Arya berteriak padaku untuk segera lari dari sana, benar saja para kroon itu mulai keluar dari sisi gang gedung ini aku berusaha menegakkan kakiku tapi rasanya kakiku seperti tidak memiliki tulang, aku mengeluarkan senjata pistol yang ada di pinggangku.
“LARII” Arya berteriak.
“aku tidak bisa”getir suaraku karena aku mulai menangis katakutan.
Terdengar suara Lyta, Alex dan Liam di earphone mereka sibuk menanyakan apa yang terjadi pada kami tapi aku tidak bisa menjawab mereka dalam kondisi ini, earphone ini memang terhubung dengan anggota lainnya juga jadi kami bisa saling mendengarkan percakapan yang lainnya.
KWERK KWEERK mereka mendekati ku DOR... DOOR, salah satu kroon terjatuh aku berusaha melindungi diri tapi percuma saja kroon itu tidak akan mati hanya dengan di tembak senapan
Mereka semakin mendekat tanganku bergetar walau memegang senapan aku berusaha memaksakan tubuhku untuk berdiri tapi aku hanya bisa merangkak, salah satu kroon itu menarik kakiku.
“Aaaa lepaskan aku “ aku kembali menembak kroon itu kali ini tepat di kepalanya.
“AAAARRGGHH” Arya berteriak sembari mengeluarkan sebuah pena yang berubah menjadi pedang sriing kepala para kroon itu bergelinding didepanku.
Arya menebas mereka dengan pedang pena nya, aku masih terdiam syok melihat kepala bergelinding di depanku kaki dan tanganku masih gemetar. Arya memeriksa keadaanku
“hah hah “ suara Arya tersengal karena berlari dan langsung menebas para kroon itu
“maaf, maafkan aku “ tangisku pecah.
“ kau terluka?” Arya memastikan kondisiku.
“aku sudah membahayakan nyawamu” aku menangis.
Arya berusaha menenangkan agar kami bisa kembali mencari kartu itu
“ apa kau bisa berdiri?”
Arya memastikan.
Arya membantuku untuk berdiri karena kami harus melanjutkan mencari kartu itu, KWERK KWERK suara apa lagi itu.
“tunggu disini” perintah Arya
“ya” anggukku.
Ternyata anggota yang disantap oleh para kroon tadi mulai berubah menjadi kroon.
“ kita harus segera pergi, cepat” kata Arya
“ada apa?” tanyaku.
“ada kroon lagi disana” arya menjawab dengan ekspresi sebal.
***
Di lain tempat Lyta dan Liam sudah berhasil mendapatkan kartu itu dia sudah berada di gerbang selatan bersama Liam. Mereka pasti mengkhawatirkan kami karena mereka tidak berhenti bertanya di earphone.
“sebenarnya ada apa dengan mereka”Lyta bergumam cemas.
“ tidak ada lagi jawaban selain mereka bertemu dengan kroon” Liam menjawab.
Lyta bergegas menuju ke lokasi ku dengan Arya tapi dicegah oleh Liam karena itu dapat membahayakan tim ini juga mengagalkan kita untuk keluar dari lingkup permainan ini.
“mau kemana kau” tanya Liam
“aku akan membantu mereka” Lyta menjawab.
“jika kau tetap pergi kau hanya akan merepotkan mereka”ketus Liam.
“tapi mereka-,”
“mereka tidak apa apa ada Arya disana, Lisa pasti selamat” Liam memotong kaliamat Lyta dan membuat Lyta tidak jadi pergi.
Tidak lama Arya menghubungi mereka memberi tahu keadaan kami.
“tenang saja kami aman” Arya memberi tahu.
“lihatkan” kata Liam.
Setelah kejadian tadi aku dan Arya mencoba mencari ide dimana kiranya kartu itu sembari berjalan mencari mayat berkartu itu, karena jika menyisir semua mayat disini akan memakan banyak waktu belum lagi resiko bertemu dengan kroon itu, juga memberi info kepada yang lain kalau kami tidak apa – apa.
“tenang saja kami aman” Arya memberi tahu kondisi kami.
“ bagaimana kondisi Lisa” suara Alex.
terdengar di earphone.
“aku baik baik saja” jawabku.
“kenapa hanya Lisa” ejek Liam.
“karena percuma aku menanyakan kondisi Arya dia pasti bisa selamat” ketus Alex.
Apa maksudnya aku akan mati sendiri begitu.
“jadi kau ingin aku mati” tanyaku sambil tertawa kecil.
Semua tertawa suasana jadi tidak begitu tegang sekarang.
“kalian sudah mendapatkan kartunya?”Liam bertanya.
“belum” jawabku.
Arya kembali menekan sisi kacamata itu dia mulai mencari letak pasti kooridianat kartu itu.
“ini aneh” gumam Arya menghentikan langkahnya.
“kenapa?” tanyaku.
“lokasi nya ada disini tepat di sekeliling kita" jelas Arya.
“tapi aku belum melihat mayat disekitar sini” aku melihat sekitar.
“tunggu disini” Arya memberi komando.
“tidak aku ikut-,” menghalangi jalannya dan menatap Arya.
Aku kapok jika harus sendiri lagi.
“aku tidak mau sendiri lagi” rengekku.
“jangan membuat kebisingan lagi oke” kata Arya sambil berjalan duluan.
Arya menuju salah satu gedung rumah sakit di kota ini. Aku masih belum mengerti kenapa dia masuk ke gedung ini bukankah Alex bilang kooridinasi nya di jalanan, mulai tercium bau busuk dan darah yang lebih menyengat dari di jalan tadi. Aku refleks menghoek karena ingin muntah ditambah aku mempunyai blood phobia atau phobia yang berhubungan dengan darah yang banyak.
“apa kau baik baik saja?” Arya menanyakan kondisiku.
“iya kau tidak perlu khawatir padaku” kataku.
“aku khawatir suaramu dapat mengundang kroon yang ada di dalam gedung ini” jelas Arya
.
Menyebalkan dia memang selalu realistis tidak bisakah dia basa basi agar suasan disini tidak begitu mencekam.
“tapi kenapa kita malah ke gedung, bukankah seharusnya kita cari di jalanan”tanyaku.
“kartu itu bukan ada di mayat, dan jalan itu kalimat hanya sebagai pengecoh ada beberapa singkatan dalam kode kordinasi lokasi kartunya ,aku mencoba menebak-,” jawab Arya sembari terus berjalan menuju ruangan diujung lorong rumah sakit.
“menebak apa?” tanyaku yang masih penasaran.
“kartu itu ada di ruangan mayat” Arya memasuki ruangan mayat.
Hoek aku kembali menutup mulut dan hidungku. Arya bagaimana dia bisa tahu kartu itu disini aku tidak abis pikir setelah kami mendapatkan kartu itu aku meminta Arya untuk cepat keluar dari rumah sakit ini.
“oke kita dapat” seru ku.
“ya” jawab singkat Arya.
“bisakah kita keluar dari gedung ini” rengeku.
Arya menuntunku karena melihat wajahku yang sangat pucat pasih yang sudah tidak kuat mencium bau darah ini. Setelah keluar gedung kami bergegas menuju gerbang selatan untuk bertemu dengan yang lainnya. Saat diperjalanan menuju gerbang selatan kami bertemu dengan distrik 7 yang mencoba merebut kartu yang kami miliki, mereka terlihat kacau sepertinya mereka habis bertarung dengan kroon atau dengan distrik lain.
“apa lagi sekarang”gumam Arya.
Salah satu dari 4 orang itu mengacungkan pedang pena tanda mereka mengancam aku dan Arya.
“hei kalian aku tidak ingin membuang waktu jadi serahkan saja kartunya” ancam orang yang memegang pedang.
Arya terlihat sudah tidak bisa basa basi dia sudah marah karena mereka seenaknya menjegat kami dengan jumlah yang tidak seimbang.
“kali ini bisa kah kau membantuku” tanya Arya.
“kau pikir aku tidak bisa bertarung” jawabku.
Arya tersenyum sembari mengeluarkan pedang pena nya, pena itu berubah lagi menjadi pedang yang tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
yutantia 10
lanjut thor
2020-12-18
1
Noejan
Mampirrr😁
2020-10-18
1
ARSY ALFAZZA
🐾👍
2020-10-13
0