Makan Bareng

Kamar telah rapi, semerbak harum wangi lemon memenuhi ruang tidur Rangga yang telah disiapkan oleh Yuki.

Gadis itu kembali ke dapur untuk memasak sayur permintaan Bu Yayah, yaitu opor ayam. Ayam yang sudah tak berbusana telah mengangkang di dalam panci besar.

"Huuft, apa yang harus kulakukan dengan ayam itu?" gumamnya.

Yuki pun hanya mencari Bu Yayah. Satu-satunya dewi penolong di saat ingin mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Meski galak, tapi dia banyak belajar dari wanita bertubuh tambun itu.

Dia berjalan pelan melewati kamar Rangga yang telah tertutup rapat.

"Mungkin dia kelelahan," gumam Yuki.

Dia berjalan ke depan, lalu mencari majikan wanitanya. Bu Yayah sedang duduk di dalam toko, meluruskan kaki sembari memakai sobekan kardus yang tadi bekas dipakai Yuki untuk berkipas ria.

Ah, ibu mau juga barang second.

Yuki mengulum senyum.

"Senyum-senyum lagi! Apa sih dalam pikiranmu itu??" tanya Bu Yayah melirik pada gadis itu.

"Bu, maaf saya boleh tanya lagi, nggak?" tanya Yuki memberanikan diri. Setelah beberapa lama, dia selalu berani bertanya pada majikannya. Meski Bu Yayah sering marah, tapi dia mau juga mengajari atau menjawab pertanyaannya. Jadi, Yuki mencoba bermuka tembok saat bertanya.

"Ah, palingan kamu nggak tau kan cara memotong ayam??" tebak wanita itu.

"Iya, Bu. Benar sekali," ujarnya senang.

Nggak usah bilang, udah ketebak!

"Potong di ruas-ruasnya! Sini aku ajarin!" Wanita itu beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah dapur. Dia mulai terbiasa dengan Yuki yang masih belajar segala sesuatu meski kadang jengkel dengan hal yang sederhana tapi gadis itu tidak tau.

Yuki memperhatikan cara wanita itu memotong ayam. Dia lalu mengikuti caranya. Akhirnya gadis itu berhasil melakukannya.

"Makasih, Bu!"

"Besok kamu ingat-ingat caranya! Jangan sampai lupa! Kamu anak perempuan! Harus bisa mainan pisau!"

"Iya, Bu!"

Wanita itu akan meninggalkan Yuki. Namun, Yuki masih mencegatnya.

"Eh, Ibu, tunggu. Mm ... resep opor ayam, apa ya Bu?" Yuki tersenyum.

Semoga nggak marah.

Wanita itu mendengus, "Mana, kertas! Pulpen!"

Yuki tersenyum, lalu segera berlari mencari kertas dan pulpen. Bu Yayah menuliskan resep beserta cara membuatnya dengan cepat. Seperti hapal di luar kepala.

"Nih!" ujarnya seraya menyerahkan catatan resep ke Yuki.

"Makasih, Bu!" ujar gadis itu senang. Dia mengamati resep itu.

"Eehh, Bu ...."

"Apalagi?? Kamu nggak tau kunyit, 'kan??" tebak Bu Yayah lagi mengangkat sebelah alisnya sambil melipat tangan.

"Hehehe, iya Bu!" jawab Yuki membenarkan tebakan gadis itu.

"Bumbu dapur rimpang-rimpangan yang warnanya oranye! Cari di kotak bumbu!"

"Baik, Bu Yayah! Makasih ...."

"Masak yang enak!"

"Iya, Bu!"

Yuki segera berjalan ke dapur, mencari bumbu-bumbu yang harus dia siapkan untuk memasak opor ayam, membuat sambal dan menggoreng kerupuk.

Tangan halusnya menumbuk bumbu-bumbu. Pekerjaan ini ribet, tapi dia merasa senang bisa memasak. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan, tapi sekarang sedikit-sedikit bisa melakukannya. Memasak! Amazing sekali.

Setelah selesai, sambil menunggu masakan matang sempurna, gadis itu membersihkan semua peralatan memasak yang dia gunakan.

Suara ketukan pintu membuat Yuki terburu-buru mengeringkan tangannya. Dia segera berlari ke depan pintu untuk menemui siapa yang datang.

Ceklek.

"Oh, Mbak, saya Bu Rina. Ketua PKK di sini. Saya lihat Bu Yayah sedang tidur di toko. Emm, saya nggak berani membangunkan," ujar Bu Rina.

"Oh, ya Bu Rina. Ada apa, ya? Nanti kalo Ibu bangun, saya sampaikan."

"Ya, Mbak. Besok ada demo masak di rumah saya. Tolong sampaikan ya pada Bu Yayah."

"Mmm ... Bu, apa saya boleh ikut??" tanya Yuki begitu antusias mendengarnya.

Melihat kemauan gadis itu, Bu Rina pun menyetujuinya.

"Boleh sekali, Mbak! Besok siang saya tunggu ya, di rumah? Rumah paling ujung."

"Ya, Bu! Makasih!" ujar Yuki senang.

"Ya udah, saya pamit dulu ya, Mbak?"

"Baik, Bu."

Gadis itu teringat tentang opor ayamnya. Dia langsung berlari ke dapur.

"Fyuh, untung aja nggak gosong! Hampir aja aku lupa!"

Gadis itu mematikan kompor dan menyiapkan semua masakan di atas meja makan. Bau masakan mengundang orang-orang di rumah untuk berdatangan ke meja makan.

"Wahh, opor ayam, sambal, kerupuk! Cocok ini!" ujar Pak Hendra. Bapak tambun ini penyuka ayam, apapun itu jenis masakannya.

"Yuk, yuk makan semua!" ujar Bu Yayah.

Yuki menatap mereka semua dengan senang. Melihat mereka menyukai masakannya, dia udah sangat senang. Namun, ada hal yang kurang.

"Eh, dimana Rangga?? Kiki! Bangunkan dia, suruh makan!" perintah Bu Yayah.

"Oh, iya, Bu!"

Yuki melangkah ke depan kamar Rangga. Dengan ragu, dia akan mengetuk pintu tapi ditariknya lagi tangannya ke dada.

"Duh! Mana aku grogi, baru ini aku bangunin cowok!"

"Kikii!! Buruan!!" teriak Pak Hendra menggoncangkan rumah. Perutnya udah keroncongan menunggu si Rangga.

"Eh, iya Pak!"

Gadis itu memejamkan mata sambil mengetuk keras pintu. Namun, pintu tak berbunyi tok-tok melainkan suara mengaduh seorang cowok.

"Aduh!"

"Eh, maaf Mas Rangga! Kok malah ngetok jidat Mas ...."

Muka Yuki merah karena malu, napasnya tertahan.

"Lagian kamu ketok-ketok pake nutup mata!" ujar Rangga melewatinya lalu berjalan ke arah ruang makan.

Yuki menghela napas yang tadi tertahan. Dia mengikuti Rangga ke ruang makan.

"Ayo, duduk, Ngga. Makan," ajak Pak Hendra.

"Iya, Om. Makasih."

"Kiki, ambilkan nasi buat Rangga!" titah Bu Yayah.

"Ya, Bu."

"Aku bisa sendiri kok, Bi!" ujar Rangga.

Yuki mengambil piring Rangga dengan cepat, lalu mengambilkan nasi sebelum Bu Yayah menjawab.

Apa salahnya belajar melayani calon suami, hihihi.

"Udah diambilkan Kiki. Dia pembantu yang gercep," puji Bu Yayah.

Tumben dia gesit, batin wanita itu.

Yuki tersenyum pada Rangga yang duduk di sebelahnya. Meski galak, Bu Yayah dari awal meminta Yuki untuk duduk di kursi makan dan ikut makan bersama. Di situ Yuki merasakan kedekatan dalam keluarga saat makan.

"Mas Rangga, suka sambal?" tanya Yuki.

Rangga mengangguk dan tersenyum manis. Yuki merasa makin berdebar melihat senyumannya. Gadis itu semampunya menahan senyum sambil mengambil tiga sendok penuh sambal lalu dimasukkan ke piring Rangga.

Gila ni cewek, banyak amat!

"Silakan, Mas Rangga!" ujarnya grogi meletakkan piring ke depan lelaki itu.

"I-Iya, makasih!" ucap Rangga.

Mereka makan bersama di dalam ruang makan. Pak Hendra berkali-kali menambah lauk dan nasi dalam piringnya.

Yuki merasa puas sekali.

Masakanku pasti enak! Mas Rangga pasti senang.

Dia terlupa tentang ijin untuk pergi ke rumah ketua PKK untuk mengikuti demo masak pada Bu Yayah.

Sementara, Rangga merasa ada yang nggak beres di perutnya.

"Permisi, saya mau ke belakang!" ujarnya berlari ke toilet.

"Kenapa dia?" tanya Bu Yayah.

"Nggak tau!" jawab Pak Hendra sambil menyendok lagi lauk dan nasi untuk yang keempat kalinya.

Yuki terdiam memikirkan si Rangga.

Kenapa ya, Mas Rangga itu?? Apa gara-gara sambal? Saking terpesona, aku nggak sadar. Berapa sendok ya yang kuambilkan tadi!

Terpopuler

Comments

Elfrida Darti

Elfrida Darti

kayaknya bu Yahya ini memang sudah disuruh oleh papanya Yuki. Settingan untuk melatih mental Yuki dan juga belajar hidup...

2024-04-16

2

devaloka

devaloka

suka si suka, tapi gak makan sambal juga kiki 🤣🤣🤣

2023-01-09

1

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

pasti itu Rangga diare

2022-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 Pura-pura Miskin
2 Sikap Galak Majikan
3 Gara-gara Ayam
4 Queensya and the Geng
5 Bertemu Dosen
6 Si Cantik Alami
7 Asisten Dosen
8 Menjaga Toko
9 Keponakan Majikan
10 Makan Bareng
11 Mengantar ke Dokter
12 Curhatan Rangga
13 Sahabat
14 Ikut Demo
15 Terima Gaji
16 Ulah Queensya
17 Cogan Baru
18 Perhatian Rangga
19 Perhatian Rangga 2
20 Mengerjakan Tugas
21 Berangkat ke Desa
22 Rangga yang Mempesona
23 Rencana Buruk
24 Malam Naas
25 Pertolongan
26 Pengakuan Ferry
27 Kelicikan Queensya
28 Kepulangan Yuki
29 Kembali ke Rumah Bu Yayah
30 Rehat Tujuh Hari
31 Mengerjakan Tugas
32 Bertemu Sonny
33 Sekolah Aurel
34 Kembali ke Kampus
35 Dies Natalis
36 Dies Natalis #2
37 Usai Acara
38 Dhea Muncul
39 Rahasia
40 Kepergian Rangga
41 Pertemuan Dengan Dhea
42 Kita Putus!!
43 Orderan dan Ujian
44 Ujian Tengah Semester
45 Kebaikan Mama Nana
46 Magang
47 Kekacauan Kantor
48 Persoalan Rangga
49 Tidak Beres
50 Cecilia
51 Calon Suami?
52 Menelepon Papi
53 Terkuak
54 Ungkapan Terima Kasih
55 KB
56 Ambyar
57 Selangkah ke Depan
58 Hanya Pembantu
59 Tekad Rangga
60 Usaha Yuki
61 Penolakan
62 Tiga Puluh Juta Rupiah
63 Perubahan Yuki
64 Memasak
65 Menyewa Tempat
66 Kembali ke Rumah Majikan
67 Usaha Berbuah Manis
68 Kesan Queensya di Bakery
69 Pesta Ulang Tahun
70 Buka Cabang
71 Datang ke Rumah Rangga Untuk Kedua Kalinya
72 Rumah Tuan Bhanu
73 Persiapan Perayaan
74 Ejekan Queensya
75 Bagai Petir di Siang Bolong
76 Dhea Bicara
77 Kedatangan Rangga
78 Bertemunya Kedua Keluarga
79 Yuki Pingsan
80 Hadiah
81 Tunangan
82 Wisuda
83 Dipingit
84 Indah Pada Waktunya
85 Mari Buat Generasi Baru!
86 Epilog
87 Say Thanks and Promosi Yaa ....
88 PROMO BUKAN UP
89 NOVEL BARU DI NT
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Pura-pura Miskin
2
Sikap Galak Majikan
3
Gara-gara Ayam
4
Queensya and the Geng
5
Bertemu Dosen
6
Si Cantik Alami
7
Asisten Dosen
8
Menjaga Toko
9
Keponakan Majikan
10
Makan Bareng
11
Mengantar ke Dokter
12
Curhatan Rangga
13
Sahabat
14
Ikut Demo
15
Terima Gaji
16
Ulah Queensya
17
Cogan Baru
18
Perhatian Rangga
19
Perhatian Rangga 2
20
Mengerjakan Tugas
21
Berangkat ke Desa
22
Rangga yang Mempesona
23
Rencana Buruk
24
Malam Naas
25
Pertolongan
26
Pengakuan Ferry
27
Kelicikan Queensya
28
Kepulangan Yuki
29
Kembali ke Rumah Bu Yayah
30
Rehat Tujuh Hari
31
Mengerjakan Tugas
32
Bertemu Sonny
33
Sekolah Aurel
34
Kembali ke Kampus
35
Dies Natalis
36
Dies Natalis #2
37
Usai Acara
38
Dhea Muncul
39
Rahasia
40
Kepergian Rangga
41
Pertemuan Dengan Dhea
42
Kita Putus!!
43
Orderan dan Ujian
44
Ujian Tengah Semester
45
Kebaikan Mama Nana
46
Magang
47
Kekacauan Kantor
48
Persoalan Rangga
49
Tidak Beres
50
Cecilia
51
Calon Suami?
52
Menelepon Papi
53
Terkuak
54
Ungkapan Terima Kasih
55
KB
56
Ambyar
57
Selangkah ke Depan
58
Hanya Pembantu
59
Tekad Rangga
60
Usaha Yuki
61
Penolakan
62
Tiga Puluh Juta Rupiah
63
Perubahan Yuki
64
Memasak
65
Menyewa Tempat
66
Kembali ke Rumah Majikan
67
Usaha Berbuah Manis
68
Kesan Queensya di Bakery
69
Pesta Ulang Tahun
70
Buka Cabang
71
Datang ke Rumah Rangga Untuk Kedua Kalinya
72
Rumah Tuan Bhanu
73
Persiapan Perayaan
74
Ejekan Queensya
75
Bagai Petir di Siang Bolong
76
Dhea Bicara
77
Kedatangan Rangga
78
Bertemunya Kedua Keluarga
79
Yuki Pingsan
80
Hadiah
81
Tunangan
82
Wisuda
83
Dipingit
84
Indah Pada Waktunya
85
Mari Buat Generasi Baru!
86
Epilog
87
Say Thanks and Promosi Yaa ....
88
PROMO BUKAN UP
89
NOVEL BARU DI NT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!