang melakukan pidato dan semua hadirin sedang menatap dirinya dengan tatapan sinis.
"Hoaamm......akhirnya yang terakhir datang juga" kata salah satu dari mereka sambil menguap.
"Cihh, kenapa lama sekali sih. Buang-buang waktu saja" sahut yang lain dengan nada kesal.
"Sudah-sudah yang penting sekarang semuanya sudah berkumpul kan?" kali ini suara perempuan yang menyahut.
"Kemarilah tuan" kata orang yang berada ditengah-tengah.
Arya pun mendekat kembali sampai pada tempat dimana ia bisa melihat wajah-wajah mereka semua, orang yang menguap tadi adalah anak laki-laki dengan rambut berdiri berwarna perak ia tersenyum pada Arya, orang yang berbicara dengan suara sinis adalah anak laki-laki dengan rambut pirang berponi panjang yang menutupi sebelah matanya sambil memalingkan wajahnya dari Arya dengan wajah kesal, lalu suara perempuan itu berasal dari seorang anak perempuan dengan rambut yang diikat pony-tail berwarna biru gelap dia juga tersenyum ramah pada Arya. Dia manis sekali ya tuhan.
Dan yang terakhir adalah orang yang berada di tengah, dia berbeda dengan tiga orang sebelumnya. Dia bukan anak-anak seumuran Arya, dia adalah seorang pria dewasa dengan rambut berwarna hitam dan disisir dengan sangat rapi serta ada kumis tipis dibawah hidungnya, pria itu menggunakan satu setel tuxedo lengkap dengan sepatu. Pakaian yang sangat formal pikir Arya.
"Selamat datang tuan, silahkan duduk" katanya sambil tersenyum membungkuk kepada Arya.
Tanpa basa-basi Arya langsung menuruti apa kata pria itu dan duduk disalah satu tumpukan barang yang ada di dekatnya, ia ingin mengistirahatkan kakinya yang masih nyeri akibat terjatuh tadi.
"Baiklah semuanya, karena kalian semua sudah ada disini. Saya akan mulai memperkenalkan diri saya, nama saya adalah Giovani van Astral. Saya adalah ketua pengawas ujian kalian" katanya sambil tersenyum menyeringai.
Pengawas ujian? Memangnya menjadi seorang Elementalist harus melewati ujian?
"Mungkin kalian bertanya-tanya akan apa yang saya katakan tadi, Yap benar sekali dengan kata lain kalian semua yang berada disini belum pantas disebut sebagai seorang Elementalist"
Kata-kata itu cukup menyakitkan, sungguh. Walaupun Arya baru saja mengetahui identitas aslinya yang seorang Elementalist tetap saja mendengar orang asing yang tidak dia kenal sama sekali mengatakan hal tersebut padanya terasa menyakitkan. Yang mana bagi Arya yang notabene tidak dilatih menjadi seorang Elementalist oleh keluarga angkatnya tapi, bagaimana perasaan yang lain?
"Apa maksud perkataan mu?" tanya anak dengan rambut poni yang menutupi sebelah matanya dengan nada sinis.
"Begini, mungkin kalian merasa istimewa karena kalian menyadari bahwa kalian memiliki kelebihan dari orang-orang disekitar kalian selama ini, mungkin kalian berpikiri bahwa aku ini pintar, aku ini kuat, aku ini hebat, aku ini tak terkalahkan. Itu salah besar semuanya, hal itu terjadi karena kalian membaur dengan orang-orang biasa, tapi saya bisa pastikan tempat yang kalian tuju sangat jauh berbeda. Disitulah tempat kalian semua harusnya berada dan disanalah kalian akan menyadari betapa lemah dan tidak tahu menahunya kalian tentang diri kalian sendiri"
Menarik, tempat seperti itulah yang dicari oleh Arya selama ini. Bukan tempat dimana semua hal akan terasa mudah dan tanpa halangan yang berarti, jika orang ini bisa membawanya ke tempat seperti itu arya pasti rela dibawa kesana tanpa mengeluh sedikit pun.
"Baiklah saya sudah memperkenalkan diri saya dan memberi gambaran awal pada kalian, untuk lebih jauhnya akan saya beritahukan saat ada waktu. Dan sekarang saya akan mengabsen apakah semuanya sudah ada disini" katanya sambil mengeluarkan sebuah kertas.
Kaya sekolah aja pake absen.
"Zayn Black"
Seseorang mengangkat tangan, tapi Arya tidak bisa melihat wajahnya karena jauh.
"Elizabeth Light"
"Hadirrrrrr" terdengar suara seorang anak perempuan.
Apa-apaan dengan suara kekanak-kanakan itu.
"Timothy Iron"
"Hai" kata anak dengan rambut perak yang ditemui Arya sebelumnya.
"Lexa Brown"
"Disini" kata seorang perempuan dengan semangat
.
"Ali Sand"
Seseorang mengangkat tanganya lagi tanpa mengucapkan apa-apa.
"Selena Wave"
"Hadir" kata anak perempuan manis dengan rambut ponytail yang Arya lihat sebelumnya.
"Kevin Storm"
Anak laki-laki pirang dengan rambut poni yang menutup sebelah matanya itu pun mengangkat tanganya tanpa berkata apapun, sepertinya Arya memang tidak menyukainya.
"Rena Green"
"H.....ha......hadir" sahut seorang perempuan sambil tergagap.
Wah.......dari suaranya sepertinya dia adalah seorang pemalu, Manisnyaaa.
"Asuna Blaze"
Seketika Arya langsung menatap sekeliling ruangan, disalah satu sudut ada orang yang mengangkat tangan. Arya menyipitkan mata kepada orang tersebut, benar saja dia adalah anak perempuan dengan mata merah itu. Si cewek penyembur api very well dangerous, gumam arya.
Masih dengan ciri khas nya yaitu wajah yang sangat cuek. Terdengar suara gumaman diseluruh ruangan, sepertinya bukan hanya Arya saja yang tertarik dengan Asuna.
"Yang terakhir, Arya Frost" kata Pengawas Astral sambil mengangkat pandanganya dari kertas yang ia pegang untuk pertama kalinya.
Arya mengangkat tanganya dan hendak mengatakan hadir, tapi kata-katanya tertahan ditenggorokanya. Jika tadi dia sempat berpikir bahwa Asuna mencuri paling banyak perhatian semua orang dia salah besar, kali ini semua mata di ruangan itu tertuju padanya. Bahkan dia merasakan itu bukan hanya dari sepuluh orang yang ada didepanya, melainkan dari seluruh penjuru ruangan dari para penonton-penonton yang bahkan ia sendiri baru menyadari keberadaan mereka, dia merasa seperti menjadi bahan tontonan.
"Ehhh ternyata orang yang paling ditunggu adalah orang yang datang paling akhir yaa" ucap Kevin sambil tersenyum sinis"
"Wow......anak seorang legenda" timpal Timothy dengan mata berbinar-binar.
Apa? Apa yang mereka bicarakan? Anak seorang legenda? Dirinya? Sungguh? Kelihatanya mereka lebih mengetahui sesuatu tentang orang tua Arya daripada Arya itu sendiri.
"Baiklah sepertinya semuanya sudah ada disini, jadi kita bisa melanjutkan perjalanan kita, ayo semuanya tolong ikuti saya" kata Pengawas Astral tanpa mengalihkan pandanganya sedikit pun dari Arya.
Semua orang pun berdiri dari tempat duduk mereka, Pengawas Astral memimpin jalan mereka menuju pintu yang tiba-tiba terbuka tepat dibelakangnya. Mereka mengikuti pria itu tanpa berkata apa-apa, setelah melewati pintu mereka semua terlihat takjup akan apa yang mereka lihat.
Tempat itu sangat luas dan ramai, banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang di tempat itu. Ada seorang perempuan dengan topi penyihir yang sedang membawa buku-buku sambil tergesa-gesa, para ilmuwan-ilmuwan yang sedang mencoba alat-alat yang Arya sendiri tidak pernah melihatnya.
"Selamat datang di pusat penelitian utama, ini adalah pusat penelitian yang sebenarnya. Bukan yang berada di permukaan, kantor pusat penelitian yang dipermukaan hanya semacam tempat mengurus administrasi" jelas Pengawas Astral pada mereka.
Tempat itu memang sangat luar biasa, Arya harap dia memiliki lebih dari sepasang mata agar dia bisa melihat semuanya dengan seksama. Kemudian seseorang mendekatinya.
"Hai" sapa Timothy.
"Hai"
"Bukankah kita belum berkenalan dengan baik? Kau bisa memanggil ku Timothy, aku adalah Elementalist Besi" katanya sambil menjulurkan tanganya.
"Hai Timothy, kau juga bisa memanggilku Arya. Aku Elementalist Es" ucap Arya menjabat tangan Timothy.
"Kau tidak perlu memberitahuku tentang itu, siapa yang tidak tahu seorang Frost adalah Elementalist Es" katanya sambil terkekeh.
"Begitukah?"
"Benar sekali, apalagi kau adalah anak dari seorang legenda" ucapnya dengan antusias.
"Mmm begini Timothy, kau tahu aku baru saja mengetahui identitas ku sebagai Elementalist beberapa menit yang lalu. Jadi bisakah kau jelaskan semuanya? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan?"
"Hah? Apa maksudmu?"
Arya pun mulai menjelaskan pada Timothy apa yang terjadi, mulai dari tentang Pak Hartoso yang menyembunyikan identitasnya dan bahwa dia sendiri tidak mengetahui siapa orang tua kandung terutama ibunya sendiri. Timothy terlihat terkejut mendengarnya.
"Mmm aku tidak mengerti kenapa ibumu tidak menginginkan kau menjadi Elementalist? Padahal kalau kau adalah anaknya berarti kau memiliki potensi yang sangat besar. Kau tahu? Tidak ada satupun diantara kami disini yang tidak mengetahui ibumu. Lyan Frost, dia adalah Elementalist paling berbakat dalam sejarah, cerita-cerita heroiknya selalu menjadi inspirasi bagiku dan mungkin yang lainya juga saat berlatih"
"Aku tidak tahu, aku sebenarnya baru mengetahui nama ibuku dari perkataan mu tadi" ucap Arya.
"Wahh sangat disayangkan jika kau tidak dilatih dari awal oleh keluarga angkatmu, kalau keluarga ku sih tetap melatihku untuk menjadi Elemtalist. Walaupun tidak terlalu ketat, mereka tetap menganggap ku sebagai anak kesayangan mereka"
"Lalu dari mana keluarga angkatmu?"
"Italy" sahutnya santai.
"Italy? Sungguh?"
"Yap, by the way apa kau sudah mengenal yang lainya" tanya Timothy sambil menunjuk kearah yang lain.
Karena sibuk mendengar penjelasan Timothy, Arya baru menyadari bahwa akhirnya dia bisa melihat rupa dari para Elementalist yang lain.
"Belum, aku baru mengetahui nama mereka saja. Aku tidak tahu yang mana orangnya"
"Akan aku beritahu yang aku tahu, Laki-laki dengan rambut hitam itu adalah Zayn. Dia tidak memberitahuku dari mana dia berasal, dia adalah Elementalist Kegelapan" sambil menunjuk Zayn.
Arya melihatnya, entah mengapa rasanya Zayn itu sedikit berbeda. Tapi dia tidak tahu apanya yang berbeda.
"Dan loli yang ada didekatnyanya itu....."
"Apa? Loli?" kata Arya tertarik.
"Yah loli, kau lihat bukankah badanya terlalu kecil untuk gadis seumuran dia? Dia adalah Elizabeth, dia dari Inggris dan dia adalah Elementalist Cahaya.
Arya memperhatikanya dan benar saja apa yang dikatakan Timothy, tubuh gadis itu terlalu kecil jika dibandingkan empat gadis lainya. Dia memiliki rambut pirang yang lumayan panjang.
"Lalu yang itu adalah Rena, kau sudah tahu Kevin kan? Kevin itu dari Amerika Serikat dia adalah Elementalist Petir, dan Perempuan pemalu yang ada dibelakang Kevin itu adalah Rena. Rena dari Greenland dan dia adalah Elementalist Alam"
Oh jadi Kevin itu dari Amerika? Arya mengingat sifat George Washington saat masih dipermukaan, pantas saja dia tidak menyenangkan, Keluarga angkatnya saja seperti itu. lalu Arya mengalihkan pandanganya pada Rena, Dia wanita dengan rambut pendek berwarna hijau dengan bando di kepalanya, dia selalu menghadap kebawah. Sepertinya dia memang benar-benar pemalu.
"Dan mereka yang disana itu adalah Ali, Lexa, dan Selena, kau sudah bertemu Selena sebelumnya. Dia dari Brazil dan dia adalah Elementalist Air"
"Tunggu dulu, Elementalist Air? Bukankah unsur dari Air dan Es itu sama. Jadi kenapa bisa ada Elementalist Es?" tanya Arya pada Timothy.
"Memang benar unsur kalian sama, tapi kekuatan, tekstur, fungsi, dan ciri khas dari kedua element sangat berbeda Arya, air itu cair dan es itu padat".
"Ehh......yang terakhir itu tidak perlu kau ucapkan aku juga tahu"
"Lalu pria dengan sorban itu adalah Ali, dia dari Arab Saudi dan seorang Elementalist Pasir. Sedangkan perempuan bersemangat yang ada disebelah Selena itu adalah Lexa, dia dari Australia. Dia adalah Elementalist Tanah"
Arya melihat mereka, Selena adalah perempuan yang sangat manis dan tenang, berbanding terbalik dengan Lexa yang sangat bersemangat. Hal itu bisa terlihat dari caranya berjalan sambil meloncat-loncat kecil, Lexa mengikat rambutnya disebelah kepalanya berbeda dengan Selena yang mengikat rambutnya kebelakang. Dan Ali adalah laki-laki dengan kulit agak gelap dengan sorban dikepalanya.
"Tapi aku tak tahu apapun tentang dia? Dia tidak menjawab pertanyaan ku sedikitpun" kata Timothy sambil menunjuk Asuna.
"Ehh....memangnya kenapa?"
"Dia tidak menjawab pertanyaanku, sayang padahal dia cantik. Yang aku tahu hanya namanya dan dari element yang tersisa harusnya dia adalah Elementalist Api"
"Dia berasal dari Jepang" kata Arya.
"Wahh kau tahu banyak, apa kau mengenalnya?"
"Mmm sedikit, aku tidak bisa bilang mengenal sih"
"Lalu, kau sendiri dari mana Arya?"
"Indonesia"
"Apa? Apa itu?"
"IN.DO.NE.SIA" eja Arya padanya.
"Apa itu nama negara? Aku tidak pernah mendengarnya"
"Apa? Apakah kau tidak tahu tentang mantan negara maritim terbesar di dunia?"
"Bukankah itu Finlandia?"
"Bukan! Finlandia itu adalah mantan negara dengan pulau terbanyak di dunia"
"Lalu itu terletak di benua apa?"
"Asia"
"Asia? Dekat China,Jepang, dan Korea?"
"Mereka itu Asia Timur, Indonesia itu di Asia Tenggara"
"Thailand? Singapore?"
"Iya di dekat situ"
"Bali?"
"Bali itu di Indonesia!!!" jawab Arya sambil memegang kepalanya.
"Ehh sungguh? Hahaha aku baru tau"
"Hei Timothy, kau tahu kenapa Asuna atau Zayn tidak mau berbicara padamu?"
"Tidak, tapi mungkin karena mereka tidak percaya padaku"
"Lalu, mengapa kau bisa berpikir aku percaya padamu?" tanya Arya tajam.
"Kau menjabat tanganku" jawabnya santai.
Eh, Arya tidak tahu bagaimana mengatakanya. Orang ini entah dia itu terlalu polos atau terlalu bodoh.
"Kita Sampai" kata Pengawas Astral.
Mereka telah sampai di salah satu sudut tempat itu, disana ada dua pintu dengan tangga menuju ke atas.
"Mulai sekarang kalian akan tinggal disini, tangga sebelah kiri menuju asrama perempuan dan tangga sebelah kanan menuju asrama laki-laki. Tenang saja semua barang kalian sudah sampai di kamar kalian dengan selamat"
Eh? Apa? Dia akan tinggal disini? Jangan bercanda! Barang-barangnya sudah dipindahkan? Jadi ini maksudnya dengan latihanya menjadi seorang Elementalist? Mereka bersepuluh akan dilatih dengan keras dibawah pengawasan para pengawas dan harus tinggal ditempat ini? Jadi inilah mengapa Pak Hartoso tadi mengucapkan selamat tinggal. Celaka! dia asal berbicara bahwa mereka akan segera bertemu kembali, bahkan dia sendiri tidak tahu kapan mereka akan bertemu lagi.
Disaat Arya kebingungan sambil memegang kepalanya, ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. Ia pun menoleh dan sangat terkejut dengan apa yang dia lihat, disitu berdiri orang yang sangat dia tidak duga berada di tempat itu, Si Wibu sialan.
"Ryan?!" pekiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Red~Cherry
sebuah detail kecil yg perlu diperhatikan:)
2025-01-30
0
Singgih Sunaryo
anak elsa kali
2024-01-14
1
Ibn Edy
mantap thor
2022-06-02
0