Pagi sudah tiba terdengar suara hingar bingar dari luar tenda, benar kata pak tua itu hanya ada anak seumuranku disini mungkin beberapa ada yang lebih tua dariku. Mereka sibuk menyiapkan sarapan tapi beberapa ada yang berkelompok dan ada yang seperti mencari temannya, seseorang menghampiriku dan menyuruhku untuk ikut bergabung dengan mereka. Aku mencari dimana Alex si perubah ekspresi itu aku harap dia tidak ada disini atau di sekitarku bisa gagal rencanaku, baru saja aku merasa aman menjalankan rencana ku untuk keluar dari sini Alex dia tiba tiba ada disebelahku bagaimana mungkin padahal aku sudah melihat sekeliling ku.
“ aduh ngapain ada disini sih” Tanya ku galak
“ kenapa kau mau kabur ya? Kabur saja kalau bisa” sambil memakan roti dan susu ditangannya.
“ sebenarnya memang selalu seperti ini setiap pagi?” aku berusah tidak peduli dengan apa yang dia katakan tentang aku yang ingin kabur.
“ ya tapi kali ini letnan akan berkunjung untuk mulai mengirim kita” mengunyah roti terakhirnya .
“mengirim? Apa yang dikirim?” tanyaku.
“ kau sungguh berisik nanti juga kau akan tahu” mendekatkan wajahnya kepadaku.
Apa apaan dia tiba tiba mendekatkan wajahnya seenaknya kalau disini tidak ramai orang aku akan menghajar wajahnya itu, ya dia memang tampan untuk seukuran nya tapi aku tidak ada niatan untuk tertarik. NGWOOONG NGWOOONG suara sirine berbunyi .
“untuk para surviver yang sebelumnya sudah dipanggil tolong ambil kartu penentu distrik kalian”.
suara pemberitahuan sepertinya tapi aku tidak mengerti untuk apa karena Alex yang menyebalkan ini tidak pernah membuka mulutnya.
“ diam disini jangan menghilang lagi okey” menunjukan tangannya padaku.
“siapa dia berani memerintahku” gumamku
Mau bagaimanapun aku mencoba menganggap ini mimpi tapi inilah dunia yang ku hadapi sekarang, aku berusaha untuk mencari informasi yang ada dengan mengelilingi camp. Akhirnya informasi yang kudapatkan menjawab hampir semua pertanyaanku, aku mengelilingi camp dan tidak sengaja aku mendengar percakapan seseorang didalam tenda mereka, mereka seperti sedang mengeluhkan sesuatu.
“untuk apa kita datang kesini jika pada akhirnya kita dijadikan sample di luar sana”
itu yang dikatakan salah satu dari mereka lalu aku kembali mendengarkan .
“sebentar lagi kita akan menghadapi kroon diluar sana bertahan hidup, mereka memisahkan kita dari orangtua dan saudara kita agar membuat kita mau dikirim keluar” tegas seseorang.
Apa maksud mereka kami akan dikirim, keluar camp untuk menghadapi kroon tapi apa hubungannnya dengan keluarga. Sepertinya mereka menggunakan orangtuaku sebagai umpan begitu juga dengan anak anak yang lain. Inikah alasan Alex tidak mau membuka mulutnya.
“brengsek” gumamku.
Aku berjalan dengan cepat mencari Alex dengan niat ingin menghajar wajahnya tidak peduli dengan situasi disini.
“Lisa hei” suara itu memangilku dari jauh.
“itu dia si brengsek gila” gumamku.
Alex menghampiriku dengan berlari kecil.
“kau kemana saja apa kau tidak bisa diam di tempatmu” sembari memberikan amplop putih.
Aku hanya menatap Alex dengan menahan amarah yang mungkin Alex menyadarinya setelah melihat raut wajahku.
“kenapa lagi sekarang ?” nada bicaranya agak menurun.
“aku sudah tahu Alex, semua yang kau sembunyikan” aku mengepalkan tangan dan menahan airmata ku.
Alex hanya terdiam menatapku
“kenapa tidak kau jelaskan semuanya padaku Alex, KENAPA?” perlahan nada bicaraku meninggi semua orang – orang disekitarku mulai melihatku dengan Alex
.
“ bukan aku yang akan memberi tahumu”.
“lalu siapa lagi? Apakah letnan sialan itu?” mungkin aku tidak sadar karena terlalu emosi sehingga menghina letnan .
Semua orang mulai berbisik ada yang mengatakan aku begitu berani mengatakan itu .
“iya dia memang sialan” menaikkan tangannya ke pinggang.
NGWOONG NGWOONG suara sirine itu berbunyi kembali, anak - anak yang lain tampak segera berkumpul.
“tidak ada waktu lagi jika kau ingin jawaban kau harus buka ini” memberikan amplop putih.
“apa lagi ini? Urutan penyikasaan?” Tanya ku ketus.
“itu adalah nomor distrik yang akan kau masuki, mungkin kau dan aku akan terpisah mulai sekarang” .
Alex pergi bersama anak – anak lainnya begitu juga aku. Aku pikir akan berkumpul di lapangan lagi seperti tadi pagi ternyata kali ini berbeda, entah apa lagi yang akan terjadi yang pasti aneh saja ada ruangan di dalam tebing – tebing ini . jelas ini dibuat oleh seseorang. Ruangan itu berada di dalam tebing yang mengelilingi lapangan singkatnya camp ini berada di tengah dinding tebing tinggi.
“ surviver masuk ke ruangan sesuai kartu kalian” perintah letnan itu melalui pengeras suara aku masuk dalam distrik 4 di kartuku tertulis nomor 4, aku memasuki ruangan nomor 4 ada begitu banyak pintu ruangan berjejer. Didalam ruangan terdapat sebuah layar monitor dan 5 buah kursi itu artinya ada 5 anggota dalam distrik ini, aku mengambil bangku di baris kedua , didepanku ada seorang anak laki – laki sepertinya dia seumuran denganku.
“ hai, kau di distrik ini?” berusaha menyapa
“ jika bukan, aku tidak akan ada di sini
kan?”jawabku ketus.
Aku benar – benar sedang tidak ingin di ganggu.
“oke, sepertinya kau sedang dalam mood yang kurang bagus-,”kembali menghadap ke monitor.
“ah namaku Liam” menengok lalu kembali ke posisi awal.
“aku Lisa” jawabku datar.
Tidak lama datang lagi seorang anak laki – laki dengan perawakan tinggi berisi dia seperti sudah terlatih bertarung karena postur badannya yang cukup bagus, dia duduk disamping Liam seperti biasa Liam memperkenalkan dirinya aku rasa itu bukan sikap sok akrab tapi memang Liam orang yang ramah. Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui orang yang datang selanjutnya masuk ke distrik 4 ini adalah sahabatku yang sudah sangat lama kami tidak berjumpa, dia memasuki ruangan lalu duduk di ujung barisan ke dua.
“apa ini, Lyta dia masih hidup” gumamku
Sungguh aku sangat ingin menyapa dan bertanya “bagaimana kau ada disini dan syukurlah kau selamat” tapi ada yang aneh dari Lyta, apa dia tidak melihatku disni. Belum selesai dengan Lyta yang membuatku sangat terkejut ternyata Alex memasuki distrik yang sama dengan ku dia orang terakhir yang memasuki ruangan ini.
KREK suara pintu terdengar
“Alex, tapi bagaimana-,” dalam hatiku
Alex berjalan menghampiri bangku yang tersisa disebelahku, aku pun berusaha untuk tidak peduli dengan Alex, kami menjadi agak canggung karena pertengkaran tadi. Ini aneh tadi terakhir dia bilang kemungkinan aku dan Alex tidak akan satu distrik, tapi kenapa sekarang dia ada di sini.
pria yang tadi datang sebelum Alex juga sangat familiar untukku,apa mungkin aku dan pria itu pernah bertemu at berpapasan saat kami masih survive diluar sana. Entahlah aku sendiri masih terkejut dengan adanya Lyta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
👍👍👍
2020-10-13
0
Rahmat Supriatna
masih ngikutin nih penasaran kelanjutannya cepetan up dong
2020-10-07
0