Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan

Entah sudah berapa lama ia terjatuh dari lubang itu. Namun, tiba-tiba saja Arya merasakan perubahan pada sisi-sisi dinding lubang tersebut, sisi-sisi dinding itu makin menyempit dan terus menyembit sampai berjarak sekitar beberapa centimeter dari tubuh Arya. Dan akhirnya dia dapat melihatnya, cahaya samar-samar dari dikejauhan, akhir dari lubang dalam ini.

Seketika dia mulai cemas karena menyadari sesuatu hal yang sangat penting, apa yang akan terjadi padanya jika dia terjatuh dari ketinggian yang entah berapa dalamnya seakan-akan itu melewati inti bumi? Mungkin, Tubuhnya akan hancur berantakan. Lalu ia berusaha memperlambat laju jatuhnya dengan menyentuh kedua sisi lubang tersebut menggunakan tangan dan kakinya.

Ahhh tidak bisa, laju jatuhnya terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan tanganku terbakar karena gesekan dengan dinding lubang ini, Oaaa ujung lubang semakin dekat. Tidak tidak Aaahhhhhhh. Eh, kok begini?

Saat tubuh Arya melewati ujung lubang tersebut dengan kecepatan bagaikan pembalap F1, tiba-tiba saja melambat tanpa alasan yang jelas. sehingga membuat dirinya seakan-akan hanya terjatuh dari ujung lubang itu saja, bukan dari permukaan tanah yang ada diatas.

"Aww. Aduh kakiku" umpatnya saat ia akhirnya mendarat di tanah lagi.

Dia terjatuh di sebuah ruangan dengan langit-langit setinggi 3 meter, ia menengadah untuk melihat lubang yang ia lewati sebelumnya.

Yah, Tidak apalah terjatuh dari ketinggian segitu. walaupun ini menyebabkan kakiku terasa nyeri.

Tapi itu lebih baik daripada terjatuh dari permukaan yang ada diatas sampai kesini. Bisa-bisa tubuhnya hancur berkeping-keping, meskipun ia belum mengerti apa yang terjadi tadi.

Ia kemudian mulai mengarahkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, ruangan itu adalah ruangan yang sangat luas, dinding-dinding ruangan tersebut seperti terbuat dari mesin-mesin canggih, ia bisa mengetahui itu karena dia melihat sekilas di dinding tersebut ada jaringan-jaringan seperti urat saraf yang menyala yang biasa dia lihat di film-film dengan tema robot.

Lalu matanya terhenti pada satu titik, banyak barang-barang berserakan disitu seperti tumpukan-tumpukan sampah pada tempat pembuangan sampah kota, dan Arya baru menyadari bahwa ia tidak sendiri di ruangan itu. Disekitar tumpukan barang itu ada sepuluh orang yang terlihat seperti sedang menunggu sesuatu, sembilan orang yang menyebar diantara tumpukan-tumpukan barang tersebut dan satu orang yang berada tepat di tengah-tengah mereka.

Sepertinya aku harus kesana bukan? Iya kan? Arya pun mulai melangkah menuju orang-orang tersebut. Saat dia sudah lumayan dekat ia menginjak sebuah ranting pohon dan membuat ranting itu patah dengan suara krakkk keras, sebenarnya tidak keras sih. Tapi karena suasana yang sunyi membuat suara apapun terdengar seperti itu. Seketika sepuluh pasang mata menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda, Arya menghentikan langkahnya dengan tubuh kaku. Ia merasa seperti sedang melakukan pidato dan semua hadirin sedang menatap dirinya dengan tatapan sinis.

"Hoaamm......akhirnya yang terakhir datang juga" kata salah satu dari mereka sambil menguap.

"Cihh, kenapa lama sekali sih. Buang-buang waktu saja" sahut yang lain dengan nada kesal.

"Sudah-sudah yang penting sekarang semuanya sudah berkumpul kan?" kali ini suara perempuan yang menyahut.

"Kemarilah tuan" kata orang yang berada ditengah-tengah.

Arya pun mendekat kembali sampai pada tempat dimana ia bisa melihat wajah-wajah mereka semua, orang yang menguap tadi adalah anak laki-laki dengan rambut berdiri berwarna perak ia tersenyum pada Arya, orang yang berbicara dengan suara sinis adalah anak laki-laki dengan rambut pirang berponi panjang yang menutupi sebelah matanya sambil memalingkan wajahnya dari Arya dengan wajah kesal, lalu suara perempuan itu berasal dari seorang anak perempuan dengan rambut yang diikat pony-tail berwarna biru gelap dia juga tersenyum ramah pada Arya. Dia manis sekali ya tuhan.

Dan yang terakhir adalah orang yang berada di tengah, dia berbeda dengan tiga orang sebelumnya. Dia bukan anak-anak seumuran Arya, dia adalah seorang pria dewasa dengan rambut berwarna hitam dan disisir dengan sangat rapi serta ada kumis tipis dibawah hidungnya, pria itu menggunakan satu setel tuxedo lengkap dengan sepatu. Pakaian yang sangat formal pikir Arya.

"Selamat datang tuan, silahkan duduk" katanya sambil tersenyum membungkuk kepada Arya.

Tanpa basa-basi Arya langsung menuruti apa kata pria itu dan duduk disalah satu tumpukan barang yang ada di dekatnya, ia ingin mengistirahatkan kakinya yang masih nyeri akibat terjatuh tadi.

"Baiklah semuanya, karena kalian semua sudah ada disini. Saya akan mulai memperkenalkan diri saya, nama saya adalah Giovani van Astral. Saya adalah ketua pengawas ujian kalian" katanya sambil tersenyum menyeringai.

Pengawas ujian? Memangnya menjadi seorang Elementalist harus melewati ujian?

"Mungkin kalian bertanya-tanya akan apa yang saya katakan tadi, Yap benar sekali dengan kata lain kalian semua yang berada disini belum pantas disebut sebagai seorang Elementalist"

Kata-kata itu cukup menyakitkan, sungguh. Walaupun Arya baru saja mengetahui identitas aslinya yang seorang Elementalist tetap saja mendengar orang asing yang tidak dia kenal sama sekali mengatakan hal tersebut padanya terasa menyakitkan. Yang mana bagi Arya yang notabene tidak dilatih menjadi seorang Elementalist oleh keluarga angkatnya tapi, bagaimana perasaan yang lain?

"Apa maksud perkataan mu?" tanya anak dengan rambut poni yang menutupi sebelah matanya dengan nada sinis.

"Begini, mungkin kalian merasa istimewa karena kalian menyadari bahwa kalian memiliki kelebihan dari orang-orang disekitar kalian selama ini, mungkin kalian berpikiri bahwa aku ini pintar, aku ini kuat, aku ini hebat, aku ini tak terkalahkan. Itu salah besar semuanya, hal itu terjadi karena kalian membaur dengan orang-orang biasa, tapi saya bisa pastikan tempat yang kalian tuju sangat jauh berbeda. Disitulah tempat kalian semua harusnya berada dan disanalah kalian akan menyadari betapa lemah dan tidak tahu menahunya kalian tentang diri kalian sendiri"

Menarik, tempat seperti itulah yang dicari oleh Arya selama ini. Bukan tempat dimana semua hal akan terasa mudah dan tanpa halangan yang berarti, jika orang ini bisa membawanya ke tempat seperti itu arya pasti rela dibawa kesana tanpa mengeluh sedikit pun.

"Baiklah saya sudah memperkenalkan diri saya dan memberi gambaran awal pada kalian, untuk lebih jauhnya akan saya beritahukan saat ada waktu. Dan sekarang saya akan mengabsen apakah semuanya sudah ada disini" katanya sambil mengeluarkan sebuah kertas.

Kaya sekolah aja pake absen.

"Zayn Black"

Seseorang mengangkat tangan, tapi Arya tidak bisa melihat wajahnya karena jauh.

"Elizabeth Light"

"Hadirrrrrr" terdengar suara seorang anak perempuan.

Apa-apaan dengan suara kekanak-kanakan itu.

"Timothy Iron"

"Hai" kata anak dengan rambut perak yang ditemui Arya sebelumnya.

"Lexa Brown"

"Disini" kata seorang perempuan dengan semangat

.

"Ali Sand"

Seseorang mengangkat tanganya lagi tanpa mengucapkan apa-apa.

"Selena Wave"

"Hadir" kata anak perempuan manis dengan rambut ponytail yang Arya lihat sebelumnya.

"Kevin Storm"

Anak laki-laki pirang dengan rambut poni yang menutup sebelah matanya itu pun mengangkat tanganya tanpa berkata apapun, sepertinya Arya memang tidak menyukainya.

"Rena Green"

"H.....ha......hadir" sahut seorang perempuan sambil tergagap.

Wah.......dari suaranya sepertinya dia adalah seorang pemalu, Manisnyaaa.

"Asuna Blaze"

Seketika Arya langsung menatap sekeliling ruangan, disalah satu sudut ada orang yang mengangkat tangan. Arya menyipitkan mata kepada orang tersebut, benar saja dia adalah anak perempuan dengan mata merah itu. Si cewek penyembur api very well dangerous, gumam arya.

Masih dengan ciri khas nya yaitu wajah yang sangat cuek. Terdengar suara gumaman diseluruh ruangan, sepertinya bukan hanya Arya saja yang tertarik dengan Asuna.

"Yang terakhir, Arya Frost" kata Pengawas Astral sambil mengangkat pandanganya dari kertas yang ia pegang untuk pertama kalinya.

Arya mengangkat tanganya dan hendak mengatakan hadir, tapi kata-katanya tertahan ditenggorokanya. Jika tadi dia sempat berpikir bahwa Asuna mencuri paling banyak perhatian semua orang dia salah besar, kali ini semua mata di ruangan itu tertuju padanya. Bahkan dia merasakan itu bukan hanya dari sepuluh orang yang ada didepanya, melainkan dari seluruh penjuru ruangan dari para penonton-penonton yang bahkan ia sendiri baru menyadari keberadaan mereka, dia merasa seperti menjadi bahan tontonan.

"Ehhh ternyata orang yang paling ditunggu adalah orang yang datang paling akhir yaa" ucap Kevin sambil tersenyum sinis"

"Wow......anak seorang legenda" timpal Timothy dengan mata berbinar-binar.

Apa? Apa yang mereka bicarakan? Anak seorang legenda? Dirinya? Sungguh? Kelihatanya mereka lebih mengetahui sesuatu tentang orang tua Arya daripada Arya itu sendiri.

"Baiklah sepertinya semuanya sudah ada disini, jadi kita bisa melanjutkan perjalanan kita, ayo semuanya tolong ikuti saya" kata Pengawas Astral tanpa mengalihkan pandanganya sedikit pun dari Arya.

Semua orang pun berdiri dari tempat duduk mereka, Pengawas Astral memimpin jalan mereka menuju pintu yang tiba-tiba terbuka tepat dibelakangnya. Mereka mengikuti pria itu tanpa berkata apa-apa, setelah melewati pintu mereka semua terlihat takjup akan apa yang mereka lihat.

Tempat itu sangat luas dan ramai, banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang di tempat itu. Ada seorang perempuan dengan topi penyihir yang sedang membawa buku-buku sambil tergesa-gesa, para ilmuwan-ilmuwan yang sedang mencoba alat-alat yang Arya sendiri tidak pernah melihatnya.

"Selamat datang di pusat penelitian utama, ini adalah pusat penelitian yang sebenarnya. Bukan yang berada di permukaan, kantor pusat penelitian yang dipermukaan hanya semacam tempat mengurus administrasi" jelas Pengawas Astral pada mereka.

Tempat itu memang sangat luar biasa, Arya harap dia memiliki lebih dari sepasang mata agar dia bisa melihat semuanya dengan seksama. Kemudian seseorang mendekatinya.

"Hai" sapa Timothy.

"Hai"

"Bukankah kita belum berkenalan dengan baik? Kau bisa memanggil ku Timothy, aku adalah Elementalist Besi" katanya sambil menjulurkan tanganya.

"Hai Timothy, kau juga bisa memanggilku Arya. Aku Elementalist Es" ucap Arya menjabat tangan Timothy.

"Kau tidak perlu memberitahuku tentang itu, siapa yang tidak tahu seorang Frost adalah Elementalist Es" katanya sambil terkekeh.

"Begitukah?"

"Benar sekali, apalagi kau adalah anak dari seorang legenda" ucapnya dengan antusias.

"Mmm begini Timothy, kau tahu aku baru saja mengetahui identitas ku sebagai Elementalist beberapa menit yang lalu. Jadi bisakah kau jelaskan semuanya? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan?"

"Hah? Apa maksudmu?"

Arya pun mulai menjelaskan pada Timothy apa yang terjadi, mulai dari tentang Pak Hartoso yang menyembunyikan identitasnya dan bahwa dia sendiri tidak mengetahui siapa orang tua kandung terutama ibunya sendiri. Timothy terlihat terkejut mendengarnya.

"Mmm aku tidak mengerti kenapa ibumu tidak menginginkan kau menjadi Elementalist? Padahal kalau kau adalah anaknya berarti kau memiliki potensi yang sangat besar. Kau tahu? Tidak ada satupun diantara kami disini yang tidak mengetahui ibumu. Lyan Frost, dia adalah Elementalist paling berbakat dalam sejarah, cerita-cerita heroiknya selalu menjadi inspirasi bagiku dan mungkin yang lainya juga saat berlatih"

"Aku tidak tahu, aku sebenarnya baru mengetahui nama ibuku dari perkataan mu tadi" ucap Arya.

"Wahh sangat disayangkan jika kau tidak dilatih dari awal oleh keluarga angkatmu, kalau keluarga ku sih tetap melatihku untuk menjadi Elemtalist. Walaupun tidak terlalu ketat, mereka tetap menganggap ku sebagai anak kesayangan mereka"

"Lalu dari mana keluarga angkatmu?"

"Italy" sahutnya santai.

"Italy? Sungguh?"

"Yap, by the way apa kau sudah mengenal yang lainya" tanya Timothy sambil menunjuk kearah yang lain.

Karena sibuk mendengar penjelasan Timothy, Arya baru menyadari bahwa akhirnya dia bisa melihat rupa dari para Elementalist yang lain.

"Belum, aku baru mengetahui nama mereka saja. Aku tidak tahu yang mana orangnya"

"Akan aku beritahu yang aku tahu, Laki-laki dengan rambut hitam itu adalah Zayn. Dia tidak memberitahuku dari mana dia berasal, dia adalah Elementalist Kegelapan" sambil menunjuk Zayn.

Arya melihatnya, entah mengapa rasanya Zayn itu sedikit berbeda. Tapi dia tidak tahu apanya yang berbeda.

"Dan loli yang ada didekatnyanya itu....."

"Apa? Loli?" kata Arya tertarik.

"Yah loli, kau lihat bukankah badanya terlalu kecil untuk gadis seumuran dia? Dia adalah Elizabeth, dia dari Inggris dan dia adalah Elementalist Cahaya.

Arya memperhatikanya dan benar saja apa yang dikatakan Timothy, tubuh gadis itu terlalu kecil jika dibandingkan empat gadis lainya. Dia memiliki rambut pirang yang lumayan panjang.

"Lalu yang itu adalah Rena, kau sudah tahu Kevin kan? Kevin itu dari Amerika Serikat dia adalah Elementalist Petir, dan Perempuan pemalu yang ada dibelakang Kevin itu adalah Rena. Rena dari Greenland dan dia adalah Elementalist Alam"

Oh jadi Kevin itu dari Amerika? Arya mengingat sifat George Washington saat masih dipermukaan, pantas saja dia tidak menyenangkan, Keluarga angkatnya saja seperti itu. lalu Arya mengalihkan pandanganya pada Rena, Dia wanita dengan rambut pendek berwarna hijau dengan bando di kepalanya, dia selalu menghadap kebawah. Sepertinya dia memang benar-benar pemalu.

"Dan mereka yang disana itu adalah Ali, Lexa, dan Selena, kau sudah bertemu Selena sebelumnya. Dia dari Brazil dan dia adalah Elementalist Air"

"Tunggu dulu, Elementalist Air? Bukankah unsur dari Air dan Es itu sama. Jadi kenapa bisa ada Elementalist Es?" tanya Arya pada Timothy.

"Memang benar unsur kalian sama, tapi kekuatan, tekstur, fungsi, dan ciri khas dari kedua element sangat berbeda Arya, air itu cair dan es itu padat".

"Ehh......yang terakhir itu tidak perlu kau ucapkan aku juga tahu"

"Lalu pria dengan sorban itu adalah Ali, dia dari Arab Saudi dan seorang Elementalist Pasir. Sedangkan perempuan bersemangat yang ada disebelah Selena itu adalah Lexa, dia dari Australia. Dia adalah Elementalist Tanah"

Arya melihat mereka, Selena adalah perempuan yang sangat manis dan tenang, berbanding terbalik dengan Lexa yang sangat bersemangat. Hal itu bisa terlihat dari caranya berjalan sambil meloncat-loncat kecil, Lexa mengikat rambutnya disebelah kepalanya berbeda dengan Selena yang mengikat rambutnya kebelakang. Dan Ali adalah laki-laki dengan kulit agak gelap dengan sorban dikepalanya.

"Tapi aku tak tahu apapun tentang dia? Dia tidak menjawab pertanyaan ku sedikitpun" kata Timothy sambil menunjuk Asuna.

"Ehh....memangnya kenapa?"

"Dia tidak menjawab pertanyaanku, sayang padahal dia cantik. Yang aku tahu hanya namanya dan dari element yang tersisa harusnya dia adalah Elementalist Api"

"Dia berasal dari Jepang" kata Arya.

"Wahh kau tahu banyak, apa kau mengenalnya?"

"Mmm sedikit, aku tidak bisa bilang mengenal sih"

"Lalu, kau sendiri dari mana Arya?"

"Indonesia"

"Apa? Apa itu?"

"IN.DO.NE.SIA" eja Arya padanya.

"Apa itu nama negara? Aku tidak pernah mendengarnya"

"Apa? Apakah kau tidak tahu tentang mantan negara maritim terbesar di dunia?"

"Bukankah itu Finlandia?"

"Bukan! Finlandia itu adalah mantan negara dengan pulau terbanyak di dunia"

"Lalu itu terletak di benua apa?"

"Asia"

"Asia? Dekat China,Jepang, dan Korea?"

"Mereka itu Asia Timur, Indonesia itu di Asia Tenggara"

"Thailand? Singapore?"

"Iya di dekat situ"

"Bali?"

"Bali itu di Indonesia!!!" jawab Arya sambil memegang kepalanya.

"Ehh sungguh? Hahaha aku baru tau"

"Hei Timothy, kau tahu kenapa Asuna atau Zayn tidak mau berbicara padamu?"

"Tidak, tapi mungkin karena mereka tidak percaya padaku"

"Lalu, mengapa kau bisa berpikir aku percaya padamu?" tanya Arya tajam.

"Kau menjabat tanganku" jawabnya santai.

Eh, Arya tidak tahu bagaimana mengatakanya. Orang ini entah dia itu terlalu polos atau terlalu bodoh.

"Kita Sampai" kata Pengawas Astral.

Mereka telah sampai di salah satu sudut tempat itu, disana ada dua pintu dengan tangga menuju ke atas.

"Mulai sekarang kalian akan tinggal disini, tangga sebelah kiri menuju asrama perempuan dan tangga sebelah kanan menuju asrama laki-laki. Tenang saja semua barang kalian sudah sampai di kamar kalian dengan selamat"

Eh? Apa? Dia akan tinggal disini? Jangan bercanda! Barang-barangnya sudah dipindahkan? Jadi ini maksudnya dengan latihanya menjadi seorang Elementalist? Mereka bersepuluh akan dilatih dengan keras dibawah pengawasan para pengawas dan harus tinggal ditempat ini? Jadi inilah mengapa Pak Hartoso tadi mengucapkan selamat tinggal. Celaka! dia asal berbicara bahwa mereka akan segera bertemu kembali, bahkan dia sendiri tidak tahu kapan mereka akan bertemu lagi.

Disaat Arya kebingungan sambil memegang kepalanya, ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. Ia pun menoleh dan sangat terkejut dengan apa yang dia lihat, disitu berdiri orang yang sangat dia tidak duga berada di tempat itu, Si Wibu sialan.

"Ryan?!" pekiknya.

Terpopuler

Comments

Red~Cherry

Red~Cherry

sebuah detail kecil yg perlu diperhatikan:)

2025-01-30

0

Singgih Sunaryo

Singgih Sunaryo

anak elsa kali

2024-01-14

1

Ibn Edy

Ibn Edy

mantap thor

2022-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Prolog 0,5
3 Chapter 01 - Elemental City
4 Chapter 02 - Keluarga Angkat
5 Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6 Chapter 04 - Panggilan Pusat
7 Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8 Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9 Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10 Chapter 08 - Si Putri Malu
11 Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12 Chapter 10 - Survive
13 Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14 Chapter 12 - Es vs Cahaya
15 Chapter 13 - Bentrok
16 Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17 Chapter 15 - Sebelum Final
18 Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19 Chapter 17 - Pelantikan
20 Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21 Chapter 19 - Misi Rahasia
22 Chapter 20 - Pertunangan
23 Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24 Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25 Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26 Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27 Chapter 25 - Identitas
28 Chapter 26 - Stupid Date
29 Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30 Chapter 28 - Pride Sins
31 Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32 Chapter 30 - Reward
33 Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34 Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35 Chapter 33 - Polarian
36 Chapter 34 - Dungeon
37 Chapter 35 - Voreia Poles
38 Chapter 36 - Terpisah
39 Chapter 37 - Balas Budi
40 Chapter 38 - Tragedi
41 Chapter 39 - Permintaan
42 Chapter 40 - Mandalika
43 Chapter 41 - Murid Kejutan
44 Chapter 42 - Panggilan Konyol
45 Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46 Chapter 44 - U.P
47 Chapter 45 - Axel & Ayra
48 Chapter 46 - Duo Battle Festival
49 Chapter 47 - Bintang Baru
50 Chapter 48 - Benang Merah Muda
51 Chapter 49 - Mole Pathway
52 Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53 Chapter 51 - Winter Hollow
54 Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55 Chapter 53 - Soul Reader
56 Chapter 54 - Trio
57 Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58 Chapter 56 - Orange Witch
59 Chapter 57 - Kontrak
60 Chapter 58 - Frostbite
61 Chapter 59 - Pendapat
62 Chapter 60 - Masalah Baru
63 Chapter 61 – Ahli
64 Chapter 62 – Atribut Terakhir
65 Chapter 63 - Sinkronisasi
66 Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67 Chapter 65 - Vilhelm
68 Chapter 66 - Peninggalan
69 Chapter 67 - Kelemahan Selena
70 Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71 Chapter 69 - Teknik Baru
72 Chapter 70 - Penguji Veteran
73 Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74 Chapter 72 - Wujud Naga
75 Chapter 73 - Sudah Kubilang
76 Chapter 74 - Nasihat
77 Chapter 75 - Mysterious Voices
78 Chapter 76 - Drakenkoningin
79 Chapter 77 - Safira
80 Chapter 78 - Julukan
81 Chapter 79 - Alalea Tiba
82 Chapter 80 - Menepati Janji
83 Chapter 81 - Get Around
84 Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85 Chapter 83 - Melodi Sendu
86 Chapter 84 - S.O.S
87 Chapter 85 - Kapal Hantu
88 Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89 Chapter 87 - Imp Family
90 Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91 Chapter 89 - I Hate Them
92 Chapter 90 - Sektor Birahi
93 Chapter 91 - Kebetulan
94 Chapter 92 - Fakta Menarik
95 Chapter 93 - Minum
96 Chapter 94 - Gejolak
97 Chapter 95 - Red Witch
98 Chapter 96 - Saling Percaya
99 Chapter 97 - Rival
100 Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101 Chapter 99 - Tepes War
102 Chapter 100 - Au Revoir
103 Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104 Chapter 101 - Oldest Demon
105 Chapter 102 - Biru dan Merah
106 Chapter 103 - Kontrol Diri
107 Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108 Chapter 105 - Asal Bicara
109 Chapter 106 - Lunge
110 Chapter 107 - Kesalahpahaman
111 Chapter 108 - Mythical Werebeast
112 Chapter 109 - Dark Side Situation
113 Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114 Chapter 111 - Hobi Aneh
115 Chapter 112 - Bermain
116 Chapter 113 - Fallen
117 Episode 114 - Dasar Jurang
118 Chapter 115 - Kizuna
119 Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120 Chapter 117 - Melacak
121 Chapter 118 - Gundah
122 Chapter 119 - Plan
123 Chapter 120 - Tagih
124 Chapter 121 - Senbonzakura
125 Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126 Chapter 123 - Red Smoke
127 Chapter 124 - Jack Frost
128 Chapter 125 - Come Back to Me
129 Chapter 126 - Kecewa
130 Chapter 127 - Pulih
131 Chapter 128 - Tiga Selir
132 Chapter 129 - Gagal Mengakui
133 Chapter 130 - Liburan
134 Chapter 131 - Missing
135 Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136 Chapter 133 - Amira
137 Chapter 134 - Amira II
138 Chapter 135 - Amira III
139 Chapter 136 - Badai Mendekat
140 Chapter 137 - Rage
141 Chapter 138 - Hancur
142 Chapter 139 - You Know I Can't
143 Episode 140 - Ketahuan
144 Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145 Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146 Chapter 143 - My Song for You
147 Chapter 144 - Tanpa Tipe
148 Chapter 145 - Serba Salah
149 Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150 Chapter 147 - Dozemary Lake
151 Chapter 148 - Ujian Masuk
152 Chapter 149 - Offer
153 Chapter 150 - Choice
154 Chapter 151 - Licik
155 Chapter 152 - White vs Merlin
156 Chapter 153 - Rahasia Gigi
157 Chapter 154 - Kejutan
158 Chapter 155 - Hubungan
159 Chapter 156 - Five Great Academy
160 Chapter 157 - Taruhan
161 Chapter 158 - Ban
162 Chapter 159 - Roommate
163 Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164 Chapter 161 - Gathering
165 Chapter 162 - The Figment Squadron
166 Chapter 163 - Bakat Mengajar
167 Chapter 164 - Yellow Witch
168 Chapter 165 - Divina Academy Selection
169 Chapter 166 - Wakil
170 Chapter 167 - Pesta Dansa
171 Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172 Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173 Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174 Chapter 171 - Eleanor
175 Chapter 172 - Life Drain
176 Chapter 173 - Clam Up
177 Chapter 174 - Sihir Kuno
178 Chapter 175 - Kelima Abdi
179 Chapter 176 - Green Witch
180 Chapter 177 - Intens
181 Chapter 178 - Escape
182 Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183 Chapter 180 - Dampak
184 Chapter 181 - Hibernasi
185 Chapter 182 - Moment
186 Chapter 183 - Lelaki Tulen
187 Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188 Chapter 185 - Arun Jeram
189 Chapter 186 - Save The Courier
190 Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191 Chapter 188 - Diterima
192 Chapter 189 - Sea Faction
193 Chapter 190 - Kondisi Khusus
194 Chapter 191 - Reality
195 Chapter 192 - Wanio vs Arya
196 Chapter 193 - Perubahan Sikap
197 Chapter 194 - Traitor
198 Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199 Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200 Chapter 197 - Blue Witch
201 Chapter 198 - Help Arrived
202 Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203 Chapter 200 - Master
204 Chapter 201 - Seperating Enemies
205 Chapter 202 - Kemenangan
206 Chapter 203 - Impian Diondra
207 Chapter 204 - Pink
208 Chapter 205 - Fifth Daughter
209 Chapter 206 - Reiko
210 Chapter 207 - Big Scheme
211 Chapter 208 - Uluran Tangan
212 Chapter 209 - False Vanguard
213 Chapter 210 - Hanguk
214 Chapter 211 - Golden Bullet
215 Chapter 212 - Teddy Bear
216 Chapter 213 - Proyek Rahasia
217 Chapter 214 - Suaraku
218 Chapter 215 - Tekad Ali
219 Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220 Chapter 217 - Julius Caesar
221 Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222 Chapter 219 - Kejar
223 Chapter 220 - Almost
224 Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225 Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226 Chapter 223 - Cara Keluar
227 Chapter 224 - Gatekeeper
228 Chapter 225 - Ringkasan
229 Chapter 226 - Switch
230 Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231 Chapter 228 - Who Are You?
232 Chapter 229 - Crystal And Wind
233 Chapter 230 - Lord
234 Chapter 231 - Kabar Buruk
235 Chapter 232 - Coup D'etat
236 Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237 Chapter 234 - Terungkap
238 Chapter 235 - Departure
239 Chapter 236 - Reuni Nista
240 Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241 Chapter 238 - Break Through
242 Chapter 239 - Siap Mati
243 Chapter 240 - Tenka Goken
244 Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245 Chapter 242 - Nasution Request
246 Chapter 243 - Janji Pasta
247 Chapter 244 - Her True Feeling
248 Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249 Chapter 246 - Doa
250 Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251 Chapter 248 - Louis Frost
252 Chapter 249 - Dissent
253 Chapter 250 - Munafik
254 Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255 Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256 Chapter 253 - Permulaan
257 Chapter 254 - Show Off
258 Chapter 255 - Pewaris
259 Chapter 256 - Intuisi Orion
260 Chapter 257 - Fatum Bergerak
261 Chapter 258 - Sasageyo
262 Chapter 259 - Invigilator
263 Chapter 260 - Invigilator II
264 Chapter 261 - Invigilator III
265 Chapter 262 - Ancaman
266 Chapter 263 - DLBK
267 Chapter 264 - Target
268 Chapter 265 - Satu Tujuan
269 Chapter 266 - Overwhelmed
270 Chapter 267 - Kesetiaan
271 Chapter 268 - Corrosion
272 Chapter 269 - Patah
273 Chapter 270 - Reason
274 Chapter 271 - Ketemu
275 Chapter 272 - Nothing
276 Chapter 273 - Ungkap
277 Chapter 274 - Ace
278 Chapter 275 - Titipan
279 Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280 Chapter 277 - Clairvoyance
281 Chapter 278 - Saran
282 Chapter 279 - Everything
283 Chapter 280 - Lost
284 Chapter 281 - Genting
285 Chapter 282 - Karma
286 Chapter 283 - Rencana Terakhir
287 Chapter 284 - An Eye for An Eye
288 Chapter 285 - Pindah Tangan
289 Chapter 286 - Marah
290 Chapter 287 - Santo Espada
291 Chapter 288 - Unbeatable
292 Chapter 289 - Titah
293 Chapter 290 - Winner
294 Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295 Chapter 292 - Farewell
296 Chapter 293 - Pasca
297 Chapter 294 - Sayonara
298 Chapter 295 - Deal
299 Chapter 296 - Mahaguru
300 Chapter 297 - Stranger Things
301 Chapter 298 - Nil
302 Chapter 299 - Harapan dan Impian
303 Chapter 300 - Aitakatta (End)
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Prolog
2
Prolog 0,5
3
Chapter 01 - Elemental City
4
Chapter 02 - Keluarga Angkat
5
Chapter 03 - Pertemuan Pertama
6
Chapter 04 - Panggilan Pusat
7
Chapter 05 - Orang-Orang yang Telah Ditakdirkan
8
Chapter 06 - Kesepuluh Pengawas Ujian
9
Chapter 07 - Pelatihan Dimulai!!!
10
Chapter 08 - Si Putri Malu
11
Chapter 09 - Pengesahan dan Persiapan
12
Chapter 10 - Survive
13
Chapter 11 - Akhir Babak Pertama
14
Chapter 12 - Es vs Cahaya
15
Chapter 13 - Bentrok
16
Chapter 14 - Perbedaan Nasib
17
Chapter 15 - Sebelum Final
18
Chapter 16 - Si Genius vs Si Berbakat
19
Chapter 17 - Pelantikan
20
Chapter 18 - Kenyataan yang Harus Diterima
21
Chapter 19 - Misi Rahasia
22
Chapter 20 - Pertunangan
23
Chapter 21 - Ksatria Pentagram
24
Chapter 22 - Tarian Semanggi Berdaun Tiga
25
Chapter 23 - Kisah Tiga Saudari
26
Chapter 24 - Sang Penjaga Pohon Suci
27
Chapter 25 - Identitas
28
Chapter 26 - Stupid Date
29
Chapter 27 - Tamu Tak Diundang
30
Chapter 28 - Pride Sins
31
Chapter 29 - Pertempuran Fairy Forest
32
Chapter 30 - Reward
33
Chapter 31 - Melanjutkan Perjalanan
34
Chapter 32 - Hewan, Ramuan, dan Bahan
35
Chapter 33 - Polarian
36
Chapter 34 - Dungeon
37
Chapter 35 - Voreia Poles
38
Chapter 36 - Terpisah
39
Chapter 37 - Balas Budi
40
Chapter 38 - Tragedi
41
Chapter 39 - Permintaan
42
Chapter 40 - Mandalika
43
Chapter 41 - Murid Kejutan
44
Chapter 42 - Panggilan Konyol
45
Chapter 43 - Waktunya Perburuan
46
Chapter 44 - U.P
47
Chapter 45 - Axel & Ayra
48
Chapter 46 - Duo Battle Festival
49
Chapter 47 - Bintang Baru
50
Chapter 48 - Benang Merah Muda
51
Chapter 49 - Mole Pathway
52
Chapter 50 - Gadis Menyebalkan
53
Chapter 51 - Winter Hollow
54
Chapter 52 - Kucing dan Rubah
55
Chapter 53 - Soul Reader
56
Chapter 54 - Trio
57
Chapter 55 - Kelabang Ungu Raksasa
58
Chapter 56 - Orange Witch
59
Chapter 57 - Kontrak
60
Chapter 58 - Frostbite
61
Chapter 59 - Pendapat
62
Chapter 60 - Masalah Baru
63
Chapter 61 – Ahli
64
Chapter 62 – Atribut Terakhir
65
Chapter 63 - Sinkronisasi
66
Chapter 64 - Tetua Klan Naga
67
Chapter 65 - Vilhelm
68
Chapter 66 - Peninggalan
69
Chapter 67 - Kelemahan Selena
70
Chapter 68 - Astrid Fire Baths
71
Chapter 69 - Teknik Baru
72
Chapter 70 - Penguji Veteran
73
Chapter 71 - Ayunan Pedang Tunggal
74
Chapter 72 - Wujud Naga
75
Chapter 73 - Sudah Kubilang
76
Chapter 74 - Nasihat
77
Chapter 75 - Mysterious Voices
78
Chapter 76 - Drakenkoningin
79
Chapter 77 - Safira
80
Chapter 78 - Julukan
81
Chapter 79 - Alalea Tiba
82
Chapter 80 - Menepati Janji
83
Chapter 81 - Get Around
84
Chapter 82 - Di Bawah Pohon Kasturi
85
Chapter 83 - Melodi Sendu
86
Chapter 84 - S.O.S
87
Chapter 85 - Kapal Hantu
88
Chapter 86 - Penghuni Lautan Hitam
89
Chapter 87 - Imp Family
90
Chapter 88 - Jihyeui Cheongso
91
Chapter 89 - I Hate Them
92
Chapter 90 - Sektor Birahi
93
Chapter 91 - Kebetulan
94
Chapter 92 - Fakta Menarik
95
Chapter 93 - Minum
96
Chapter 94 - Gejolak
97
Chapter 95 - Red Witch
98
Chapter 96 - Saling Percaya
99
Chapter 97 - Rival
100
Chapter 98 - Kebangkitan Mode Servant
101
Chapter 99 - Tepes War
102
Chapter 100 - Au Revoir
103
Year-End Goal (Bakal Dihapus)
104
Chapter 101 - Oldest Demon
105
Chapter 102 - Biru dan Merah
106
Chapter 103 - Kontrol Diri
107
Chapter 104 - Sepuluh Lusin
108
Chapter 105 - Asal Bicara
109
Chapter 106 - Lunge
110
Chapter 107 - Kesalahpahaman
111
Chapter 108 - Mythical Werebeast
112
Chapter 109 - Dark Side Situation
113
Chapter 110 - Nyanko Kyōdai
114
Chapter 111 - Hobi Aneh
115
Chapter 112 - Bermain
116
Chapter 113 - Fallen
117
Episode 114 - Dasar Jurang
118
Chapter 115 - Kizuna
119
Chapter 116 - Desa Tersembunyi
120
Chapter 117 - Melacak
121
Chapter 118 - Gundah
122
Chapter 119 - Plan
123
Chapter 120 - Tagih
124
Chapter 121 - Senbonzakura
125
Chapter 122 - Zirah Hewan Buas
126
Chapter 123 - Red Smoke
127
Chapter 124 - Jack Frost
128
Chapter 125 - Come Back to Me
129
Chapter 126 - Kecewa
130
Chapter 127 - Pulih
131
Chapter 128 - Tiga Selir
132
Chapter 129 - Gagal Mengakui
133
Chapter 130 - Liburan
134
Chapter 131 - Missing
135
Chapter 132 - Sepuluh Tahun Lalu
136
Chapter 133 - Amira
137
Chapter 134 - Amira II
138
Chapter 135 - Amira III
139
Chapter 136 - Badai Mendekat
140
Chapter 137 - Rage
141
Chapter 138 - Hancur
142
Chapter 139 - You Know I Can't
143
Episode 140 - Ketahuan
144
Chapter 141 - Psychiatric Hospital
145
Chapter 142 - Lagu mu Untuk ku
146
Chapter 143 - My Song for You
147
Chapter 144 - Tanpa Tipe
148
Chapter 145 - Serba Salah
149
Chapter 146 - Berangkat ke Magihavoc
150
Chapter 147 - Dozemary Lake
151
Chapter 148 - Ujian Masuk
152
Chapter 149 - Offer
153
Chapter 150 - Choice
154
Chapter 151 - Licik
155
Chapter 152 - White vs Merlin
156
Chapter 153 - Rahasia Gigi
157
Chapter 154 - Kejutan
158
Chapter 155 - Hubungan
159
Chapter 156 - Five Great Academy
160
Chapter 157 - Taruhan
161
Chapter 158 - Ban
162
Chapter 159 - Roommate
163
Chapter 160 - Pesan Sang Kakak
164
Chapter 161 - Gathering
165
Chapter 162 - The Figment Squadron
166
Chapter 163 - Bakat Mengajar
167
Chapter 164 - Yellow Witch
168
Chapter 165 - Divina Academy Selection
169
Chapter 166 - Wakil
170
Chapter 167 - Pesta Dansa
171
Chapter 168 - Sindrom Bintang Jatuh
172
Chapter 169 - Lima Menit Pembukaan
173
Chapter 170 - Madam of Corpses and Box Prince
174
Chapter 171 - Eleanor
175
Chapter 172 - Life Drain
176
Chapter 173 - Clam Up
177
Chapter 174 - Sihir Kuno
178
Chapter 175 - Kelima Abdi
179
Chapter 176 - Green Witch
180
Chapter 177 - Intens
181
Chapter 178 - Escape
182
Episode 179 - Persea dan Asal Usul Penyihir Hijau
183
Chapter 180 - Dampak
184
Chapter 181 - Hibernasi
185
Chapter 182 - Moment
186
Chapter 183 - Lelaki Tulen
187
Chapter 184 - Regu Ekspedisi Atlantos
188
Chapter 185 - Arun Jeram
189
Chapter 186 - Save The Courier
190
Chapter 187 - Bernafas Dalam Air?
191
Chapter 188 - Diterima
192
Chapter 189 - Sea Faction
193
Chapter 190 - Kondisi Khusus
194
Chapter 191 - Reality
195
Chapter 192 - Wanio vs Arya
196
Chapter 193 - Perubahan Sikap
197
Chapter 194 - Traitor
198
Chapter 195 - Fungsi Tamatebako
199
Chapter 196 - Kemunculan Pusaka Lainnya
200
Chapter 197 - Blue Witch
201
Chapter 198 - Help Arrived
202
Chapter 199 - Berbagi Kesedihan
203
Chapter 200 - Master
204
Chapter 201 - Seperating Enemies
205
Chapter 202 - Kemenangan
206
Chapter 203 - Impian Diondra
207
Chapter 204 - Pink
208
Chapter 205 - Fifth Daughter
209
Chapter 206 - Reiko
210
Chapter 207 - Big Scheme
211
Chapter 208 - Uluran Tangan
212
Chapter 209 - False Vanguard
213
Chapter 210 - Hanguk
214
Chapter 211 - Golden Bullet
215
Chapter 212 - Teddy Bear
216
Chapter 213 - Proyek Rahasia
217
Chapter 214 - Suaraku
218
Chapter 215 - Tekad Ali
219
Chapter 216 - Metal Elementalist Goal
220
Chapter 217 - Julius Caesar
221
Chapter 218 - Veni Vedi Vici
222
Chapter 219 - Kejar
223
Chapter 220 - Almost
224
Chapter 221 - Dalang Kejadian Whitechapel dan Pemburu Wanita Dalam Legenda
225
Chapter 222 - Wakiya Ronin Mode
226
Chapter 223 - Cara Keluar
227
Chapter 224 - Gatekeeper
228
Chapter 225 - Ringkasan
229
Chapter 226 - Switch
230
Chapter 227 - Musuh Tidak Terduga
231
Chapter 228 - Who Are You?
232
Chapter 229 - Crystal And Wind
233
Chapter 230 - Lord
234
Chapter 231 - Kabar Buruk
235
Chapter 232 - Coup D'etat
236
Chapter 233 - Pengecut Bernama Manusia
237
Chapter 234 - Terungkap
238
Chapter 235 - Departure
239
Chapter 236 - Reuni Nista
240
Chapter 237 - Merelakan Segalanya
241
Chapter 238 - Break Through
242
Chapter 239 - Siap Mati
243
Chapter 240 - Tenka Goken
244
Chapter 241 - Pengawal Pribadi
245
Chapter 242 - Nasution Request
246
Chapter 243 - Janji Pasta
247
Chapter 244 - Her True Feeling
248
Chapter 245 - Elemental City Has Fallen
249
Chapter 246 - Doa
250
Chapter 247 - Topan Setelah Badai
251
Chapter 248 - Louis Frost
252
Chapter 249 - Dissent
253
Chapter 250 - Munafik
254
Chapter 251 - Sumpah Hidup-Mati
255
Chapter 252 - Ichiban no Takaramono
256
Chapter 253 - Permulaan
257
Chapter 254 - Show Off
258
Chapter 255 - Pewaris
259
Chapter 256 - Intuisi Orion
260
Chapter 257 - Fatum Bergerak
261
Chapter 258 - Sasageyo
262
Chapter 259 - Invigilator
263
Chapter 260 - Invigilator II
264
Chapter 261 - Invigilator III
265
Chapter 262 - Ancaman
266
Chapter 263 - DLBK
267
Chapter 264 - Target
268
Chapter 265 - Satu Tujuan
269
Chapter 266 - Overwhelmed
270
Chapter 267 - Kesetiaan
271
Chapter 268 - Corrosion
272
Chapter 269 - Patah
273
Chapter 270 - Reason
274
Chapter 271 - Ketemu
275
Chapter 272 - Nothing
276
Chapter 273 - Ungkap
277
Chapter 274 - Ace
278
Chapter 275 - Titipan
279
Chapter 276 - Perfect Artificial Elementalist
280
Chapter 277 - Clairvoyance
281
Chapter 278 - Saran
282
Chapter 279 - Everything
283
Chapter 280 - Lost
284
Chapter 281 - Genting
285
Chapter 282 - Karma
286
Chapter 283 - Rencana Terakhir
287
Chapter 284 - An Eye for An Eye
288
Chapter 285 - Pindah Tangan
289
Chapter 286 - Marah
290
Chapter 287 - Santo Espada
291
Chapter 288 - Unbeatable
292
Chapter 289 - Titah
293
Chapter 290 - Winner
294
Chapter 291 - Gerbang Dimensi
295
Chapter 292 - Farewell
296
Chapter 293 - Pasca
297
Chapter 294 - Sayonara
298
Chapter 295 - Deal
299
Chapter 296 - Mahaguru
300
Chapter 297 - Stranger Things
301
Chapter 298 - Nil
302
Chapter 299 - Harapan dan Impian
303
Chapter 300 - Aitakatta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!