Pagi menjelang siang, kala itu Yuki masih sibuk bekerja di rumah Bu Yayah. Dia meniup telapak tangannya yang terasa panas terkena detergen.
"Sabun detergen kalo kena tangan, panas juga tenyata ya? Aku baru tau ...." gumamnya memperhatikan tangannya yang merah-merah.
Dia mengangkat ember yang penuh dengan pakaian yang telah bersih ke tempat penjemuran.
"Kiki! Pakai hanger dong! Kalo kamu bentang-bentangkan begitu, makan banyak tempat!" Suara seorang pria membuatnya terperanjat.
"Tau, tuh si Kiki! Kerjanya nggak becus!" lanjut omelan dari wanita di sebelah pria itu.
Pak Hendra dan Bu Yayah telah berdiri di belakangnya.
"Maaf, Pak, Bu. Saya kan baru belajar!" ujar Yuki.
"Gadis seumuranmu itu, harusnya bisa pekerjaan-pekerjaan rumah seperti ini! Masa kamu nggak mudheng harus pakai apa, pakai apa kalo nyuci! Dari tadi lho kuperhatikan!" omel Bu Yayah.
"Tuh! Pakai hanger! Kalo mau pake jepitan baju ada di kotak itu!" seru Bu Yayah.
"Ya, Bu." Yuki segera meraih hanger lalu menggunakannya untuk menjemur baju-baju itu.
"Gini kan, Bu?"
Bu Yayah menghela napas. "Iya, masa kamu nggak tau sih, Ki! Udah buruan! Masih banyak kerjaan rumah!"
"Iya, iya, Bu."
"Kamu! Iya, iya aja! Mbok yang bagus bilangnya! Nadanya itu lho!! Sama juragan kok ngomongnya gitu!"
Eh, astaga lupa!
"Baik, Bu ...." ujar Kiki berubah sopan lalu melanjutkan pekerjaannya.
Sabar ... sabar Yuki. Kamu harus mengatur emosi. Kalo jengkel, di mana lagi bisa dapat kerjaan dan tumpangan tidur? Batinnya.
Setelah menjemur pakaian yang telah dia cuci dan mengembalikan ember kosong, Kiki berjalan ke arah dapur. Setumpuk piring kotor memenuhi pandangan matanya kali ini.
"Ya ampun, apa tempat cucian piring semua orang seperti ini, ya?? Alahmak! Aku bahkan belum pernah menginjak lantai dapur rumahku. Sekalinya masuk dapur orang mau nyuci piring, eh piring kotornya setumpuk! Ah, semoga bener setetes sabun itu konon bisa mencuci setumpuk piring kotor!" gumamnya melihat pemandangan abstrak di depannya.
Yuki bergerak ke arah tempat cuci piring, meraih spons lalu menitikkan sabun ke spons. Lalu mengusap wajan lurus dengan spons.
Wus!
Lancar? Nggak juga. Ternyata kotoran di piring dan wajan masih membandel dan sepertinya terlalu berminyak. Belum lagi pantat wajan yang sudah terlalu hitam legam.
"Susah! Mimpi! Yuki bodo! Kemakan iklan banget sih! Nggak semudah itu ternyata!" gumamnya sendiri.
Dia menambahkan lagi sabun cair hijau ke spons, lalu diremas hingga memunculkan busa yang banyak.
"Eh, menyenangkan ternyata main spons cuci piring! Hahahaha!" Yuki tertawa sendiri.
Gadis itu segera menyelesaikan pekerjaannya.
Tuk! Tuk!
Sodokan anak kecil di belakang membuatnya menoleh.
"Eh, Aurel!"
Si anak kecil menyodorkan mangkuk plastik yang berminyak ke arah Yuki. Anak itu segera pergi setelah menyerahkan mangkuk.
"Hmmm, dasar anak-anak, nyodorin trus diem aja tinggal pergi. Eh, sama ya kayak aku di rumah ...." Yuki menyadari kelakuannya di rumah.
Akhirnya sekarang dia merasakan apa yang dirasakan oleh asisten-asistennya. Yuki menggelengkan kepala menyadari hal itu.
Dengan cepat Yuki mencuci piring-piring dan wajan kotor itu lalu meletakkan di tempat rak piring.
"Masih berminyak!" ujar Bu Yayah yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya dan menyentuh membentuk huruf V pada mangkuk plastik anaknya tadi.
Aih, ibu ini seperti jin pengawas yang tiba-tiba udah ada aja di sekitarku! Fyuh! Dari mana coba, cepet amat!
"I-Iya, Bu Yayah."
Yuki mengulangi pekerjaannya lagi, daripada dimarahi lagi oleh Bu Yayah.
Setiap piring yang dia cuci, disentuhnya persis seperti Bu Yayah menyentuh mangkuk plastik tadi.
Badan Yuki sudah sangat pegal rasanya. Setelah mencuci piring selesai dengan tenaga ekstra untuk membuat semua peralatan dapur itu bersih, dia masih harus menyapu dan mengepel rumah Bu Yayah yang luasnya tak sampai seperempat rumahnya. Namun, membuatnya lelah.
"Perhatikan kolong-kolong !!" teriak Bu Yayah.
"Iya, Bu!"
Yuki membungkuk meraih kotoran dan debu dengan sapu.
"Uhuk! Uhuk! Hatciihhh!!" Yuki teringat bahwa dia alergi debu. Jika terkena debu, dia pasti bersin-bersin.
"Ih, pake masker sana!! Bisa-bisa nyebar virus kamu!"
Bu Yayah menunjukkan lemari masker ke Yuki. Gadis itu menutup hidungnya saat bersin lalu berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan lalu berjalan ke arah lemari penyimpanan masker. Dia mengambil satu, lalu memakainya dengan benar.
Kenapa nggak pake vacuum cleaner sih rumah ini??
Gadis itu melakukan pekerjaan rumah sangat lama, baru sekali ini dia memegang sapu.
"Harus bersih, harus bersih!" gumamnya sendiri.
"Suamimu brewokan kalo nyapu nggak bersih!!" ujar Bu Yayah.
Ah, kalo brewokannya kayak Reza Rahardian ya aku nggak akan nyapu aja kali! Hahaha ....
"Heh, kenapa tersenyum-senyum! Kamu inget apa soal brewokan??!" Bu Yayah berkecak pinggang melihat gadis itu.
"Eh, nggak Bu!"
Yuki berbalik lalu melanjutkan pekerjaannya.
Ugh, gara-gara bayangin cowok ganteng! Grrr ... kebiasaan!
Gadis itu segera menyapu lalu mengepel lantai. Yuki mengedarkan pandangannya ke sekitar, mencari alat pel yang biasa digunakan dengan tongkat. Namun, tak juga menemukannya.
Dia berjalan ke arah toko, dimana Bu Yayah sedang duduk sambil terkantuk-kantuk karena embusan angin sepoi-sepoi dari depan.
"Duh, mana si ibu ngantuk gitu?? Aku nggak berani lah, buat tanya!"
Gadis itu berjalan ke depan toko. Seekor ayam mematuk-matuk nasi sisa yang dijemur oleh Bu Yayah di depan toko.
"Eeh!! Hus!!" teriak Yuki.
Gadis itu mengambil sandal lalu melemparkan ke arah ayam itu.
"Jackpot!!!" serunya, karena tepat mengenai sasaran. Dia segera mengambil sandal sebelahnya lagi untuk melempar ayam yang masuk ke toko itu.
Karena ayam itu kaget terkena lemparan sandal Yuki, dia terbang ke arah toko, melewati etalase daan ... nemplok di wajah Bu Yayah.
"Jackpot lagi ...." ujar Yuki lirih.
"Whuaaahh!!! Whuaaahh!! Ayam siapa ini??" Hilang kantuk wanita itu karena seekor ayam.
"Kikiiiii!!! Kamu yang lempar ayam ini, kan??!! Anak sialan!!" Wanita itu berdiri melihat Kiki di depan toko.
Yuki sudah akan melarikan diri, tapi tertangkap basah juga. Pasangan sandal sebelah kiri untuk melempar masih dipegangnya.
Kalo nggak ingat dia numpang di situ, dia pasti udah terkekeh, melihat rambut Bu Yayah yang terkena tahi ayam dan tubuh gempal wanita itu bergoyang-goyang karena jijik.
"Sini!! Gantiin jaga toko kamu, Kiki!!" perintah Bu Yayah buru-buru karena tahi ayam sudah akan meleber ke bawah.
"Bu, tapi saya belum ngepel ...." ujar Yuki pelan.
"Ah, sudahlah! Besok!! Yang penting tahi ayam ini kubersihkan dulu! Gara-gara kamu! Sial!" Wanita itu mengomel sambil bergegas masuk ke dalam.
Yuki melangkah pelan ke dalam toko sambil menahan tawanya.
******
Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Denisya putri
lucuu jugaaa wkwkwk.. 🥰🥰🤣🤣
2024-08-13
0
Mila
Mama Lemon dan keluarganya dan kawan-kawan 😭🤣
2024-01-21
1
Rianti Dumai
hahahaa😂🤣succes bikin sy sakit perut Karna tertawa teross,,,
2023-12-18
1