Mengerjakan Tugas

"B-baiklah, Mas Rangga," jawab Yuki perlahan.

Tak menyangkal, gadis itu merasa lega akan adanya solusi dari masalah tugas tadi. Namun, masalah baru datang. Apakah dia bisa berkonsentrasi jika mengerjakan tugasnya di kamar Rangga?

Grrrr ....

Rangga masuk ke kamar, menyiapkan laptop dan printer, serta satu rim kertas di sebelahnya.

Sementara itu Yuki yang sedang salah tingkah, berjalan ke kamar mandi. Dia mencuci mukanya berkali-kali.

"Kamu mengerjakan tugas, Yuki! Jangan berpikiran mesum!"

Gadis itu memejamkan mata, membayangkan sesuatu, lalu memonyongkan bibirnya.

"Aaaargh!! Ngapain coba aku ini??"

Dia membasuh mukanya kembali, menyadari kekonyolannya barusan.

"Harusnya latihan berakting ngetik, bukan ciuman!" Dia berbicara pada dirinya sendiri, seperti sudah tidak waras.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Yuki perlahan mendatangi kamar Rangga yang sudah gelap, membawa setumpuk bukunya. Di sana, lelaki itu sudah tidur menghadap ke tembok. Yuki membuka lebar-lebar pintunya, agar terlihat suasana luar. Meski dia naksir sama Mas Rangga, tapi akal sehatnya masih berjalan. Dia tak mau mengecewakan kedua orang tuanya. Mereka melepasnya untuk berjuang, bukan malah melakukan perbuatan yang dilarang, hingga mendatangkan aib keluarga.

Ah, apa pikiranku tentang Mas Rangga sejauh itu? Dasar Yuki bodoh!

Gadis itu mulai membuka laptop, lalu menyalakannya. Dia tak berani menyalakan lampu kamar. Yuki melirik ke printer dan kertas yang telah disiapkan.

Ya Tuhan, makasih ya, aku dikelilingi orang-orang baik.

Setelah laptop siap digunakan, dia segera mengetik tugas-tugasnya. Begitu seriusnya, hingga pergerakan dari Rangga tak dia dengar.

Rangga mengubah posisi tidurnya, lalu berposisi duduk di tepi ranjang, tepat di belakang Yuki. Lelaki itu memicingkan mata melihat apa yang diketik Yuki.

"Banyak typo!" ujarnya memecah keheningan suasana dan pikiran Yuki.

"Alahmak! Pait! Pait!" seru gadis itu kaget.

Rangga tertawa. Yuki mengelus dadanya, agar debarnya mereda. Lelaki itu merasa iba. Dia duduk di samping Yuki, mengelus kepalanya.

"Maaf, maaf. Habis kamu nggak teliti gitu!"

Sikap Rangga bukan meredakan degup jantung Yuki, malah menambah kencang saja.

Sial, hey jantung! Bisa nggak, kalo kamu nggak bikin malu??

Untung saja saat itu malam hari. Jadi wajah merah merona Yuki tak terlihat meski terkena pancaran sinar dari laptop.

"Sini, aku dikte. Kamu yang ketik!" ujarnya meraih buku yang dipangku oleh Yuki.

"I-iya, Mas."

"Berapa soal yang harus dikerjakan??" tanya Rangga.

"Lima puluh soal. Di dalam buku udah aku tandai pakai stabillo jawabannya, Mas. Tinggal ketik aja."

"Oh, tapi jawabannya panjang-panjang sekali, lalu kenapa lampu kamar belum kamu hidupkan?"

"Oh, iya, Mas. Aku takut membangunkanmu."

"Hidupkan lampunya!" titah Rangga.

Yuki mengangguk, lalu berdiri dan menghidupkan lampu. Sekarang dia bisa melihat jelas wajah tampan Rangga menghadap ke laptop.

"Yuk, kita mulai ya?" ajak Rangga.

"Mmm ... yakin ini nggak merepotkan Mas Rangga?" tutur Yuki ragu.

"Cuma dikte doang, apa repotnya?? Udah, kalo nggak segera kamu kerjakan, makin malam selesainya."

"Aku nggak apa-apa sih, Mas. Kalo begadang."

"Iya, tapi aku yang bakal ngantuk," tukas Rangga membuat Yuki kikuk.

Oh, aku GR.

"I-iya, Mas. Baiklah."

Rangga mulai membantu Yuki mendikte jawaban yang telah ditandai oleh gadis itu. Beberapa menit kemudian, mereka baru sampai ke jawaban nomor delapan.

"Kamu capek?" tanya Rangga.

Yuki menekuk tulang jari jemarinya.

"Jangan sering-sering membunyikan sendi, bisa bahaya. Sini, gantian aku yang ketik, kamu yang mendikte," suruh Rangga.

"Eh, ini tugasku, Mas Rangga. Aku nggak mau merepotkan orang lain."

"Aku nggak repot. Sini!"

Rangga memindahkan meja laptop ke depannya.

"Ayo, nomor sembilan apa jawabannya, buruan!" kejar Rangga.

"Oh, eh, iya, Mas."

Yuki mendikte Rangga. Lelaki itu mengetik dengan sangat cepat dan tanpa kesalahan sedikit pun! Empat puluh dua jawaban panjang telah selesai mereka kerjakan dalam waktu setengah jam.

"Mas Rangga, makasih ya? Udah membantuku," ucap Yuki sembari menunggu cetakan kertas keluar dari printer.

"Aku senang bisa membantu gadis tekun macam kamu," jawab Rangga.

Berbunga hati Yuki dibilang tekun oleh Rangga.

"Oh ya, kenapa kamu menangis kemarin malam?" tanya Rangga lagi, kesempatan lagi menanyakan hal itu.

Duh, apa yang akan aku katakan ya?

"Aku ... hanya merasa pusing karena nggak punya laptop dan printer untuk mengerjakan tugas ini, Mas," kilah Yuki. Sebenarnya dia menangis karena rindu dengan papi dan mami. Tentu jika dia katakan, pasti Rangga akan bersikeras mengantar ke rumah orang tua Yuki.

"Hanya itu?"

Mata Rangga membulat tak percaya.

"Iya, Mas."

Yuki menatap Rangga yang masih terbelalak. Untuk beberapa lama, mereka saling bertatap. Rangga menormalkan ukuran matanya. Entah kenapa kedua remaja itu tak juga memalingkan mata. Yuki pun seperti terpaku pada kedua mata bening milik Rangga. Mata yang menyiratkan ketulusan. Begitu pun Rangga, dia melihat keluguan dari mata Yuki.

Entah apa yang terlintas dalam benak mereka, tiba-tiba saja hidung mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Yuki memejamkan matanya, degup jantungnya terasa sangat kencang. Apa yang dia latih di kamar mandi tadi sepertinya akan menjadi kenyataan malam itu.

Hidung Yuki telah menyentuh hidung Rangga dan ....

Ceklek!

Plash!

Mereka berdua sontak mundur menjauh dengan wajah pucat, kaget.

Bunyi pintu kamar Bu Yayah yang terbuka membuat keduanya saling salah tingkah. Membisu.

Bu Yayah keluar dari kamar. Menengok sebentar ke kamar Rangga yang masih menyala.

"Ada apa kalian masih belum tidur!"

Pertanyaan Bu Yayah bernada keras makin membuat Yuki dan Rangga kelimpungan.

"Sa-saya pinjam laptop Mas Rangga untuk mengerjakan tugas, Bu," jawab Yuki.

"Kenapa nggak di kamarmu sendiri!" seru Bu Yayah lagi.

"Printernya nggak bisa dipindah, Bu!" jawab Yuki.

"Aku yang menyuruhnya, Bi!" Nada suara Rangga membela gadis itu.

"Oh, kalo udah selesai, segera kembali ke kamarmu sendiri, Kiki!" pesan wanita berbadan tambun itu.

"Ya, Bu."

Bu Yayah masuk ke kamar mandi. Sebentar kemudian dia keluar tanpa berbicara apa-apa lalu kembali ke kamarnya sendiri.

Yuki dan Rangga hanya terdiam, menunggu kerja printer. Dalam hati mereka berkecamuk. Wajah mereka berdua sudah memerah, detak jantung Yuki kembali beraturan setelah tadi sempat tak karuan dengan adegan berdekatan lalu majikannya keluar dari kamar. Mendadak kepalanya pusing karena kaget. Seperti air tenang lalu dilempar dengan batu yang besar.

Hingga kertas terakhir untuk tugas Yuki keluar dari printer, mereka masih saja berdiam dengan pikiran yang kacau. Rangga pun tak berani menatap Yuki yang juga menghindar untuk melihat lelaki itu barang sebentar saja.

Dia mengambil beberapa lembar kertas dari printer tanpa menatanya terlebih dahulu, kemudian membawa buku-bukunya.

"Makasih, Mas Rangga."

Yuki bergegas keluar dari kamar meninggalkan Rangga yang tak merespon. Laptop dan printer pun masih menyala dengan Rangga yang terpaku di sana.

Terpopuler

Comments

gedang Sewu

gedang Sewu

hampir ketahuan bu yahya

2024-04-13

0

Oi Min

Oi Min

Hufft...... Hampir aja..... Deg deg an gaes

2022-03-02

0

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

rangga ky nya udh mulai suka

2021-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Pura-pura Miskin
2 Sikap Galak Majikan
3 Gara-gara Ayam
4 Queensya and the Geng
5 Bertemu Dosen
6 Si Cantik Alami
7 Asisten Dosen
8 Menjaga Toko
9 Keponakan Majikan
10 Makan Bareng
11 Mengantar ke Dokter
12 Curhatan Rangga
13 Sahabat
14 Ikut Demo
15 Terima Gaji
16 Ulah Queensya
17 Cogan Baru
18 Perhatian Rangga
19 Perhatian Rangga 2
20 Mengerjakan Tugas
21 Berangkat ke Desa
22 Rangga yang Mempesona
23 Rencana Buruk
24 Malam Naas
25 Pertolongan
26 Pengakuan Ferry
27 Kelicikan Queensya
28 Kepulangan Yuki
29 Kembali ke Rumah Bu Yayah
30 Rehat Tujuh Hari
31 Mengerjakan Tugas
32 Bertemu Sonny
33 Sekolah Aurel
34 Kembali ke Kampus
35 Dies Natalis
36 Dies Natalis #2
37 Usai Acara
38 Dhea Muncul
39 Rahasia
40 Kepergian Rangga
41 Pertemuan Dengan Dhea
42 Kita Putus!!
43 Orderan dan Ujian
44 Ujian Tengah Semester
45 Kebaikan Mama Nana
46 Magang
47 Kekacauan Kantor
48 Persoalan Rangga
49 Tidak Beres
50 Cecilia
51 Calon Suami?
52 Menelepon Papi
53 Terkuak
54 Ungkapan Terima Kasih
55 KB
56 Ambyar
57 Selangkah ke Depan
58 Hanya Pembantu
59 Tekad Rangga
60 Usaha Yuki
61 Penolakan
62 Tiga Puluh Juta Rupiah
63 Perubahan Yuki
64 Memasak
65 Menyewa Tempat
66 Kembali ke Rumah Majikan
67 Usaha Berbuah Manis
68 Kesan Queensya di Bakery
69 Pesta Ulang Tahun
70 Buka Cabang
71 Datang ke Rumah Rangga Untuk Kedua Kalinya
72 Rumah Tuan Bhanu
73 Persiapan Perayaan
74 Ejekan Queensya
75 Bagai Petir di Siang Bolong
76 Dhea Bicara
77 Kedatangan Rangga
78 Bertemunya Kedua Keluarga
79 Yuki Pingsan
80 Hadiah
81 Tunangan
82 Wisuda
83 Dipingit
84 Indah Pada Waktunya
85 Mari Buat Generasi Baru!
86 Epilog
87 Say Thanks and Promosi Yaa ....
88 PROMO BUKAN UP
89 NOVEL BARU DI NT
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Pura-pura Miskin
2
Sikap Galak Majikan
3
Gara-gara Ayam
4
Queensya and the Geng
5
Bertemu Dosen
6
Si Cantik Alami
7
Asisten Dosen
8
Menjaga Toko
9
Keponakan Majikan
10
Makan Bareng
11
Mengantar ke Dokter
12
Curhatan Rangga
13
Sahabat
14
Ikut Demo
15
Terima Gaji
16
Ulah Queensya
17
Cogan Baru
18
Perhatian Rangga
19
Perhatian Rangga 2
20
Mengerjakan Tugas
21
Berangkat ke Desa
22
Rangga yang Mempesona
23
Rencana Buruk
24
Malam Naas
25
Pertolongan
26
Pengakuan Ferry
27
Kelicikan Queensya
28
Kepulangan Yuki
29
Kembali ke Rumah Bu Yayah
30
Rehat Tujuh Hari
31
Mengerjakan Tugas
32
Bertemu Sonny
33
Sekolah Aurel
34
Kembali ke Kampus
35
Dies Natalis
36
Dies Natalis #2
37
Usai Acara
38
Dhea Muncul
39
Rahasia
40
Kepergian Rangga
41
Pertemuan Dengan Dhea
42
Kita Putus!!
43
Orderan dan Ujian
44
Ujian Tengah Semester
45
Kebaikan Mama Nana
46
Magang
47
Kekacauan Kantor
48
Persoalan Rangga
49
Tidak Beres
50
Cecilia
51
Calon Suami?
52
Menelepon Papi
53
Terkuak
54
Ungkapan Terima Kasih
55
KB
56
Ambyar
57
Selangkah ke Depan
58
Hanya Pembantu
59
Tekad Rangga
60
Usaha Yuki
61
Penolakan
62
Tiga Puluh Juta Rupiah
63
Perubahan Yuki
64
Memasak
65
Menyewa Tempat
66
Kembali ke Rumah Majikan
67
Usaha Berbuah Manis
68
Kesan Queensya di Bakery
69
Pesta Ulang Tahun
70
Buka Cabang
71
Datang ke Rumah Rangga Untuk Kedua Kalinya
72
Rumah Tuan Bhanu
73
Persiapan Perayaan
74
Ejekan Queensya
75
Bagai Petir di Siang Bolong
76
Dhea Bicara
77
Kedatangan Rangga
78
Bertemunya Kedua Keluarga
79
Yuki Pingsan
80
Hadiah
81
Tunangan
82
Wisuda
83
Dipingit
84
Indah Pada Waktunya
85
Mari Buat Generasi Baru!
86
Epilog
87
Say Thanks and Promosi Yaa ....
88
PROMO BUKAN UP
89
NOVEL BARU DI NT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!