Nona Muda Pura-pura Miskin
Seorang gadis sedang berdiri dengan emosi, mengerutkan dahi dan menggertakkan giginya menatap pasangan baru di depannya. Kedua telapak tangannya mengepal. Si lelaki yang baru beberapa hari menjadi kekasihnya, memilih untuk bersama gadis lain.
Muak.
Itu yang dia rasakan saat memandang keduanya.
"Kita putus," ujar pria itu datar.
Perempuan yang tak lain adalah temannya sendiri, telah menggandeng pria di depannya, yang sekarang resmi berstatus sebagai mantan kekasihnya.
"Oke, Putra Sanjaya! Buat apa juga aku mempertahankanmu, 'kan?" jawab gadis bernama Kiki itu sambil melengos.
"Kamu gadis miskin, Kiki! Nggak pantas pacaran sama Putra! Akulah yang pantas! Queensya Putri Wijaya, putri kedua salah satu pengusaha terkenal di negeri ini, Raymond Wijaya! Siapa kamu dibandingin sama aku?? Kamu hanya pembantu di rumah Bu Yayah, kan?"
Kiki harus bekerja sebagai asisten di rumah seorang nyonya yang kejam untuk mendapatkan uang demi mengisi perut, karena sebelumya dia tak memiliki keahlian apapun.
"Ya, aku ini miskin. Nggak pantas sama kamu, Putra, anak pengusaha yang cukup baik di negeri ini, tapi inget ya! Walau gimana pun, aku ini hidup dengan berusaha sendiri!" ujar Kiki.
Gadis bernama Kiki itu merasa sangat kesal.
"Ya ... syukurlah kamu sadar kalau miskin!" Gadis bernama Queensya yang menggelayutkan tangan ke lengan putra melengos.
Kiki mendekat lalu menarik kerah baju Queensya, kemudian tangannya telah bersiap untuk menampar perempuan yang sekarang ketakutan, tapi tangan Kiki ditepis oleh Putra hingga kerah baju itu terlepas.
"Gadis miskin! Jauhkan tangan kotormu dari pacarku!" ujar lelaki itu.
Senyum kemenangan tersungging di wajah Queensya. Dia membenahi kerah bajunya lalu melipat tangannya melihat drama itu. Kekasih yang berhasil direbut telah membelanya.
"Huh, oke lah! Nggak sudi aku melihat kalian lagi, pengkhianat!"
Kiki berbalik, melangkahkan kakinya kembali ke rumah majikannya. Bulir air mata yang semula ia tahan, kini meluncur begitu saja di kedua pipinya yang mulus. Tak kuasa menahan kesedihan dan kekecewaan. Putra, lelaki yang baru saja dia kenal dan berpacaran dengannya selama tiga hari, seketika memandangnya rendah karena mengetahui bahwa Kiki bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah pasangan suami-istri yang memiliki dua anak kecil.
"Lelaki macam apa itu, dia hanya memandang status untuk menjalin sebuah hubungan!" gumamnya.
Gadis itu berjalan menjauh dan berlalu bersama dengan tertawaan dan hinaan pasangan yang baru jadian itu. Dia menendang kerikil sepanjang jalan karena jengkel.
Dia kembali ke toko tempat dia bekerja seadanya demi mendapatkan uang yang harus dia tunjukkan pada papinya sesuai perjanjian.
Kiki, yang tak lain adalah Yuki, menjalani kehidupan di luar rumahnya yang penuh kenyamanan. Semua ini bermula dari keinginan orang tuanya agar dia belajar menghadapi sendiri dunia luar yang penuh konflik untuk dapat bertahan dan suatu saat nanti bisa memegang sendiri perusahaan terbesar senegeri ini milik ayahnya.
Satu bulan yang lalu,
Yuki Amaranggana, adalah putri tunggal pengusaha nomor satu senegeri ini, Bhanu Tungga Jaya. Pria itu menyuruh anak gadisnya untuk keluar dari rumah demi mendapatkan penghasilan dari jerih payahnya. Apapun pekerjaannya, asalkan halal.
"Kamu sudah besar, Nak. Keluarlah dari rumah ini! Manjamu semakin menjadi di dalam rumah!"
"Papi jahat! Aku nggak bisa lah, mencari uang pake cara apa??" tolaknya.
"Apapun caramu! Bawa uang sebanyak tiga puluh juta saja dari jerih payahmu sendiri. Jika tidak, warisan perusahaan Papi akan berpindah untuk pembangunan rumah yatim piatu saja, daripada berada di tangan gadis manja dengan resiko bangkrut dan tak akan berkembang. Sanggup??" tantang pria paruh baya itu.
"Gesek ATM aja 'kan, Pi?" jawabnya enteng. Uang yang disebut adalah besar uang sakunya setiap bulan.
"Maaf, udah diblokir," ujar pria itu dengan nada mengejek.
"Papi??!" protesnya. Mata gadis itu membulat sempurna. Ingin rasanya mengumpat, tapi takut dosa, karena di depannya adalah papi yang sangat dia sayangi.
"Apa tujuan Papi menyiksaku seperti ini??" protesnya lagi.
"Papi bukan menyiksamu, Sayang. Hanya kamu terlampau manja di rumah ini. Belajarlah untuk bertahan hidup! Kamulah satu-satunya pewaris perusahaan Papi!" Wanita cantik yang delapan belas tahun yang lalu telah melahirkannya menjawab pertanyaan Yuki.
"Bahkan Mami pun mendukung rencana Papi?? Astaga ...." Gadis itu melipat tangannya yang halus dan mulus karena tak pernah menyentuh pekerjaan di rumah. Mengupas rambutan saja dia banting-banting.
Wanita itu malah tersenyum.
Tiga puluh juta baginya adalah nominal yang sangat-sangat sedikit, tapi jika dia harus bekerja untuk mendapatkannya, apalagi dengan syarat-syarat yang diajukan oleh papinya, rasanya ingin tenggelam saja ke bumi.
Syaratnya adalah ... dia harus bekerja apapun asal halal, tanpa modal, tanpa turun tangan ayahnya, tanpa menggunakan nama ayahnya dan dengan menutupi identitasnya. Panggilannya bukan Yuki seperti yang sudah terkenal di khalayak media. Melainkan dia harus memperkenalkan diri sebagai Kiki pada orang-orang. Sedangkan, dia adalah mahasiswa baru, di universitas biasa pula, bukan universitas yang elit, menonjolkan kekayaan pribadi masing-masing. Ayahnya hanya akan membayarkan uang kuliah saja. Entah bagaimana ayahnya pun bisa menutup rapi nama lengkap anak perempuan satu-satunya itu di universitas.
Gadis itu memejamkan mata, menghela napas.
"Cobaan apa ini?" gumamnya pelan.
Aku memang tidak pernah dimunculkan ke media manapun oleh kedua orang tuaku, orang-orang hanya tahu namaku tanpa tahu seperti apa wajahku. Biasanya sekolahku jalur home schooling yang aku pilih untuk mencari ilmu. Andai aku dulu banyak bergaul ....
Dia mulai menyesali keegoisannya dulu. Bukan karena home schooling, tapi karena dirinya sendiri yang terlalu introvert terhadap orang luar.
"Mulai besok, kamu sudah harus keluar dari rumah ini," ujar ayahnya tersenyum.
"Be-Besok??"
Kenapa mereka begitu kejamnya padaku setelah sekian lama mereka terlampau sayang padaku?? Apa yang merasuki mereka?? Aarrrgh!!
*
Begitulah ceritanya hingga gadis itu keluar dan bekerja membantu pekerjaan di toko dan rumah sepasang suami-istri yang agak galak pula. Namun, bagaimana lagi? Selain kepepet, dia tak memiliki keahlian apapun. Bekerja di rumah itu pun harus banyak belajar, hingga tuan rumah sering merasa kesal karenanya.
Sekarang, dia pun harus menelan pil pahit karena diputuskan kekasih satu-satunya penghibur baginya. Namun, ditepiskannya kesedihan itu.
"Setidaknya aku tahu sifat lelaki itu seperti apa!" Tangan gadis itu mengepal. Sudah jelas baginya, semua telah diperlihatkan oleh Tuhan, lelaki dan teman yang buruk, karena menilai sesuatu dari harta saja.
Tekadnya sekarang bulat untuk mengumpulkan uang demi tantangan ayahnya dan dia akan berjuang untuk menghadapi tantangan dunia luar yang begitu kejam.
"Aku harus bisa mengumpulkan uang dari hasil jerih payahku sendiri, meski bagaimana pun caranya, asal halal! Aku harus menunjukkan pada mereka bahwa aku, Yuki Amaranggana adalah gadis yang berpotensi dan tahan banting untuk mempertahankan perusahaan Papi kelak!"
******
Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Miller_Xheonandra
aku udah baca cerita ini berulang kali, tapi aku ngga pernah merasa bosan...thank you buat penulisnya 🙏🏻
2024-06-19
0
Anonymous
keren
2024-04-02
0
Wy Ky
keren
2024-03-28
0